Ditancapkan tonggak janji setinggi langit dan dijaga oleh anjing-anjing berdasi yang rakus suapan.
Kiri – kanan, muka –belakang, atas – bawah
Kami terjepit hanya bisa menjerit, semuanya tuli disumbat sogokan.
Aku babu di rumahku sendiri,
bekerja untuk tuan Pram..pok.
Seayun selangkah ia menggandeng sobatnya.
Memperkenalkan diri sebagai wakil rakyat yang sibuk tebar pesona dan janji untuk menjabat selama mungkin.
Dia memang pejabat, jabat tangan dalam kolusi,
merampok dengan cara terhormat, sehingga layak disebut koruptor.
Berbekal kebenaran, kucari keadilan,
menuntut hukum yang setimpal di negeri yang timpang.
Semua terkuras untuk secuil keadilan.
Dengusan sinis terdengar mengejek,
“Siapakah dia? Si rakyat miskin?
Oh dia!..Hanya berguna di saat pemilu saja”.
Astaga! Keadilan untukku tak cukup hanya kebenaran
karena di negeriku hukum dibeli dengan sogokan.
Mulutku terkatup rapat,
telingaku merinding mendengar gigi yang gemeretak,
menahan hujat yang siap menggelegar.
Jahanaaaaam! Kau hakim Jahanam! Terkutuk kau tujuh turunan!
Ya Tuhan, kuatkan aku si miskin.Walau tertindas tak beringas
Ya Allah, tuntun aku yang lemah untuk tak berubah "jadi manusia berhati iblis".
Jauhkan aku dari rancangan jahat demi tuntaskan dendamku.
Sumber; Kota Tomohon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H