Kalau kita bedah dan kaji ayat-ayat Allah kitab-Nya yang mulia, kita akan dapati beberapa keterangan tentang peristiwa turunnya Al-Quran sebagai berikut:
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil. (al-Baqarah: 185 ).
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam lailatul qadar. (al-Qadr: 1)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an ) pada malam yang diberkahi. (ad-Dhukan: 3).
Jika al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadhan, tetapi mengapa ketika Nabi menjalankan Haji Wada', ternyata wahyu masih diturunkan kepada Nabi. Padahal bulan haji bukanlah bulan Ramadhan. Selain itu, ada sejumlah surat dalam al-Qur'an yang digolongkan ke dalam Makkiyah (surat-surat yang diturunkan di Mekkah), dan Madaniyah (surat-surat yang diturunkan di Madinah). Baik surat Makkiyah dan Madaniyah tidak melulu turun selama bulan Ramadhan. Artinya, al-Qur'an diturunkan kepada Nabi secara bertahap alias mutawatir. Tidak serta merta turun sekaligus di bulan Ramadhan. Mengenai hal ini terdapat beberapa mazhab pendapat;
Madzhab pertama, yaitu pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama.
Yang dimaksud dengan turunnya Qur'an dalam ketiga ayat di atas adalah turunnya Qur'an sekaligus di Baitul 'Izzah di langit dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur'an diturunkan kepada Muhammad SAW secara bertahap selama dua puluh tiga tahun, sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai wafatnya. Ia tinggal di Mekkah sejak diutus selama tiga belas tahun dan sesudah hijrah tinggal di Madinah selama sepuluh tahun. Ia tinggal di Mekkah selama tiga belas tahun dan selama itu wahyu turun kepadanya, ia wafat dalam usia enam puluh tiga tahun.
Pendapat ini didasarkan pada berita-berita yang sahih dari Ibn Abbas dalam beberapa riwayat. Antara lain:
Ibn Abbas berkata, "Qur'an sekaligus diturunkan ke langit dunia pada malam lailatul qadar, kemudian setelah itu ia diturunkan selama dua puluh tahun." Lalu ia membacakan:
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (al-Furqan: 33).
Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (al-Isra': 106).
Ibn Abbas r.a berkata, "Qur'an itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan di Baitul Izzah di langit dunia. Maka jibril mulai menurunkannya pada Nabi saw."
Ibn Abas r.a berkata, "Qur'an diturunkan pada malam lailatul qadar, pada bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus; lalu ia diturunkan secara erangsur-angsur."
Madzhab kedua, yaitu yang diriwayatkan oleh as-Sya'bi. Bahwa yang dimaksud dengan turunnya Qur'an dalam ketiga ayat di atas adalah permulaan turunnya Qur'an pada Rasulullah SAW. Permulaan turunnya Qur'an itu dimulai pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan, yang merupakan malam yang diberkahi. Kemudian turunnya berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian Qur'an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah SAW, sebab yang demikian inilah yang dinyatakan dalam Qur'an:
"Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (al-Isra': 106 )
Orang musyrik yang diberi tahu bahwa kitab-kitab samawi terdahulu turun sekaligus, menginginkan agar Qur'an diturunkan sekaligus:
Berkatalah orang-orang yang kafir, "Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?" Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (al-Furqan: 32-33)
Dan keistimewaan bulan Ramadhan dan malam lailatul qadar yang merupakan malam yang diberkahi itu tidak akan kelihatan oleh manusia kecuali apa bila yang dimaksudkan dari ketiga ayat diatas adalah turunnya Qur'an kepada Rasulullah SAW yang demikian ini sesuai dengan apa yang terdapat dalam firman Allah mengenai perang badar, "jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan , yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (al-Anfal: 41).
Perang badar terjadi pada bulan Ramadan. Dan yang demikian ini diperkuat pula oleh hadis yang dijadikan pegangan para penyelidik hadis permulaan wahyu. Aisyah berkata, "Wahyu yang mula-mula diturunkan kepada Rasulullah SAW ialah mimpi yang benar di waktu tidur. Setiap kali bermimpi ia melihat ada yang datang bagaikan cahaya yang terang dipagi hari. Kemudian ia lebih suka menyendiri. Ia pergi ke gua hira untuk bertahanus beberapa malam, dan untuk itu ia membawa bekal. Kemudian ia kembali kerumah Khadijah, dan Khadijahpun membekali seperti itu biasanya. Sehingga datanglah 'kebenaran' kepadanya sewaktu ia berada di gua Hira'. Malaikat datang kepadanya dan berkata, "Bacalah." Rasulullah SAW berkata, "Aku tidak pandai membaca." Lalu malaikat merangkulnya sampai kepayahan. Kemudian ia melepaskan aku, lalu katanya, "Bacalah." Aku menjawab, "Aku tidak pandai membaca." lalu ia merangkulku lagi sampai aku kepayahan. Lalu ia lepaskan aku. Lalu katanya, "Bacalah." Aku menjawab aku tidak pandai membaca. Lalu ia merangkulku untuk ketiga kalinya, sampai aku kepayahan, lalu ia lepaskan aku lalu katanya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sampai dengan apa yang belum diketahuianya."
Para ulama menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada mulanya diberi tahu dengan mimpi di bulan kelahirannya, yaitu bulan Rabi'ul Awal. Pemberitahuan dengan mimpi itu lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu dengan keadaan sadar (tidak dalam keadaan tidur) pada bulan Ramadan dengan Iqra'. Dengan demikian maka nas-nas yang terdahulu itu menunjukkan pada satu pengertian.
Madzhab ketiga, bahwa Qur'an diturunkan ke langit dunia selama dua puluh tiga tahun pada malam lalilatul qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit dunia pada malam lailatul qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzhab ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir. Pendapat ini tidak mempunyai dalil.
Adapun madzhab kedua yang diriwayatkan dari as-Sya'bi, dengan dali-dalil yang sahih dan dapat diterima, tidaklah bertentang dengan madzhab yang pertama yang diriwayatkan dari Ibn Abbas.
Dengan demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Quran Al-Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama: Diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul qadar ke baitul Izzah di langit dunia.
Kedua: Diturunkan dari langit dunia kepada Nabi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan (ijma') bahwa turunnya Qur'an sekaligus dari lauhul mahfuz ke baitul izzah di langit dunia. Ibn Abbas memandang tidak ada pertentangan antara ke tiga ayat diatas yang berkenaan dengan turunnya Qur'an dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah SAW bahwa Qur'an itu turun selam dua puluh tiga tahun yang bukan bulan Ramadan. Dari Ibn Abbas disebutkan bahwa ia ditanya olah 'Atiyah bin al-Aswad, katanya, "Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman Allah, bulan Ramadan itulah bulan yang di dalamnya diturunkan Qur'an, dan firman Allah SWT, "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam lailatul Qadar," padahal Qur'an itu ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, Saffar dan Rabi'ul awwal." Ibnu Abbas menjawab, "Qur'an diturunkan berangsur-angsur, sedikit-demi sedikit dan terpisah-pisah serta perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari."
Para ulama mengisyaratkan bahwa hikmah dari hal itu ialah menyatakan kebesaran Qur'an dan kemuliaan orang kepadanya Qur'an diturunkan. As-Suyuti mengatkan, "Dikatakan bahwa rahasia diturunkan Qur'an sekaligus ke langit dunia ialah untuk memuliakannya dan memuliakan orang yang kepada Qur'an diturunkan. Yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit bahwa Qur'an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang paling mulia. Kitab itu kini telah di ambang pintu dan akan segera diturunkan kepada mereka. Seandainya tidak ada hikmah Ilahi yang menghenndaki disampaikannya Qur'an kepada meraka secara bertahap sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, tentulah ia diturunkan ke bumi sekaligus seperti halnya kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya."
Dan firman Allah:
"Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin , ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas." (as Syuara': 192-195).
Katakanlah, "Ruhul Qudus menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." (an-Nahl: 102).
Kitab ini diturunkan Allah Yang Mahaperkasa dan Maha Bijaksana. (al-Jasiyah: 2)
Dan jika kamu dalam keraguan tentang Al Qur`an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami , buatlah satu surat yang semisal Al Qur`an itu. (al-Baqarah: 23)
Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (al-Baqarah: 97)
Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa Al-Quran Al-Karim adalah kalam Allah dengan lafalnya dengan bahasa Arab, dan bahwa Jibril telah menurunkannya ke dalam hati Rasulullah SAW dan bahwa turunnya itu bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia. Tetapi yang dimaksudkan ialah turunnya Qur'an secara bertahap. Ungkapan (untuk arti menurunkan) dalam ayat-ayat diatas menggunakan kata tanzil bukan inzal. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan berangsur-angsur. Ulama bahasa membedakan kata tanzil dan inzal. Tanzil berarti turun secara berangsur-angsur, sedang inzal hanya menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum.
Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun, tiga belas tahun di Mekkah menurut pendapat yang kuat, dan sepuluh tahun di Madinah. Penjelasan tentang turunnya secara berangsur itu terdapat dalam firman Allah: "Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (al-Isra: 106)
Adapun kitab-kitab samawi yang lain, seperti Taurat, Injil, dan Zabur, turunnya sekaligus. Tidak turun secara berangsur. Hal ini ditunjukkan oleh firman-Nya, Berkatalah orang-orang yang kafir, "Mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?" Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil. (al-Furqan: 32). Wallahu A'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H