Sering kali kita mendengar "yang berlalu biarlah berlalu" namun ketika otak kita mencerna kalimat tersebut hati kita lantas meronta: "tidak semudah itu!". Ya, memang. Meninggalkan yang telah terjadi selama setahun penuh bukan perkara mudah terlebih tahun 2020 adalah tahun yang cukup memaksa untuk bisa atau tidak bisa harus bisa.Â
Kita semua mengalami keterpurukan di pandemi Covid-19 ini, kita semua juga mengalami kesulitan dalam banyak hal termasuk pangan dan cara bertahan hidup. Kalau diingat dan diresapi kemudian diolah dengan pikiran yang tenang apalagi sambil meminum kopi hangat, kita sangatlah hebat. Bisa bertahan dalam kondisi dunia yang kacau, berantakan bahkan menyedihkan.
Bukan menjadi bahasan yang mengagetkan lagi di masa pandemi banyak sekali orang yang "susah diatur" untuk tetap berada di dalam rumah supaya tidak tertular virus.Â
Harapannya ketika semua orang tertib melakukan anjuran protokol kesehatan maka grafik penularan virus Covid-19 tidak terus menerus naik.Â
Namun jika saya melogika secara sederhana dan awam, protokol kesehatan dari pemerintah banyak sekali dilanggar karena kultur "kita" adalah "hidup bersama", yang saya maksudkan adalah lebih banyak dari kita yang bekerja atau melakukan aktivitas di lapangan dan dengan banyak orang, walaupun banyak juga yang berprofesi sebagai pegawai kantor namun jika pun dibandingkan menurut saya tetap kalah jumlah.
Belum lagi fenomena patroli yang terjadi hampir setiap malam di beberapa tempat nongkrong bertujuan pengunjung bubar kemudian pulang, pintu portal masuk gang yang ditutup mulai pukul sembilan malam.Â
Namun jika saya logika sederhana lagi, jadi timbul pertanyaan: "memang covid menyebarnya diatas jam sembilan malam?" itu sekedar pertanyaan ringan saja yang mungkin juga keluar dari pikiran kamu, hehe. Ya, memang dengan begitu sebenarnya kita sudah menjalani kebiasaan-kebiasaan baru yang bisa atau tidak bisa harus bisa.
Mau bagaimanapun waktu tetaplah bergulir, hidup kita pun harusnya begitu. Anggaplah tahun baru 2021 ini sebagai permulaan yang harus kita nyalakan sampai akhir jalan.Â
Kesengsaraan tahun lalu sedikit demi sedikit kita pilah untuk jadi bahan bakar semangat tetap menyala. Tidak ada salahnya kita tiap tahun baru menyusun daftar resolusi dan tidak masalah juga jika daftar itu belum ter-checklist, yang salah adalah ketika kita padam di tengah jalan.
Mari bersama-sama kita menggantungkan harapan baik di tahun baru 2021 ini, bersama-sama juga kita bersemangat mewujudkan. Seperti produk kopi bubuk robusta Suluh Kopi selain nikmat kental dan pekat juga begitu filosofis.Â
Saya mencari arti kata "suluh" di aplikasi KBBI V, arti kata "suluh" adalah barang yang dipakai untuk menerangi (bisa dibuat dari daun kelapa yang kering); obor. Mantap sekali bukan?!Â
Cocok menemani sekaligus mendorong ide-ide muncul untuk menulis di buku catatan bertajuk "resolusi 2021". Bagaimana? Mulai bertanya-tanya? Akan saya jelaskan sedikit tentang cita rasa dan cerita dibaliknya.
Suluh Kopi adalah kawan penyala semangat untuk segala aktivitas dan suasana. Bisa dikatakan Suluh Kopi hadir sebagai mood boostermu. Di luar itu, kita sudah banyak tau tentang manfaat kopi untuk kita termasuk sebagai pembangkit gairah semangat dalam mengawali hari atau aktivitas. Suluh Kopi pun begitu, kopi robusta Temanggung yang disangrai oleh profesional bertempat di kawasan kaki Merapi. Biji kopi robusta Temanggung ini disangrai dengan profil coklat menuju gelap menghasilkan cita rasa manis yang intens namun tetap nendang rasa kopinya.
Masa iya kopi robusta yang gelap ada rasa manis tanpa ditambah gula?
Bisa dibuktikan ketika kopinya sudah ada di tanganmu, karena kamu akan menemukan rasa kopi klasik yang kental dan pahit, manis berpadu syahdu. Saya yakin kamu akan lebih semangat menjalani hari yang tidak menentu setelah menyeruput Suluh Kopi robusta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H