1. Pendahuluan
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dikenal dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Konsep IPA di Sekolah Dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Kegiatan dalam pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.
MIPA bagi kalangan pelajar khususnya siswa SD, merupakan paradigma yang menakutkan bahkan disisi lain menimbulkan ketakutan yang berlebihan. Karakteristik IPA (Ilmu Eksak) menjadi sebuah dasar untuk menentukan sebuah pandangan yang baik bagi IPA khususnya anak IPA tetapi ini sudah menjawab IPA merupakan sebuah studi yang hanya mampu dilakukan sebagian orang dengan kata lain mempunyai stratifikasi khusus. Bagaimanakah anak yang tak mampu mempelajari IPA mengimbangi sebuah kehidupan yang akan mereka hadapi yaitu globalisasi yang menuntut bertahan pada pembelajaran. Hancurnya paradigma kuno tentang IPA menjadi tema khususnya pembelajaran IPA di sekolah, khususnya di Sekolah Dasar (SD) kelas V. Sebagai arena pembentuk dan pemberi watak usia dini anak sudah tidak suka pembelajaran IPA. Selain itu, pemberian materipun harus diperhatikan, hal ini untuk menghindari kesalahan/kekurangan penerimaan konsep pada anak dengan benar dengan memperhatikan psikologi anak yang dimulai dari pembukaan, sampai evaluasi di akhir pembelajaran pertama ini. Selain itu pembelajaran bermakna dimana penyampaian materi dengan contoh yang terdekat dengan anak sehingga akan lebih mudah memahami dan dirasakan lebih bernilai, maksudnya lebih bisa berguna bukan hanya sekedar teori dan menyenangkan.
Pun juga terdapat siswa yang memiliki preferensi belajar kinestetik di kelas, yang mana siswa tersebut tidak terlayani saat pembelajaran klasikal. Namun Guru kurang memberikan pelayanan pembelajaran pada siswa dengan preferensi belajar kinestetik.
Penelitian ini mengaplikasikan model pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) karena menurut Fitri (2013) merupakan suatu model pembelajaran yang memfokuskan pada pengalaman pembelajaran yang diatur meliputi penyelidikan dan pemecahan masalah khususnya masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Model PBL ini menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa menjadi meningkat juga membuat perubahan dalam pembelajaran terutama pada peran guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas untuk menjelaskan secara keseluruhan materi tetapi pada model PBL guru hanya membantu dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah (Wulandari, 2013, p. 181) merupakan pembelajaran berpusat pada masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran. PBL menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang muncul. Selain itu, Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk kerja sama yang baik antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya dalam menemukan dan memahami konsep tersebut. Menurut I wayan Dasna, PBL merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari sebuah kasus tertentu dan kemudian di analisis lebih lanjut guna untuk ditemukan masalahnya, dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa”. Sejalan dengan hal tersebut menurut Wiantinaisyah (2013) “Problem Based Learning adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru-baru”.Model pembelajaran berbasis masalah adalah “suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah faktual sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran”
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah:
Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada muatan pelajaran IPA?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada muatan pelajaran IPA.
2. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Sugiyono (2013:107) menyatakan, bahwa metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan.