Isu tentang tragedi penusukan Syekh Ali Jaber saat menjadi penceramah dalam acara wisuda Tahfidz Al-Qur'an di Masjid Falahuddin, Lampung (13/9) masih nyaring terdengar. Video detik-detik terjadinya peristiwa nahas itupun masih bertebaran di dunia maya.
Dalam video yang beredar, Syekh Ali Jaber tampak ditusuk oleh orang tak dikenal yang tiba-tiba datang menghampirinya. Saat itu, ia tengah berinteraksi dengan beberapa jamaah di atas panggung.
Sempat menangkis bidasan pelaku, alhasil Syekh Ali Jaber terkena tusukan di lengan kanan. Luka tersebut cukup dalam lantaran pisau yang ditusukkan patah separuh dan tertancap di lengannya hingga dicabutnya sendiri. Para jamaah segera mengamankannya dan menangkap pelaku yang diketahui bernama Alfin Andrian, 24 tahun.
Atas kejadian tersebut, banyak pejabat dan tokoh masyarakat yang mengutuk keras aksi brutal Alfin. Di antaranya adalah Menko Polhukam, Mahfud MD yang segera menginstruksikan aparat keamanan dan penegak hukum untuk menyelidiki kasus ini dengan baik, setransparan mungkin.
Budaya yang baik, lanjutnya, justru diajarkan oleh para pendakwah, dan pemerintah tidak akan mampu membangun masyarakat tanpa peran mereka. Hampir senada, Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni'am Sholeh juga menyatakan bahwa peristiwa ini merupakan bentuk teror terhadap dakwah yang harus segera diusut tuntas.
Sehari berselang, muncul dugaan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa. Isu ini bahkan menjadi trending di media sosial Twitter. Dugaan ini berasal dari orang tua pelaku, Rudy yang mengatakan bahwa anaknya mengalami gangguan jiwa dalam empat tahun terakhir ini.
Setelah ditinggal ibunya ke Hongkong, Alfin ditengarai mengalami gangguan jiwa karena sering mengurung diri di kamar dan jarang bersosialisasi.
Sontak dugaan ini menuai polemik, meskipun sebenarnya bukan pernyataan resmi kepolisian. Tampaknya masyarakat kembali teringat dengan beberapa kasus serupa beberapa waktu lalu. Setiap kali ada penyerangan terhadap ulama, pelaku selalu dinyatakan gila.
Selain itu, sosok Alfin juga cukup aktif di media sosial. Bahkan ada rekaman video amatir yang memperlihatkannya sedang bernyanyi. Pada saat yang sama, muncul pula bantahan yang mengatakan bahwa Alfin tidak gila.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh tetangganya melalui akun Twitter bernama @welzaonistia. Menurutnya, Alfin disuruh dan dibayar oleh seseorang untuk menusuk Syekh Ali Jaber karena kondisi ekonominya tengah terpuruk.
Terlepas dari apapun motif pelaku, aparat hendaknya memproses ini secara transparan. Pengusutan harus dilakukan dengan setuntas-tuntasnya supaya polemik ini tidak menjadi bola liar di tengah masyarakat. Atau bahkan menguap dan lenyap begitu saja, sebagaimana yang telah berlalu.
Kesimpulan saya, seandainya pelaku memang benar-benar gila, maka ia terbebas dari ancaman pidana. Namun jika bukti menyatakan bahwa Alfin tidak gila, maka motif di balik itu menjadi penting untuk segera diusut. Termasuk jaringan apa yang mungkin mengikatnya dan membuatnya rela bertindak nekat, serta berapa banyak upahnya jika ia dibayar.
Dua hal yang menjadi fokus perhatian saya. Pertama, peristiwa ini menjadi bukti bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Jika Alfin terdidik dengan baik, tentu dia akan berpikir seribu kali untuk melakukan aksi nekat macam itu dan memilih untuk menjauhinya. Bahkan, sepandai apapun jaringan teroris dalam membujuk dan memperdayanya, ia pasti tetap menolak dan menghindarinya.
Kedua adalah soal kesenjangan. Bisa jadi karena kondisi ekonomi Alfin yang kacau, hingga ia memutuskan untuk mencari uang dengan cara yang instan. Atau bisa mungkin karena terlilit hutang. Oleh karenanya ia dengan mudah diperdaya untuk melakukan tindakan kejam tersebut.Â
Jikapun dikatakan bahwa dia gila padahal sebelumnya tidak, mungkin saja 'gilanya' karena lilitan hutang atau ekonomi yang serabutan. Hal ini hendaklah menjadi perhatian pemerintah. Kesenjangan yang masih kerap terjadi haruslah segera diselesaikan agar tidak menimbulkan tindakan kriminal lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H