A. Threats and challenges from the development of ikn to the boarder areas in borneo island
Pembangunan Jalan Raya Pan Borneo di negara bagian Sabah, Malaysia, di Pulau Kalimantan menimbulkan
ancaman signifikan terhadap kawasan konservasi Heart of Borneo. Pembangunan dan perluasan jalan untuk
proyek Jalan Tol Pan Borneo dapat merusak inti ekosistem ini, sehingga mengganggu hubungan antar populasi
satwa liar dan berpotensi merusak hutan di sekitarnya.
Beberapa tantangan dan ancaman spesifik meliputi Rencana bentangan jalan raya antara kota Kalabakan dan
Sapulut dekat perbatasan selatan Sabah dengan provinsi Kalimantan Utara di Indonesia akan membelah
kawasan konservasi Heart of Borneo. Pembangunan jalan raya dapat menyebabkan fragmentasi hutan sehingga
menyulitkan satwa liar untuk bergerak melalui kawasan tersebut.
Jalan raya ini juga dapat menyebabkan peningkatan deforestasi dan perusakan habitat, yang selanjutnya
mengancam kelangsungan hidup spesies yang terancam punah seperti orangutan dan arwana.Jalan raya ini juga
dapat menyebabkan peningkatan deforestasi dan perusakan habitat, yang selanjutnya mengancam kelangsungan
hidup spesies yang terancam punah seperti orangutan dan arwana.
Perdagangan hewan peliharaan dan perburuan orangutan juga menimbulkan ancaman besar bagi kelangsungan
hidup mereka, dengan tingginya permintaan orangutan muda dan perdagangan bagian tubuh orangutan di
beberapa daerah, Penting untuk mempertimbangkan implikasi lingkungan dan konservasi dari proyek Jalan
Raya Pan Borneo dan mencari solusi alternatif yang meminimalkan dampak terhadap kawasan konservasi Heart
of Borneo.
Perkembangan ibu kota baru Indonesia, Nusantara (IKN), di Pulau Kalimantan membawa beberapa potensi
ancaman dan tantangan bagi kawasan perbatasan.
Pertama, adanya kekhawatiran mengenai deforestasi dan hilangnya keanekaragaman hayati. Ibu kota baru
direncanakan berada di lahan seluas 256.000 hektar, yang dapat mengakibatkan pembukaan hutan, sehingga
mempengaruhi habitat berbagai spesies endemik dan terancam punah, termasuk orangutan Kalimantan dan
bekantan.
Kedua, kemungkinan terjadi konflik dengan masyarakat adat yang tinggal di dalam dan sekitar lokasi ibu kota
baru. Komunitas-komunitas ini bergantung pada hutan untuk penghidupan mereka, dan pembangunan ini dapat
mengganggu cara hidup mereka, sehingga berpotensi menimbulkan ketegangan sosial dan
pengungsian.
Ketiga, masuknya masyarakat dan industri untuk mendukung ibu kota baru dapat memperburuk masalah
lingkungan yang ada di Kalimantan, seperti polusi udara dan air, degradasi tanah, dan peningkatan emisi gas
rumah kaca. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat lokal. dan satwa
liar.
Terakhir, pembangunan IKN mungkin akan meningkatkan tekanan terhadap infrastruktur dan sumber daya
yang ada di Kalimantan, seperti jalan, pasokan air, dan energi. Hal ini dapat mengakibatkan persaingan sumber
daya antara ibu kota baru dan masyarakat yang ada, sehingga berpotensi memperlebar kesenjangan ekonomi
antar wilayah di Kalimantan.
Untuk memitigasi ancaman dan tantangan ini, sangat penting untuk memastikan praktik pembangunan
berkelanjutan, yang melibatkan perencanaan yang cermat dan pertimbangan terhadap lingkungan dan
masyarakat lokal. Hal ini termasuk meminimalkan pembukaan hutan, menghormati hak masyarakat adat atas
tanah, dan berinvestasi pada infrastruktur dan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi dampak
lingkungan secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H