Marching band merupakan sebuah kegiatan yang dimana berisi sekelompok orang bermain alat musik sambil bergerak, berjalan, dan berbaris yang membentuk berbagai bentuk visual.Â
Yang membendakan marching band dengan bentuk band lain ialah disaat bermain marching band, pemain tidak diam di tempat, tetapi dituntut untuk selalu bergerak dinamis mengikuti musik atau lagu yang dimainkan.Â
Marching band pada awalnya digunakan untuk menakuti musuh guna membantu tentara elit Ustmaniyah, Janisarry selama masa kejayaan kerajaan Ustmaniyah yang mana kental sekali dengan sejarah perdaban agama Islam. Alasan digunakannya marching band ini sebagai "alat" untuk menakuti musuh adalah karena suara yang dihasilkan dari marching band ini bisa mencapai ratusan kilometer jauhnya.
 Setelah itu, marching band berkembang di Eropa setelah Ustmaniyah gagal untuk merebut Wina pada tahun 1683 yang dimana saat itu sejumlah peralatan marching band ditinggalkan oleh pasukan Ustmaniyah. Melihat hal ini, kerjaan di Eropa mengumpulkan orang-orang Australia untuk mempelajarinya, hingga kemudian dimanfaatkan oleh mereka sendiri. Setelah kejadian tersebut, tentara di seluruh Eropa mulai untuk menggunakan marching band dalam pasukannya. Penggunaan marching band ini merevolusi taktik perang di Eropa selama berabad-abad lamanya. Â
Dalam perjalanannya, akhirnya marching band ini dari sekelompok drum band yang dibuat sebagai tujuan untuk mengumpulkan massa. Namun, lama kelamaan fungsi drum band ini mulai bergeser kearah yang lebih sebagai hiburan atau entertaiment. Dikarenakan aspek musikalitasnya seperti aransemen atau komposisi lagu yang lebih terlihat menonjol, dan dalam segi baris pun yang sangat mengutamakan kualitas dari sinilah istilah marching band tersebut muncul.
Penampilan barisan marching band biasa dipimpin oleh satu atau dua orang komandan lapangan dan dilakukan baik di lapangan tertutup maupun lapangan terbuka dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah menyesuaikan dengan alur koreografi terhadap lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tarian yang dimaikan oleh pemain bendera. Marching band memiliki karakteristik yaitu, semua alat tiup logam mengarah ke depan semua (front bells). Dalam marching band terdapat banyak alat yang dimainkan oleh pemain yang berjumlah kurang lebih 100 oran yang terdiri dari pemain alat tiup berjumlah 45-60 orang, pemain perkusi berjumlah 20-30 orang, dan terakhir pemain color guard berjumlah 10-25 orang.
Ada pula alat-alat yang digunakan dalam marching adalah seperti berikut ini,
1. Divi Percussion Battery
- Snare Drum
- Quint Tom
- Bass Drum
- Hand Cymbal
2. Divisi Pit Intstrument
- Marching Bells
- Xylophone
- Vibraphone
- Marimba
- Timpani
- Chimes
- Orchestra Cymbal
- Grand Casa
3. Divisi Brass
- Trumpet
- Flugel Horn
- Melophone
- Baritone
- Euphonium
- Tuba/ Contra Tuba
4. Color Guard
- Bendera/Flag Standart
- Big Flag
- Flag Angel
- Rifle/Senapan
- Sabre/ Pedang
- Air Blade
Perlu diketahui bahwa selain marching band ada pula "bentuk lain" yang sebenarnya masih banyak yang belum diketahui atau tidak bisa dibedakan oleh orang awam terutama di Indonesia, kebanyakan orang selalu menyebut marching band dengan istilah drum band. Memang kedua tersebut tidak jauh berbeda dan masih termasuk dalam "satu keluarga." Beberapa kegiatan yang serupa dengan marching band yaitu ada drum corps dan drum band. Perbedaan diantara ketiganya tidak telalu jauh secara konsep ialah yang dimana merupakan kegiatan yang berisi sekelompok orang bermain alat musik sambil berbaris, berjalan, dan bergerak yang membentuk berbagai bentuk visual. Dalam perbedaan pun tak banyak yang berbeda dari ketiga kegiatan tersebut, yang membedakannya yakni yang pertama adalah jumlah pemain.
Seperti yang sudah diterangkan dalam pembahasan diatas, jumlah pemain marching band adalah berjumlah kurang lebihnya 100 orang, sedangkan untuk drum corps jumlah pemainnya lebih banyak daripada marching band yaitu kurang lebih berjumlah 155 orang dengan komposisi yang sama yaitu pemain alat tiup, pemain alat perkusi atau alat musik pukul, dan pemain bendera. Bedanya dengan marching band dengan drum corps dari segi alat adalah biasanya di dalam drum corps menggunakan alat yang lebih lengkap dan banyak dibandingkan dengan alat-alat yang digunakan dalam drum corps.
Contoh alat yang berbeda ini biasanya ada di alat tiup, yaitu biasanya didalam drum corps menggunakan alat tiup kayu atau biasa dikenal istilah alat musik woodwind, seperti contohnya adalah saxophone, flute, clarinet, oboe, basson. Namun dari banyak alat tiup yang telah dibeutkan hanya beberapa yang kadang digunakan dalam drum corps seperti saxophone dan juga flute. Perbedaan lainnya antara marching band dan drum corps ialah asosiasi yang menaungi keduanya, asosiasi yang menaungi marching band di Indonesia sendiri bernama Persatuan Drum Band Indonesia atau biasa dikenal dengan PDBI yang juga menaungi drum band dibawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia atau yang biasa disingkat KONI yang berada dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Olahraga atau Kemenpora. Sedangkan secara internasional induk organisasai yang menaungi marching band di dunia ialah WAMSB atau singkatan dari World Association of Marching Show Band. Sedangkan asosiasi yang menaungi drum corps di Indonesia sendiri ialah IDCA atau singkatan dari Indonesia Drum Corps Asociation yang berada di bahwa naungan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia yang bisa disingkat dengan KORMI. Secara Internasional asosiasi yang menaungi drum corps ialah DCI atau singkatan dari Drum Corps International. Contoh nama band di marching band ialah Gema Wibawa Mukti, Gita Pakuan, Locomotive, sedangkan contoh nama drum corps ialah Blue Devils, Carolina Crown, Bluecoats.
Yang sedikit membedakan juga antara marching band dan drum corps ialah di Indonesia konsep drum corps ini belum banyak yang menggunakannya dikarenakan kurangnya sumber daya manusia sehingga hanya cukup untuk marching band, ketika berbicara masalah massa atau orang ini tentunya berpengaruh terhadap tempat yang digunakan. Untuk marching band di Indonesia sendiri biasanya menggunakan gor olahraga indoor yang ada di daerah yang memadai, contohnya seperti lomba marching band yang sering diadakan di Indonesia oleh Grand Prix Marching Band Indonesia (GPMB) ialah Istora Senayan yang berada di Senayam, Jakarta. Sedangkan drum corps sendiri biasanya digelar di dalam lapangan football, DCI sendiri biasanya mengadakan acaranya di dalam lapangan football Lucas Oil Stadium yang berada di Indianapolis, Amerika Serikat.
Selanjutnya ialah perbedaan antara marching band dan juga drum band yang dimana perbedaan keduanya tak jauh beda dengan perbedaan dengan drum corps. Perbedaan yang paling terlihat ialah kembali dari jumlah pemain yang ada di dalam drum band sangatlah sedikit dibandingkan dengan marching band maupun drum corps. Jumlah personil dalam drum band biasanya kurang dari 100 orang, bisa 32-60 orang tergantung orang yang dibutuhkan oleh tiap unit drum band tersebut. Selain itu, dalam drum band kita bisa menemukan alat tiup yang biasa kita mainkan saat sd, yaitu pianika dan rekorder. Hal ini dikarenakan format drum band ini sering digunakan oleh sekolah dasar karena biaya yang lebih murah dan juga jumlah anggota yang tidak butuh terlalu banyak.
Selanjutnya dalam drum band biasanya alat yang digunakan pun tidak selengkap alat-alat yang digunakan dalam marching band atau pun drum corps. Dalam drumband, alat-alat tiup yang digunakan hanya trumpet, mellophone, dan trombone. Berbeda dengan marching band dan drum corps yang mementingkan aspek entertaiment didalamnya sedangkan drum band tidak demikian, dalam drum band komposisi atau lagunya cenderung lebih ke arah mars dan tidak mementingkan baris dan juga kualitas musik. Yang biasa menggunakan format ini ialah militer karena sering digunakan untuk parade atau pun upacara-upacara yang membutuhkan drum band sepagai pengiringnya seperti upacara bendera yang membetuhkan drum band untuk mengiring lagu Indonesia Raya dan juga hal lainnya.
Saat ini dikarenakan drum band juga berada di bawah naungan Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) yang berada dibawah naungan Komite Olahraga Nasional Indonesia dibawah pengawasan Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA) bersama dengan marching band. Format drum band ini sebenarnya tak hanya digunakan oleh anak sd maupun oleh militer, karena format drum band ini juga sudah menjadi salah satu cabang olah raga baik dalam PORPROV (Pekan Olahraga Provinsi) maupun Pekan Olahraga Nasional (PON), dengan mata lomba baris berbaris, lomba unjuk gelar, lomba berbaris jarak pendek, dan lomba ketahanan dan ketepatan berbaris. Saat ini di setiap baik kota, kabupaten, atau pun provinsi sudah terdapat drum band yang mewakili untuk daerahnya masing masing. Ketika kita melihat drum band berada di dalam cabang olah raga itu berarti baris berbaris dan juga dari segi musik menjadi penilaian penting.
Ketika kembali melihat keatasa setelah melihat perbedaan dan kesamaan dari ketiga kegiatan ini antara marching band, drum corps, dan drum band kita bisa melihat bahwa perbedaanya ini tidak banyak dan signifikan dan hanya terjadi pada jumlah personil atar tiap formatnya. Namun saat kita kembali lagi keawal dimana marching band merupakan kegiatan yang dimana berisi sekelompok orang bermain alat musik sambil bergerak, berjalan, dan berbaris yang membentuk berbagai bentuk visual, berdasarkan pengertian ini kita bisa simpulkan bahwa ketiga kegiatan ini merupakan sebuah pertunjukkan seni musik yang juga dikemas bentuk visualnya. Namun, ketika merujuk pada argumentasi yang dikemukakan oleh David Whitwell dalam bukunya yang bejudul "A New History Of Wind Music," ia meneliti hambatan yang dihadap oleh marching band dalam upaya untuk mendapatkan musikalitas dan estetika. Ia merangkum beberapa seni dan definisi estetika dengan menawarkan tiga karakteristik mendasar:
- Sebuah musik yang berestetika haruslah musik yang menyentuh substansinya.
- Harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan, seperti halnya seorang komposer mengkomunikasikan idenya.
- Nilai artistik harus dapat diterima oleh pendengar.
Argumentasi Whitwell ini mungkin bisa dijadikan indikasi bahwa marching band tidak memiliki semua karakteristik diatas, terutama dalam poin yang terdapat dalam nomor tiga. Sebuah pertunjukan marching Band terjadi dalam lingkungan di mana pendengar tidak perlu diam, dapat berdiri, atau bahkan berjalan-jalan. "Seorang penonton marching band tidak dianggap kasar dan tidak sopan apabila memfokuskan perhatiannya pada beberapa aktivitas lainnya." Asumsi dari argumentasi ini adalah bahwa semua pertunjukkan music harus mempunyai "perhatian penuh" dari seorang penonton, dan etika menonton pertunjukan musik harus ditaati oleh penonton. Sehingga dapat dikatakan bahwa marching band bukan sebuah pertunjukan musik yang berakibat marching band bukan merupakan seni musik.
Pandangan lainnya berasal dari James R. Wells yang menawarkan jika Marching band merupakan sebuah "estetika" karena marching band memadukan unsur harmonisasi pendengaran dan elemen visual, serta mengikut sertakan karya intelektualitas dan emosional seorang pemusik dan koreografer. Dari unsur-unsur tersebut dapatlah dikatakan bahwa Marching Band adalah sebuah "estetika baris-berbaris."
Lebih jauh Wells mempunyai tujuh "tujuan pendidikan musik dan pendidikan estetika" yang mungkin dapat direfleksikan dalam marching band:
- Marching band dapat mengembangkan sebuah penilaian terhadap perasaan.
- Marching band dapat mengembangkan kesadaran tentang bermusik dalam sebuah konteks sosial.
- Marching band dapat mengembangkan perilaku manusia, dengan cara berkarya dan bermusik.
- Marching band dapat mengapresiasi musik dalam budaya yg berbeda dengan budaya kita.
- Marching band dapat mengisi waktu luang dengan bermusik.
- Marching band dapat mengembangkan pemahaman bermusik dan ekspresi musik.
- Marching band dapat mengembangkan kemampuan teknis dalam performance.
Pendapat lain dari Jerry H. Bilik, yang menyatakan bahwa marching band merupakan bentuk seni. Bilik memberikan pengakuan penuh dengan marching band sebagai seni media. Pendapat ini didasarkan pada dua argumentasi, bahwa marching band adalah gabungan "seni-musik dan hiburan." Menurutnya, marching band merupakan bagian dari proses pembelajaran siswa sebelum menjadi seorang musisi professional.
Lauren Pape mempunyai argumentasi tersendiri. Dia menjelaskan bahwa pemain marching band atau drum corps wajib memiliki fisik yang kuat, didukung dari program training camp yang penuh dengan latihan fisik, antara lain lari, push-up, jumping jacks, sprint, dan olahraga lainnya. Adakalanya pemain sampai jatuh pingsan karena latihan fisik yang berat. Dalam latihanpun dituntun stamina yang prima. Seorang pemain harus mampu bergerak dalam display dengan 180 beats-per-minute dengan 4-5 langkah. Artinya pemain tersebut berjalan sepanjang 3,6 meter/detik, atau 13,1 km/jam, sambil meniup. Latihan ini berlangsung di terik matahari selama hampir 12 jam. Disini dapat dikatakan marching band juga merupakan kegiatan fisik dan olahraga.
Jadi dapat disimpulkan bahwa marching band, drum corps, dan juga drum band merupakan sebuah kegiatan komprehensif yang menggabungkan semua unsur dalam kehidupan manusia, dan bukan merupakan sebuah perdebatan dikotomi musik dan olahraga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI