Sebenarnya, tak harus menjadi aktor atau aktivis lingkungan untuk  peduli, cukup bahwa Anda manusia yang memiliki nurani. Kita tentu patut tersinggung dengan besarnya perhatian dan kepedulian orang-orang luar terhadap kelestarian hutan kita. Bahwa:
Mengingat pentingnya keberadaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perlindungan serta payung hukum yang bisa menjamin keberlangsungannya di masa depan. Di Aceh, Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) adalah mata rantai utama bagi lingkungan sekitarnya. Upaya untuk melindunginya harus ditempuh dengan tetap memasukkannya dalam perencanaan ruang, serta tidak menurunkan statusnya karena pertimbangan pragmatis.
Jadi jelas, masyarakat sangat peduli dan harusnya pemerintah menunjukkan sikap yang sama. GeRAM telah menyuarakan, bahkan mendesak Kemeterian Dalam Negeri RI untuk membatalkan qonun yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Aceh jika memang langkah untuk memasukkan KEL dalam RTRW tidak juga diindahkan. Ya! Mari kembali meraba ke dalam diri kita, sembari menikmati lagu Berita Kepada Kawan, Ebit G. Ade:
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Dari dua Negeri Serambi: Serambi Madinah dan Serambi Mekah, hutan telah menyampaikan pesan. Kelangsungan kehidupan yang lama dan bersahaja bagi manusia akan tercipta hanya dengan berkarib seintimnya dengan alam.
Keserakahan adalah musuh paling besar kemanusiaan dan akar dari segala kerusakan. Predator paling kejam terhadap rusaknya hutan-hutan adalah manusia yang telah kehilangan nuraninya! (*)