Mohon tunggu...
Sultan Sulaiman
Sultan Sulaiman Mohon Tunggu... Seorang Buruh Negara

Huruf-huruf yang tak pernah selesai/www.daengraja.com/sulaiman.putra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Duka Dua Negeri Serambi Sebab Hutan yang Terkoyak

2 Oktober 2016   15:28 Diperbarui: 2 Oktober 2016   15:46 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BPOM juga membeberkan hal lain, terkait pelarangan merkuri, bahwa pihaknya telah menemukan puluhan karung boraks tak berizin di sebuah gudang penyimpanan milik perusahaan tambang di Kota Gorontalo. Boraks ternyata dipasok, selain untuk dicampur sebagai pengawet makanan, boraks juga mulai digunakan penambang sebagai pengganti merkuri.

Hal ini patut dicermati dan hendaknya menjadi perhatian kita bahwa, kerusakan hutan yang terjadi dewasa ini telah membentuk sebuah lingkaran kerusakan yang lebih besar. Hutan terkoyak, koyaknya hutan menyebabkan bencana, perilaku merusak lain dengan penggunaan bahan kimia berbahaya yang mencemari lingkungan. Berdiam diri terhadap persoalan-persoalan tersebut adalah bentuk pembiaran pada kerusakan yang lebih besar.

Benar! Bahwa telah digagas Lokakarya dan Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) untuk melindungi dan mengamankan TNBNW oleh Pemerintah Bone Bolango. Hanya saja implementasi terhadap MoU tersebut harus dipastikan dalam rangka melakukan proteksi terhadap hutan lindung. Jika tidak, merasakan lezatnya mengasup telur burung maleo hanya tinggal masa lalu, dan generasi di masa depan hanya akan mendengar maleo sekadar dongeng saja, serupa dongeng purba tentang dinosaurus.

***

Undang-undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada Pasal 4 menyebut bahwa pelestarian sumber daya alam hayati merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar antara pemerintah dan masyarakat saling membahu dalam menyelamatkan hutan dari kerusakan. Hanya saja, di bawah payung kepentingan, masyarakat dan pemerintah tampak saling menikam dan menjadikan hutan sebagai “wilayah rampasan” demi mengenyangkan “perut” masing-masing.

Persoalan ini menjadi amat krusial, dari Negeri Serambi Madinah mari menengok ke Barat bumi pertiwi. Di Negeri Serambi Mekah, hal yang senada telah terjadi. Adalah Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) telah dihapus dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh setelah diterbitkannya QANUN  No.19/2013 oleh Pemerintah bersama DPRD Aceh.

Di Negeri Serambi Mekah, isu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah redup berganti dengan kecemasan terhadap Kawasan Ekosistem Leuser yang terancam. Melalui Gerakan Rakyat Aceh Menggugat (GeRAM), Farwiza bertindak sebagai juru bicara seperti yang dituturkan pada BBC Indonesia, menyebut bahwa penghapusan KEL dalam RTRW Aceh yang berarti KEL tak lagi masuk dalam Kawasan Strategis Nasional menyebabkan kerusakan parah dan kerugian besar bagi masyarakat. Lebih lanjut, Farwiza menyampaikan terbukanya jalan secara luas membuka kesempatan terjadinya tindakan illegal yang intensif, fragmentasi kawasan dan habitat menimbulkan konflik satwa dan manusia yang semakin sering.

Dampak ini telah dirasakan utamanya dengan meningkatnya alih fungsi kawasan menjadi hutan industri. Perkebunan sawit terbuka dan luasnya semakin bertambah. Berlanjut dengan terbukanya  kawasan pertambangan yang jelas mengancam rumah bagi  satwa khas malesiana. Kita terancam kehilangan populasi spesies-spesies langka seperti harimau Sumatera, orang utan Sumatera, badak Sumatera, gajah Sumatera, dan macan tutul. Jika KEL dibiarkan dijarah, suatu saat di masa depan, spesies tersebut akan menjadi kenangan.

Saat mendapat kesempatan berkunjung ke kawasan Sumatera (tepatnya Jambi), dari jendela pesawat, saya tertegun menyaksikan deretan perkebunan sawit yang jumlahnya ribuan hektar. Proyek perkebunan sawit ini jelas telah menggusur banyak satwa dan menghancurkan ekosistem hutan sebagai paru-paru dunia. 

Kita patut merenung dan menumbuhkan kesadaran betapa kelak ketakutan akibat alam yang tak lagi ramah akan semakin menjadi-jadi. Sepertinya ada upaya untuk menggusur seluruh hutan di Kawasan Sumatera dan menggantinya menjadi Hutan Tanaman Industri yang hanya ditumbuhi Kelapa Sawit. Betapa cilakanya kodong Rahing!

Kesadaran terhadap posisi KEL yang strategis ini juga mendorong aktor sekelas Leonardo Dicaprio dan Adrien Brody mengirim pesan untuk menyelamatkan KEL. Melalui foto-foto yang diunggah di instagram baik Dicaprio dan Brody mengajak untuk menjaga KEL sebagai rumah besar bagi satwa liar di Kawasan Asia Tenggara. Bahkan tidak sampai di situ, Dicaprio melalui yayasan Leonardo DiCaprio Foundation menyumbangkan US$3.2 juta (setara Rp 44 miliar) untuk melindungi keberlangsungan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun