Senja sudah mulai luruh di Kampung Tlatar. Kabut di atap gunung merapi mulai berpendar di sekelilingnya dan itu mempercepat kelam.Â
Pada halaman gudang, yang sekaligus berfungsi sebagai wadah pengeringan padi dan komoditi lainnya, saya memandang ibu -ibu petani yang sedang bercengkerama di pintu masuk gudang. Ya, mereka ke sini, yaitu untuk melamar pekerjaan di Perusahaan kami. Calon -calon pekerja ini ada dua puluh orang. Â Dan sebagian besar, para ibu ini sudah berumur di atas empat puluh tahun. Mereka sedang berembuk dengan ketuanya yang kemudian hari saya mengetahuinya bahwa itu adalah perantara pekerja itu.
 Mereka masih berembuk dengan santai yang diiringi suara ketawa dan senda gurau teman- temannya. Sesaat kemudian, ibu ini berjalan ke arahku. Aku berdiri menyambutnya.
"Juragan" panggil ketuanya."
"Ya, " sahutku.Â
"Ibu- ibu ini minta dibayar harian" ujarnya .
"Kerja kontrak saja dan kami akan bayar per minggu'' tegasku.
"Mereka tidak mau " jawabnya lagi.
 "Ya, sudah. Kami akan cari yang lain saja" ucap teman aku, Pak Budi dengan tegasnya.Â
Pak Budi adalah salah seorang penduduk asli Boyolali yang membantuku dengan setia selama saya di Boyolali
"Tapi Juragan, mereka minta upah sekarang, karena sudah menunggu  juragan mulai pagi sampai sore hari. Dan, sebagian mereka sudah bekerja membersihkan gudang dan mengiris- iris jahe dan kunyit segar".
"Baiklah" jawabku. Â Saya meminta tolong kepada Pak Budi menghitung bayaran mereka dan kalau tidak salah ingat, kami harus membayar ke mereka, sekitar tiga ratus ribu rupiah. Dalam hati, Â kami mengikhlaskan karena permintaan mereka normal adanya. Â Â Â Â
                                                 ***
Saya mengajak pembaca untuk menoleh ke belakang, yang melatar belakangi aku sehingga aku bisa di sini. Juragan itu, adalah saya dan saya telah mendirikan pengadaan barang- barang kami, di Kampung Tlatar, Boyolali. Â Artinya kami telah sukses mendapatkan kontrak penjualan dengan pembeli dari Amerika, India dan tidak lama kemudian kami juga mendapatkan pembeli dari Brunei Darussalam.
Untuk informasi, Perusahaan kami adalah Perusahaan UKM yang berdomisili di Jakarta. Pada saat kami di Jakarta, tim kantor kami selalu berdiskusi mengenai perdagangan online. Dan mereka tidak membutuhkan waktu beberapa lama, kami bisa mendapatkan pemesanan yang nilainya sangat lumayan besar. Inilah cara -cara tim kami lakukan sehingga bisa mendapatkan kepercayaan para pembeli di Luar Negeri.
1.Usaha bisnis online kami haruslah terdaftar yang berdasar peraturan pemerintah.
2.Mengetahui  detail produk yang akan kami ekspor .
Setelah kami mencari di pasar internet dan  menelpon secara langsung dan berulang-ulang , kami menetapkan bahwa kantor pergudangan kami, sebaiknya kami menempatkan di Boyolali. Alasannya, rempah -rempah yang dibutuhkan bertebaran di Kampung Wonogiri, Ponorogo, Madiun dan Yogyakarta. Kami lalu menyewa gudang dan membeli bahan mentah dari petani yang di Kampung tersebut. Ibu -ibu yang berdiri di pintu gudang tadi adalah calon pekerjaku yang tidak berlanjut kerja   dan mereka tidak mau bekerja kontrakan, karena mereka mau dibayar kerja berdasar harian.      Â
                                                ***
Pada keesokan harinya, matahari bersinar cerah dan udara yang menerpaku sangat beraroma sesuatu yang berasal dari kumpulan rempah- rempah dari dalam gudang. Saat itu, saya sendiri di dalam gudang, dan ibu- ibu petani tidak ada yang datang. Ya, bukankah mereka sudah sepakat bahwa mereka akan bekerja kalau mereka mendapatkan gaji harian?
Kami harus mencari jalan keluar. Jalan terbaik adalah mereka, atau ibu- ibu ini bekerja sama dengan kami, yaitu sistem kontrak yang upahnya kami bayar setiap minggu. Itu cara terbaik. Saya  lalu mendatangi seorang ibu petani yang rumahnya di dekat gudang. Namanya, dia adalah Ibu Nur dan dia punyai anak tunggal, seorang putri yang sampai saat ini saya belum tahu namanya. Hebatnya dia, bahwa dengan bekerja sebagai buruh tani di kampungnya, ibu ini bisa menyekolahkan anaknya di Kampung Tlatar ini.
Setelah bertemu, saya menjelaskan tentang pekerjaan dan akhirnya Ibu Nur bersedia kerja dengan kami. Lihatlah, fasilitas yang kami berikan kepada Ibu- ibu ini, saya memberikan handphone yang bisa video calling dan sesungguhnya saya ingin dia menelpon kami dengan memotret produk kami kalau sementara kerja di dalam atau di luar gudang. Dan teman kami di Jakarta, bisa mengontrolnya di layar screen yang lebar di kantor Jakarta.
Kami juga memberikan fasilitas peminjaman uang dalam jumlah nominalnya terbatas, untuk penggunaan darurat, seperti biaya sekolah anaknya, biaya pengobatan, atau membeli obat. Fasilitas ini menggerakkan hatinya untuk ikut bekerja. Sejak hari itu, gudang kami sudah mulai ramai. Mereka yang dulu melamar kerja untuk harian kembali bekerja sama dengan kami. Ibu - ibu petani ini telah  menggerakkan roda- roda produksi kami. Lalu, apa yang harus kami lakukan selanjutnya?
 Produksi sudah berjalan dan saya cukup mengontrolnya setiap hari. Dan, teman kantor di Jakarta senantiasa mencari pasar di dunia online. Bekerja sama dengan ibu- ibu ini, sungguh sangat indah. Kalau ada kesalahan yang dibuat oleh mereka, juga tidak terlalu berat dan secepatnya bisa kami perbaiki . Suasana alam yang asri, air yang melimpah sesungguhnya memberikan suasana positif dan telah memberikan kami ruang untuk berkreasi. Pengiriman pertama produk rempah- rempah kami ke luar negeri sukses dan kami bisa mengekspor langsung ke Visakh (India ).                         Â
                                                ***
Tidak terasa waktu yang berjalan sesuai kodratnya, kami sudah hampir dua tahun di kampung itu, dan di dalam waktu itu, saya biasa juga ke luar negeri untuk berpromosi. Proyek pemberdayaan ibu- ibu petani ini telah mencapai levelnya. Kehidupan perekonomian mereka juga sudah berubah lebih baik. Sebagian ibu- ibu yang kerja membuka usaha juga seperti kami, meskipun skala lokal saja. Dan tentu saja akan jauh lebih baik, kalau  ada semacam lembaga keuangan, seperti Danamon yang bersedia memberikan pengarahan dan pendidikan dalam hal pengelolaan modal.Â
Kesimpulan bisnis kami yang telah kami capai, ibu -- ibu petani bisa mengetahui proses rempah- rempah yang bahan mentahnya bisa jadi bahan siap produksi pada perusahaan jamu . Dan selanjutnya mereka mengetahui dan mengaplikasi proses perdagangannya sehingga produk mereka bisa diandalkan di pasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H