Mohon tunggu...
Kedaulatan Rakyat
Kedaulatan Rakyat Mohon Tunggu... Penulis - Kedaulatan

Menulis artikel ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

IMMADA Mataram Menyoroti Kegagalan Bupati Bima di Monta Dalam

1 Januari 2020   19:00 Diperbarui: 1 Januari 2020   19:18 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penggurus IMMADA, ketua IMMADA pake baju putih di tengah

4. Pengangguran

Sebagai salah satu daerah dengan lumbung pangan terbesar dengan produksi hasil bumi dan lautnya seperti padi, ikan, rumput laut, dll, tentunya Monta dalam menjadi daerah dengan potensi perekonimian paling besar di daerah kab. Bima, terbukti dengan hasil ekspor SDA yang menguasai pasar yang ada di Bima sampai dengan hari ini, namun hal itu berbanding terbalik dengan apa yang di alami oleh masyarakat dan pemuda Monta dalam, produksi yang besar tidak di imbangi dengan pengolaan dan perhatian khusus dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan. 

Sehingga imbasnya adalah tidak teraturnya masalah harga dan segala macam yang dimainkan membuat masyarakat pesimis, hal ini kemudian menyebabkan masyarakat malas bekerja dan lebih memilih menjadi pengangguran, hasil dari pengangguran ini masyarakat dan pemuda pada umumnya memilih aktivitas yang tidak terkontrol sehingga tidak heran kemudian konflik, kenakalan remaja dll menjadi hal yang biasa terjadi di wilayah tersebut. 

Sampai dengan saat monta dalam di cap sebagai daerah zona merah dengan potensi konflik terbesar dikarenakan kurang perhatian dari pemerintah  Ka. Bima.

Lebih lanjut ahdin (Ketua Umum IMMADA) pemuda asal desa sondo ini mengatakan bahwa kegagalan IDP-Dahlan akan menjadi catatan di dalam hati masyarakat monta dalam. Dan ahdin menilai visi misi bima ramah hanyalah angan-angan dan telah gagal membangun monta dalam yang ramah. Dalam hal ini kami mengatakan mosi ketidak percayaan kepada pemerinta kab.Bima dengan berbagai catatan tersebut. tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun