Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Setelah Dilantik, Inilah 3 Problem SDM yang Harus Segera Dibenahi oleh Presiden Prabowo

20 Oktober 2024   12:53 Diperbarui: 20 Oktober 2024   20:12 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi balita stunting (Sumber: Detik.com)

Tahun 2023 prevalensi stunting turun menjadi 21,5 persen. Anak berisiko stunting jika mengalami kekurangan gizi sejak dari dalam kandungan hingga berusia 2 tahun, atau sering disebut sebagai 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK).

Anak yang mengalami stunting menunjukkan kondisi kekurangan gizi yang kronis dan memiliki tinggi badan lebih pendek bila dibandingkan anak seusianya.

Problem krisis pangan di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh ketergantungan pada impor yang sangat potensial mengancam ketahanan pangan nasional.

Ancaman terhadap ketahanan pangan ini berdampak pada ketersediaan pangan lokal bergizi sebagai faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif dan berdaya saing.

Pandemi Covid-19 sempat melemahkan pembangunan pangan dan gizi sehingga upaya perbaikan gizi dan kesehatan terkendala beberapa tahun. Hingga sekarang krisis pangan masih terus menghantui, di mana mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi komoditas pangan impor yang sering kali kandungan nutrisinya tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak Indonesia.

Puncak dari problem SDM adalah kemiskinan. Meskipun telah menurun, kemiskinan tetap menjadi salah satu tantangan utama bagi pembangunan nasional Indonesia.

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, per Maret 2024, sekitar 9,03% dari total populasi Indonesia, atau 25,22 juta orang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Angka kemiskinan ini harus segera dikurangi karena berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan telah membatasi akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas tenaga kerja.

Jumlah orang miskin yang sudah mencapai 25 juta jiwa lebih saat ini bisa berakumulasi lebih banyak lagi beberapa tahun mendatang jika pemerintah gagal atau terlambat menanganinya.

Ibarat mata rantai yang saling mengikat, kemiskinan menyebabkan warga memiliki daya beli yang rendah untuk membeli pangan yang bergizi sehingga membatasi akses mereka untuk mendapatkan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Semakin lama tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang baik akan memicu terjadinya gizi buruk yang berkepanjangan.

Jika kondisi ini terjadi pada ibu hamil maka mereka berpotensi melahirkan anak-anak stunting yang lemah secara fisik dan intelektualitas. Akibatnya, kualitas kesehatan menjadi buruk ketika dewasa, produktivitas kerja rendah dan tidak memiliki daya saing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun