Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Lagu "Ini Rindu" dan Nostalgia Kelincahan Masa Remaja

29 Juli 2024   12:39 Diperbarui: 1 Agustus 2024   15:36 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendiang Farid Hardja pencipta lagu "Ini Rindu" (Sumber: Tirto.id)

"Sebelum aku tahu akan artinya cinta
Terlena ku dibawa nya kesana
Setelah dia pergi baru aku mengerti
Kutelah jatuh cinta kepadanya"

"Oooh... aku rindu
Katakan padanya aku rindu
Oh burung nyanyikanlah
Katakan padanya aku rindu"

Potongan lirik yang menjadi pembuka lagu "Ini Rindu" tersebut masih saya hafal dengan baik sampai sekarang. Irama riang  musik yang mengiringinya pun masih terngiang dengan jelas di telinga saya. Bahkan, ekspresi dan gerak para penyanyinya pun masih terbang jelas dalam memori saya saat ini. Lagu "Ini Rindu" merupakan one hit wonder saya ketika remaja dulu.

Lagu "Ini Rindu" merupakan salah satu lagu genre pop yang sempat menjadi hits untuk remaja era 80-an di kampung saya. Lagu yang dibawakan langsung oleh penciptanya Farid Hardja (almarhum) dan Luki Reza -- serta para penyanyi latarnya -- ini memiliki karakter riang dengan irama yang menggoda untuk berjoget. Semua remaja di kampung saya saat itu sangat menghafal lirik lagunya sampai dengan irama rapnya yang cepat.

"Apabila cinta singgah di hati
Bola mata sesat ku tak memandang
Melihat api seperti air
Dan melihat air laksana api
Meskipun banyaknya nasehat asmara

Namun tiada ada satu pun pengobat rindu
Telingapun tuli mata jadi buta
Begitunya panasnya demam asmara
Mulutpun bi bi bi bi bi bi bisu
Lidah pun ke ke ke ke ke ke keluh
Ka ka ka ka ka ka karena
Ci ci ci ci ci ci cinta..."

Potongan lirik tersebut dibawakan dengan gaya rap membuat lagu "Ini Rindu" terasa lebih hidup. Kami yang berada di masa-masa remaja yang penuh dengan gejolak emosi merespons lagu tersebut dengan menggoyangkan badan sebebas mungkin. Tentu ada yang masih malu-malu karena merasa gerakannya kurang lincah atau tidak sesuai dengan beat dan irama lagunya.

Masa remaja saya tumbuh di sebuah kampung yang berada di pesisir salah satu kabupaten di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kampungnya jelas jauh tertinggal bila dibandingkan dengan kampung-kampung yang ada di Jawa. Meski demikian, dalam soal musik, kami termasuk orang-orang yang sangat cepat beradaptasi dengan perkembangan musik di tanah air, terutama dangdut, disko, dan pop.

Setiap toko akan memutar lagu-lagu yang hits melalui dua atau tiga salon yang terhubung dengan sound system. Dari salon-salon inilah lagu-lagu dangdut, pop, diskor, reggae diputar untuk memancing pengunjung masuk ke dalam toko. Kami bisa mengetahui perkembangan musik melalui toko-toko ini.

Minimnya tempat hiburan membuat toko-toko musik menjadi tempat nongkrong anak muda. Kami biasanya nongkrong secara bergerombol di depan selasar toko-toko tersebut sambil mendengar atau meminta pelayan untuk memutar lagu-lagu yang bagus. Kegiatan nongkrong ini biasanya kami lakukan setelah jam sekolah dari jam 2 sampai toko tutup sekitar jam 7 atau 8 malam.

Di kampung kami dulu punya tradisi mengadakan pesta untuk acara-acara penting dalam siklus kehidupan manusia. Pesta paling besar adalah pernikahan yang melibatkan orang sekampung dari persiapan hingga pelaksanaan. Puncak dari acara pesta pernikahan adalah malam resepsi yang diadakan di tempat terbuka di bawah naungan tenda yang besar. Dalam acara inilah semua warga terutama anak-anak muda satu kampung berkumpul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun