Sistem pendidikan nasional kita telah menggariskan bahwa, penyelenggaraan pendidikan di negara ini bisa ditempuh melalui 3 jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.Â
Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Â
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Perbedaan ketiga jalur pendidikan tersebut terletak pada sistem struktur pendidikan, jangka waktu pendidikan, sistematika pembelajaran, dan lembaga penyelenggara.Â
Pendidikan informal dan nonformal memiliki struktur pendidikan yang lebih sederhana dan ditempuh dalam waktu yang lebih cepat dibanding pendidikan formal.
Penyelenggara kedua jalur pendidikan ini adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, atau lembaga pendidikan inisiatif masyarakat yang sesuai dengan sistem pendidikan nasional. Hasil pendidika kedua jalur ini akan mendapat pengakuan negara setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Menurut Philip H. Coombs pendidikan nonformal adalah aktivitas pendidikan yang terorganisir yang berlangsung sendiri atau sebagai bagian dari kegiatan yang lebih luas di luar sistem pendidikan formal, dengan maksud melayani peserta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.Â
Dengan pendidikan nonformal peserta didik bisa mengembangkan potensinya dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Materi pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain.Â
Semua materi tersebut boleh dipilih oleh masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal.
Ciri utama yang membedakan pendidikan nonformal dengan pendidikan formal adalah fokus pada pembelajaran mandiri yang menyelaraskan aktivitas belajar peserta didik dengan target keterampilan yang diajarkan.Â
Ciri-ciri lain yang bisa dikenali dari pendidikan nonformal adalah waktu pembelajaran dan kurikulum yang fleksibel, hubungan guru dengan siswa yang lebih personal, dan syarat penerimaan siswa yang sangat mudah. Â
Pendidikan nonformal meskipun penyelenggaraannya lebih luwes daripada pendidikan formal yang berlangsung di sekolah, penyelenggaraannya tetap di bawah pembinaan pemerintah agar kualitas dan out put-nya bisa berguna dan disetarakan dengan pendidikan formal.Â
Untuk memudahkan pembinaan pendidikan nonformal, pemerintah telah menggariskan sejumlah asas yang harus dipatuhi oleh semua lembaga pendidikan nonformal.
Setidaknya, ada 3 asas yang menjadi prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan nonformal di Indonesia, yaitu:
#1. Visi
Asas ini berkaitan dengan standar minimal pendidikan yang harus dicapai siswa. Pencapaian ini harus mempertimbangkan berbagai jenis dan tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
#2. Inovasi
Asas inovasi merupakan prinsip yang tetap memerhatikan norma, nilai, teknologi, dan metode dalam mengembangkan inovasi pendidikan.Â
Artinya, pemerintah akan mengakomodasi pengembangan inovasi pendidikan nonformal yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dalam hal norma, nilai, dan teknologi.
#3. Pengembangan
Asas ini menjadi pedoman dalam inovasi yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan nonformal dalam masyarakat. Pengembangannya harus menganut 4 prinsip, yakni: menyeluruh, keterpaduan, kuantitatif dan kualitatif, dan informasi yang valid. Menyeluruh artinya program atau kegiatan yang direncanakan harus sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.Â
Keterpaduan adalah suatu rencana yang meliputi program pendidikan formal dan informal yang terkoordinasi sehingga jenis program pendidikannya selaras satu sama lain.Â
Aspek kualitatif dan kuantitatif mengacu pada peningkatan kemampuan belajar dan bekerja secara kualitatif dan kuantitatif. Informasi yang valid merujuk pada informasi yang bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah, dan lembaga swasta, sebagai bentuk integrasi semua sumber terpercaya yang dibutuhkan masyarakat.
Urgensi Pendidikan Nonformal
Hingga sekarang pendidikan formal di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama menyangkut 3 isu, yakni: kualitas yang rendah, ketimpangan akses, dan keterbatasan fasilitas.Â
Pendidikan formal yang sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sering kali dihadapkan pada ketiga isu tersebut yang selalu menjadi kendala dalam pendidikan nasional selama ini.
Dalam aspek kualitas pengajaran, banyak sekolah masih mengalami kekurangan tenaga pendidik yang kompeten dan berpengalaman.Â
Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas pengajaran dan pembelajaran yang diterima oleh siswa. Muara dari kendala ini adalah kualitas pendidikan nasional yang selalu berada di peringkat terendah di dunia.
Aspek ketimpangan akses adalah isu lama yang selalu muncul karena tidak semua daerah di Indonesia memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.Â
Daerah terpencil dan tertinggal seringkali kekurangan fasilitas pendidikan yang memadai. Ketimpangan akses ini biasanya diikuti dengan kendala keterbatasan fasilitas belajar yang ada di sekolah, terutama yang berada di daerah berkategori khusus.
Aspek lain yang menjadi kendala pendidikan formal adalah kurikulum yang kurang relevan sehingga sering kali tidak sejalan dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi yang cepat. Hal ini membuat lulusan kurang siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
Semua kondisi tersebut membuat penguatan peran pendidikan nonformal menjadi sangat urgen untuk dilakukan sebagai pelengkap yang strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Meskipun sifatnya hanya sebagai tambahan, pendidikan nonformal memiliki potensi besar untuk menciptakan manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas.
Pendidikan nonformal mencakup berbagai jenis pendidikan di luar sistem sekolah formal memang dirancang sebagai model pembelajaran yang menjadi komplementer untuk pendidikan formal.Â
Karena itu, pendidikan nonformal dibuat dengan model yang memiliki sejumlah  keunggulan dan peran strategis dalam sistem pendidikan nasional.
Beberapa keunggulan pendidikan nonformal yang bisa dipertimbangkan sebagai tambahan keterampilan atau kompetensi yang mendukung pendidikan formal antara lain:
Fleksibel dan Inovatif
Pendidikan nonformal memiliki fleksibilitas dalam menyusun kurikulum dan metode pengajaran yang inovatif. Ini memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan zaman.
Pemberdayaan Masyarakat
Pendidikan nonformal yang berbasis komunitas memiliki orientasi pada pemberdayaan masyarakat. Kegiatan seperti pelatihan keterampilan dan literasi membantu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian masyarakat.
Pengayaan dan Pengembangan Diri
Program pendidikan nonformal menyediakan peluang bagi individu untuk mengembangkan keterampilan dan minat yang tidak terakomodasi dalam pendidikan formal. Misalnya, kursus bahasa asing, teknologi informasi, dan seni.
Penanggulangan Ketimpangan
Pendidikan nonformal dapat menjadi solusi bagi mereka yang tidak memiliki akses ke pendidikan formal. Dengan biaya yang lebih terjangkau dan lokasi yang lebih mudah dijangkau, pendidikan nonformal dapat membantu mengurangi ketimpangan akses pendidikan.
Akselerasi Pendidikan Nonformal
Dengan perannya yang strategis tersebut, kedudukan pendidikan nonformal tidak bisa disepelekan atau diabaikan begitu saja.Â
Pendidikan nonformal bisa menjadi akselerator yang yang berperan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang unggul dan berkualitas, melalui peningkatan kualitas SDM, pembelajaran sepanjang hayat, dan penguatan karakter dan moral.
Pendidikan nonformal sangat efektif dalam meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan dan keterampilan yang relevan dan mutakhir. Hasilnya bisa membantu meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global.Â
Selanjutnya, pendidikan nonformal mendorong konsep pembelajaran sepanjang hayat, di mana peserta didik terus belajar dan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman.Â
Pendidikan nonformal juga berperan dalam memperkuat karakter dan moral melalui program pendidikan yang fokus pada pengembangan karakter, nilai-nilai moral, dan keterampilan sosial, yang sangat penting untuk membentuk individu yang unggul dan berkualitas.
Meskipun bersifat tambahan atau pelengkap, pendidikan nonformal mampu mengatasi berbagai kekurangan dalam sistem pendidikan formal sekaligus memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas.Â
Dengan memperkuat dan memperluas akses serta kualitas pendidikan nonformal, bangsa Indonesia dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dan membangun bangsa yang lebih maju dan sejahtera.
Depok, 9/7/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H