Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Tips Membangun Visual Storytelling dengan Mainan

7 Juli 2024   19:11 Diperbarui: 9 Juli 2024   00:13 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi visual storytelling dengan miniatur mobil polisi dan petugas polisi (Dokumentasi pribadi)

Buat kalian yang masih suka koleksi mainan miniatur, hobi ini bisa menjadi inspirasi untuk membuat konten tulisan, yaitu visual storytelling. Kok bisa? Bisa dong, karena keterampilan menulisnya sudah punya. Keterampilan ini sangat membantu dalam membuat tema atau konsep storytelling yang elemen visualnya menggunakan mainan-mainan miniatur yang ada.

Apakah ada kriteria tertentu dari mainan yang bisa dijadikan sebagai elemen visual dari sebuah storytelling?

Tidak ada! Bebas memilih mainan apa saja. Mau modelnya binatang, mobil, pesawat, orang, rumah, atau apa saja. Materialnya bisa dari plastik, kertas, atau besi dan enamel. Semuanya bisa dijadikan elemen untuk membangun storytelling yang menarik. 

Kunci dari visual storytelling ini bukan pada mainannya, tetapi imajinasi. Semakin unik imajinasinya, konsep storytelling-nya pun pasti menarik. Hasilnya, sebuah artikel yang menghibur, inspiratif, dan menarik.

Imajinasi Adalah Kunci

Kunci utama dari sebuah visual storytelling yang menarik adalah imajinasi penulisnya. Imajinasi sangat penting dalam menginspirasi dan mendorong lahirnya artikel yang punya kekuatan bertutur dengan makna yang mendalam. Imajinasi adalah medium untuk menginterpretasi teks sekaligus merangsang visualisasi teks di dalam otak manusia. Karena itulah, Albert Einstein sangat memuji kekuatan imajinasi dalam memvisualkan sains daripada pengetahuan dan nalar.

Menurut ilmuwan dunia abad XX tersebut, "imajinasi lebih berharga daripada pengetahuan. Pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi seluas langit dan bumi. Nalar hanya akan membawa Anda dari A menuju ke B. Namun imajinasi bisa membawa Anda dari A ke mana pun."

Baca juga: Bagaimana Albert Einstein Memanfaatkan Waktu Luangnya?

Dalam konteks storytelling, imajinasi menjadi medium untuk menginterpretasi cerita. Storytelling merangsang imajinasi untuk visualkan cerita. Story atau cerita sendiri adalah narasi yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca yang selalu berawal dari ide atau gagasan. 

Ide akan membantu penulis melahirkan konsep cerita lebih mudah sehingga memungkinkannya untuk melakukan riset terkait elemen cerita, mengidentifikasi komponen visual pendukung, melakukan lay out mainan, hingga membuat storyboard sebagai pedoman dalam menghasilkan visual yang selaras dengan ide penulisan.

Imajinasi kemudian menyelaraskan visual dengan ide atau konsep cerita yang hendak dituliskan. Imajinasi sebagai produk otak manusia memiliki daya cipta visual yang sangat kuat. Otak manusia sangat peka terhadap visual dan sangat cepat merespons rangsangan visual. Otak akan merekam semua pengalaman visual manusia lalu disimpan ke dalam memori sebagai kenangan, yang sesewaktu bisa dihidupkan lagi oleh rangsangan visual yang sama.

Imajinasi menjadi kunci yang akan membuka semua kenangan atau pengalaman yang tersimpan di dalam memori otak manusia sebagai reaksi otak manusia terhadap rangsangan visual yang diterima. Dalam konteks bercerita, visual storytelling merupakan visualisasi pengalaman manusia yang merangsang imajinasi untuk membangkitkan pengalaman visual seseorang.

Apa tanda yang bisa dirasakan dari sebuah visual yang bisa merangsang imajinasi untuk membangkitkan pengalaman visual? Tanda yang paling kuat adalah reaksi setiap orang terhadap sebuah narasi visual yang berbeda-beda. 

Sebuah narasi acapkali dimaknai secara beragam, tergantung pada referensi interpretasi subyektif yang digunakan. Referensi interpretasi ini sangat ditentukan pengalaman visual seseorang.

Di sinilah imajinasi memainkan perannya sebagai kunci dari visual storytelling karena memiliki daya cipta visual yang kuat.

Elemen Visual Storytelling

Dalam sebuah visual storytelling hanya ada dua elemen riil yang berperan, yaitu story atau cerita dan visual. Elemen story selalu berkaitan dengan teknik dalam membangun cerita yang terdiri dari narasi, bahasa, dan estetika atau seni dalam bercerita. Sedangkan elemen visual berkaitan dengan komponen yang akan menjadi obyek visual yang akan ditampilkan. 

Dalam konteks ini, komponen visual utamanya adalah mainan atau miniatur yang akan menjadi fokus cerita. Selain mainan, ada komponen pendukung, yaitu properti dan teknik atau skill dalam lay out (tata letak) dan lighting (pencahayaan) obyek.

  • Visual

Properti merupakan perangkat atau alat-alat pendukung yang digunakan untuk melengkapi obyek utama sehingga menjadi lebih nyata dan lebih jelas arah ceritanya. Properti mainan bisa berupa rumah-rumahan, atau pohon-pohonan yang biasa digunakan sebagai latar belakang. Kemudian ada jalan, rambu, atau fasilitas pendukung lainnya, kalau visual utamanya adalah mobil. 

Bisa juga menampilkan miniatur manusia yang disesuaikan dengan tema cerita. Fungsi utama dari properti adalah memberi konteks terhadap mainan yang menjadi fokus utama cerita.

Ilustrasi mainan mobil PJR yang sebagai elemen visual dalam visual storytelling (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi mainan mobil PJR yang sebagai elemen visual dalam visual storytelling (Dokumentasi pribadi)

Komponen pendukung berikutnya adalah skill dalam lay out mainan dan properti. Dibutuhkan ketelitian dan keterampilan dalam meletakkan setiap obyek pada tempat yang sesuai dengan perannya dalam cerita. Tata letak harus bisa merepresentasikan kehidupan nyata yang ada dalam pengalaman visual manusia.

Terakhir adalah keterampilan dalam mengatur tata cahaya atau pencahayaan terhadap obyek yang sudah dilayout. Tata cahaya ini menyangkut intensitas dan kekuatan cahaya, arah dan sumber cahaya. 

Untuk pencahayaan ini bisa menggunakan cahaya alami dari matahari, atau pencahayaan buatan seperti lampu. Tujuan pencahayaan adalah menghadirkan kesan dan emosi audiens atau pembaca.

Untuk jelasnya saya tampilkan sebuah gambar yang menjadi elemen visual story untuk memperjelas peran imajinasi dalam visual storytelling. Foto berikut menampilkan tiga mobil mainan diecast "Landrover Defender 90" sebagai fokus dari visual storytelling. Visualisasi ini masih simpel karena elemen-elemen pendukungnya juga sedikit, hanya latar belakang gunung, gambar pohon, dan jalanan bertekstur kasar.

Interpretasi, kesan, dan perasaan kita pasti biasa saja, belum terlalu menarik karena masih terlalu umum. Semua orang bisa merasakan hal yang sama karena visualisasi pemandangan ini bisa menjadi pengalaman visual semua orang. Artinya, sebagai visual storytelling, foto di bawah ini kurang menarik karena belum melibatkan emosi pembaca secara mendalam.

Ilustrasi mainan mobil Landrover Defender 90 (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi mainan mobil Landrover Defender 90 (Dokumentasi pribadi)
  • Cerita

Elemen cerita dari visual storytelling berfokus pada aspek-aspek yang mencakup narasi atau bangunan cerita, penggunaan bahasa sebagai medium untuk berkomunikasi dengan pembaca, dan estetika atau seni bercerita yang menarik.

Narasi atau bangunan cerita adalah teknik membangun cerita visual yang faktual, dengan narasi pengalaman visual yang nyata. Pengalaman visual ini diceritakan secara sederhana dalam menyoroti aspek-aspek yang populer dan aktual sehingga ceritanya memiliki nilai approximity atau kedekatan dengan pembaca. Beri penekanan pada aspek-aspek unik yang membangkitkan memori dan emosi, seperti rasa seru, asyik, senang, gembira, dan penasaran.

Ilustrasi miniatur polisi (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi miniatur polisi (Dokumentasi pribadi)

Dalam penggunaan bahasa, biasakan untuk menggunakan kalimat sederhana yang efektif sehingga mudah dimengerti. Penggunaan kata, frasa, terminologi atau istilah yang khusus dan bersifat teknis yang rumit sebaiknya dihindari. 

Sebaliknya, jangan ragu untuk menggunakan atau mengadopsi kata, istilah, atau gimmick yang sedang populer, sejauh masih relevan. Dalam bercerita lebih enak menggunakan kalimat aktif yang lebih banyak daripada kalimat pasif.

Aspek estetika dalam visual storytelling cukup krusial dalam menyokong kognisi dan memori yang dibutuhkan untuk memproses sebuah visual. Estetika ini biasanya digunakan sebagai rangsangan untuk membangkitkan pengalaman visual manusia yang tersimpan dalam otak.

Visual storytelling memiliki aspek estetika dalam tata bahasanya yang luwes dan atraktif. Tata bahasa yang estetik akan merangsang imajinasi untuk menghidupkan kembali pengalaman visual yang tersimpan di dalam memori otak manusia.

Visual Storytelling Miniatur Polisi

Saya akan memberikan contoh visual storytelling dengan elemen miniatur polisi dengan menampilkan dua model diecast ber-"kelir" PJR (Patroli Jalan Raya) jenis Landrover Defender 110 dan Datsun Bluebird. Dua mobil ini bisa terasa nyata karena kelir yang digunakan menyerupai mobil PJR di pengalaman nyata, yaitu warna putih-biru di tambah dengan logo PJR Polda Metro Jaya.

Tampilan kelir mobil PJR ini sudah sangat populer buat pengguna jalan raya di kawasan Jabodetabek dan sekitarnya. Siapa pun dari mereka ini yang melihat mobil berkelir ini pasti memorinya terhubung ke polisi lalu lintas di Jakarta dan sekitarnya.

Sekarang perhatikan dua "mobil dinas" PJR di visual story ini. Semua kelir dari lay out warna, logo, hingga tulisannya sama persis dengan mobil PJR yang lal lalang di jalanan kota Jakarta. Meskipun mobil jenis Landrover 110 tidak ada lagi sekarang, tampilan mobil "tua" asal Inggris ini "nyaru" sekali dengan mobil PJR di dunia nyata. Begitu juga dengan Datsun Bluebird, tampilan kelirnya membuat kita percaya bahwa diecast ini adalah replika dari mobil PJR meskipun saat ini sudah tidak berdinas keliling di jalanan kota Jakarta. Mungkin dulu Datsun Bluebird ini pernah digunakan oleh polisi dulu.

Properti yang digunakan adalah mini figur polisi, anjing polisi, cone oranye, jalan raya, dan trotoar. Backgroundnya pake gambar pemandangan gunung. Mini figur polisinya ada 4 dengan posisi dan tugas yang berbeda-beda. 

Cone oranye sebagai salah satu ikon dalam tugas razia polisi menjadi properti yang relevan dalam melengkapi tugas PJR. Anjing polisi masih jadi opsi, karena dalam beberapa operasi razia yang bersifat khusus ada juga anjing polisi yang dilibatkan.

Background gunung yang gersang merupakan gambar yang diambil dari properti mainan lainnya. Warnanya kurang detail sehingga terkesan flat gambarnya. Meski demikian, tampilan lanskap gunung dengan batu, pohon, dan tanah gersang bisa menggambarkan kondisi alam yang kering, panas, dan tandus.

Untuk membangun story dari properti dan mainan miniatur polisi ini, mini figur diletakkan sedemikian rupa sehingga posisinya bisa menggambarkan tugasnya di dunia nyata. Ada polisi yang mencatat, ada polisi yang siaga dengan HT di tangan, dan ada polisi yang sedang berkomunikasi dengan HT. 

Polisi-polisi ini pertama diposisikan sedang melakukan brifing sebelum bertugas, di mana mereka berdiri menghadap komandan yang sedang memberikan pengarahan. Ada juga lay out dengan pose foto bersama di depan mobil operasional sebelum bertugas.

Ilustrasi mini figur polisi sedang briefing sebelum bertugas (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi mini figur polisi sedang briefing sebelum bertugas (Dokumentasi pribadi)

Supaya cerita polisi ini semakin ril, saya kombinasikan lay out petugas polisi ini dengan warga sipil yang sedang beraktivitas di alam bebas dengan mobil offroad Landrover Defender 90. Interaksi polisi dengan warga sipil ini diciptakan dengan lay out hadap-hadapan seperti sedang menanyakan kelengkapan surat-surat kendaraan. Dengan lay out seperti itu dan didukung dengan pencahayaan sederhana, tampilan polisi ini bisa diceritakan sebagai penegakan disiplin di jalan.

Konsepnya boleh jadi penegakan disiplin di jalan. Ide ceritanya bisa dikembangkan dari konsep ini menjadi narasi yang menarik imajinasi pembaca berdasarkan visual lanskap alam yang menjadi latar belakang gambar. 

Konteksnya mungkin bisa diadopsi dari upaya polisi untuk mengantisipasi potensi pencurian mobil di kawasan wisata alam bebas. Bisa juga dikaitkan dengan kerawanan kejahatan yang kerap muncul di sana, karena kurangnya kehadiran aparat di tempat-tempat wisata yang jauh dari jangkauan hukum dan terkenal keras alamnya.

Ilustrasi visual storytelling razia polisi (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi visual storytelling razia polisi (Dokumentasi pribadi)

Visual Storytelling Kumpul Komunitas

Spot cerita selanjutnya adalah visual storytelling tentang acara kumpul bareng (gathering) komunitas pemilik mobil Landrover Defender 90 di kaki gunung antah berantah. Obyek utama nya adalah 3 "Landy" (nama populer Landrover di kalangan pemilik atau penggemar) sasis pendek yang diparkir di kaki gunung. Untuk menghidupkan gambar ini, saya letakkan properti berupa minifigur manusia yang dibentuk dalam aneka pose dan warna pakaiannya.

Ilustrasi visual storytelling kumpul komunitas mobil offroad (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi visual storytelling kumpul komunitas mobil offroad (Dokumentasi pribadi)

Tampilan mereka di sela-sela mobil dengan pose menghadap gunung menciptakan kesan aktivitas rekreasi di kaki gunung sambil membahas agenda komunitas. Interaksi manusia mini dengan gunung yang ada di hadapan mereka merupakan aktivitas yang ril dalam pengalaman visual kita. Melihat gambar ini, imajinasi kita langsung mengarah pada kegiatan rekreasi atau touring di alam bebas.

Dari gambar ini kita bisa melahirkan konsep untuk storytellingnya yaitu menikmati alam liar dengan cara yang eksklusif. Narasinya bisa dikembangkan dari latar belakang dan konteks yang relevan sehingga menjadi sebuah cerita yang utuh dan enak untuk dibaca.

Ilustrasi visual storytelling kumpul komunitas (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi visual storytelling kumpul komunitas (Dokumentasi pribadi)

Depok, 7/7/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun