Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Intervensi Medis, Hak Tim Medis Demi Selamatkan Nyawa Atlet dalam Turnamen

3 Juli 2024   21:48 Diperbarui: 3 Juli 2024   21:48 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi atlet bulu tangkis China Zhang Zhie Jie yang jatuh mendadak dalam turnamen bulu tangkis Asia (Sumber: Tribunnews.com)

Kematian pebulu tangkis muda China  Zhang Zhie Jie (17) meninggalkan luka mendalam bagi keluarga. Dari lapangan pertandingan sendiri, kematian tersebut adalah pelajaran yang berharga di tengah polemik dan kontroversi yang menyertainya. Tim medis dinilai lamban memberikan pertolongan pertama sejak Zhang Zhie Jie jatuh di lapangan pertandingan.

Zhang, jatuh ke lantai dan mengalami kejang-kejang saat bertanding menghadapi atlet Jepang, Kazuma Kawamo, pada babak penyisihan BNI Badminton Asia Junior Championships 2024 di GOR Amongrogo, Yogyakarta, pada Minggu, 30 Juni 2024. 

Zhang dibiarkan tergeletak selama 40 detik  untuk mendapatkan pertolongan pertama karena tim medis menunggu izin dari wasit. Setelah itu, tim medis menghabiskan waktu 20 detik dari pertama kali masuk lapangan hingga memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit.

Perjalanan ke rumah sakit yang berjarak 4,7 kilometer membutuhkan  waktu 10 menit. Prosedur keselamatan selanjutnya adalah menjalani pijat jantung luar disertai alat bantu napas.  Zhang dinyatakan meninggal dunia pada malam harinya akibat henti jantung mendadak.

Lamban di Saat Kritis

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, dr. Radityo Prakoso, SpJP(K) mengatakan, seharusnya Zhang segera mendapatkan bantuan hidup dasar sejak dia jatuh karena pertolongan di detik-detik pertama setelah jatuh sangat penting dalam memberikan bantuan hidup dasar. 

Ketepatan dalam bertindak ini bisa meningkatkan peluang hidup seseorang yang mengalami henti jantung. Kalau ditunggu 40 detik, daya tahan hidupnya akan turun. Semakin lamban penanganannya akan memicu kerusakan permanen di otak.

Bantuan hidup dasar ke seseorang yang terkena henti jantung sangat penting dan dapat meningkatkan peluang hidup. Bantuan itu bisa dilakukan baik dengan CPR  (cardiopulmonary resuscitation) atau dengan alat Defibrilator Eksternal Otomatis (AED). 

Menunggu izin masuk dari wasit sampai 40 detik termasuk lamban penanganannya karena tim medis sudah menyaksikan henti jantung. Daya hidupnya sudah berkurang 40 detik, kemungkinan untuk kembali lagi jantungnya sudah pasti berkurang. 

Apalagi terlambat sampai 10 menit hingga menjalani pijat jantung di rumah sakit, sudah pasti terjadi kerusakan permanen di organ-organ vital terutama otak dan jantung.

Ilustrasi tim medis yang dinilai lamban dalam menangani penulu tangkis China sehingga meninggal dunia (Sumber: Tribunnews.com)
Ilustrasi tim medis yang dinilai lamban dalam menangani penulu tangkis China sehingga meninggal dunia (Sumber: Tribunnews.com)
Keterlambatan penanganan terhadap Zhang karena tim medis masuk ke lapangan untuk melakukan pertolongan pertama harus mendapatkan izin dari wasit. Tim medis harus mengikuti aturan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) di mana mereka memerlukan izin wasit sebelum memasuki lapangan. 

Juru bicara PBSI, Broto Happy menjelaskan bahwa hal itu itu sesuai dengan peraturan dan standar prosedur yang berlaku pada setiap turnamen bulu tangkis internasional.

Polemik Antara Aturan dan Nyawa

Kematian Zhang telah memicu kecaman di media sosial, baik di China maupun Indonesia lantaran ada jeda waktu yang membuat tim medis terlambat sampai 40 detik untuk masuk lapangan. 

Kemarahan dan kecaman terhadap aturan BWF bermunculan di kalangan pengguna platform media sosial China, Weibo. "Mana yang lebih penting -- aturan atau nyawa seseorang?" tulis sebuah komentar yang disukai ribuan orang di platform tersebut.

Komentar-komentar serupa yang menggunakan tagar kematian Zhang, seperti: "Apakah mereka melewatkan 'masa emas' untuk menyelamatkannya?" telah menjadi trending topic di Weibo selama berhari-hari. 

Ada juga komentar yang menanyakan: "Mengapa kita memerlukan izin ketika nyawa dipertaruhkan?" sambil menyerukan Federasi Bulu Tangkis Dunia untuk "merombak" peraturan tersebut.

Ilustrasi atlet bulu tangkis China Zhang Zhie Jie (Sumber: CNNIndonesia.com)
Ilustrasi atlet bulu tangkis China Zhang Zhie Jie (Sumber: CNNIndonesia.com)

Dalam situasi gawat darurat yang berpotensi mengancam keselamatan atau nyawa atlet di lapangan pertandingan, prioritas utama adalah selalu nyawa dan keselamatan atlet. 

Keselamatan manusia berada di atas semua aturan dan prosedur yang ada. Ini adalah prinsip dasar dalam etika medis dan tanggung jawab profesional tim medis.

Tim medis berhak dan seharusnya mengambil langkah darurat, mengabaikan prosedur pertandingan jika diperlukan untuk menyelamatkan nyawa seorang manusia. 

Keputusan ini tidak hanya didukung oleh etika medis dan profesionalisme, tetapi juga oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menempatkan kehidupan manusia di atas segala aturan dan prosedur.

Hak Intervensi Tim Medis

Dalam keadaan darurat yang menyangkut keselamatan nyawa manusia berlaku prosedur darurat untuk tim medis membuat penilaian cepat dan mengambil tindakan yang paling sesuai untuk menyelamatkan nyawa atlet yang bisa mengabaikan sementara terhadap aturan formal. Di sinilah hak intervensi tim medis berlaku.

Hak intervensi adalah kewenangan yang diberikan kepada tim medis untuk menghentikan atau memasuki lapangan selama pertandingan berlangsung guna memberikan penanganan medis kepada atlet yang cedera atau mengalami masalah kesehatan. Hak ini merupakan bagian penting dari protokol keselamatan dan kesehatan atlet.

Banyak federasi olahraga memiliki protokol yang mengizinkan tim medis untuk menghentikan pertandingan dan memberikan perawatan darurat ketika diperlukan. Hak ini ada justru untuk mengatasi situasi di mana nyawa atlet terancam sehingga bisa menerima perawatan medis yang cepat dan tepat. 

Penerapan hak intervensi tetap mengikuti protokol standar yang mengatur kapan dan bagaimana tim medis dapat mengintervensi selama pertandingan.

Protokol ini memastikan bahwa intervensi medis dilakukan dengan cara yang terorganisir dan efektif. Protokol yang diterapkan tetap berkoordinasi dengan wasit atau pejabat pertandingan lainnya untuk memastikan intervensi medis tidak mengganggu alur permainan lebih dari yang diperlukan.

Dalam situasi tertentu, protokol intervensi medis juga perlu memperhitungkan implikasinya terhadap pertandingan. 

Pertama, intervensi medis dapat menyebabkan penghentian sementara pertandingan. Wasit atau pejabat pertandingan akan memutuskan kapan permainan dapat dilanjutkan setelah penanganan medis selesai. 

Kedua, berdasarkan rekomendasi tim medis, atlet yang cedera bisa saja ditarik dari permainan untuk memastikan keselamatan mereka dan mencegah cedera lebih lanjut.

Situasi yang Memerlukan Intervensi Medis

Prinsipnya hak intervensi tim medis bisa diterapkan dalam turnamen olahraga apa pun, sejauh protokol penanganan masalahnya jelas. Namun, dalam penerapannya, ada situasi-situasi di mana intervensi medis menjadi sebuah keharusan. Setidaknya, ada dua situasi yang sudah populer membutuhkan intervensi medis selama ini, yaitu cedera serius dan kondisi medis mendadak.

Untuk situasi cedera serius  seperti patah tulang, cedera kepala, atau luka berat, intervensi medis menjadi keharusan. Sedangkan kondisi medis mendadak  seperti serangan jantung, stroke, atau kejang harus ada intervensi medis cepat untuk menyelamatkan nyawa atlet. 

Intervensi medis untuk cedera serius dan kondisi medis mendadak menunjukkan vitalnya tim medis dalam menangani keselamatan nyawa jiwa raga atlet di lapangan pertandingan.

Ilustrasi juru bicara PBSI memberikan keterangan pers tentang penyebab kematian atlet bulu tangkis China, Zhang Zhie Jie (Sumber: Akurat.co)
Ilustrasi juru bicara PBSI memberikan keterangan pers tentang penyebab kematian atlet bulu tangkis China, Zhang Zhie Jie (Sumber: Akurat.co)

Dalam situasi-situasi tersebut, tim medis harus mampu melakukan penilaian cepat terhadap kondisi atlet dan menentukan tindakan medis yang diperlukan. Tim medis bertanggung jawab untuk menstabilkan kondisi atlet di lapangan. Bila perlu, tim medis bisa mengatur evakuasi ke rumah sakit atau fasilitas medis lainnya untuk perawatan lebih lanjut. 

Lagi-lagi, vitalnya tim medis ini membuat tugas mereka lebih diutamakan sehingga bisa mengabaikan aturan main di lapangan.

Sering Dikambinghitamkan

Dalam menjalankan tugas dan peran mereka di turnamen olahraga, tim medis adalah pihak yang paling rentan untuk disalahkan atau dijadikan kambing hitam atas kejadian fatal dalam pertandingan. 

Kasus kematian Zhang akhir Juni lalu, ujung-ujungnya tim medislah yang dianggap bersalah karena lamban penanganannya. Kerentanan tersebut berkaitan dengan ekspektasi publik, tanggung jawab medis, prosedur federasi cabang olahraga, hingga budaya mencari kambing hitam.

Ekspektasi publik berkaitan dengan anggapan bahwa tim medis sebagai pihak yang bertanggung jawab langsung atas kesehatan dan keselamatan atlet. Ketika terjadi insiden fatal, tim medis dianggap telah gagal melaksanakan tugasnya. 

Dalam olahraga, cedera serius atau kematian langsung memicu emosi yang kuat dan kepanikan. Mencari pihak yang paling bisa disalahkan dalam situasi seperti itu sudah menjadi reaksi alami. Di sinilah tim medis sering menjadi sasaran karena peran mereka yang terlihat dalam menangani insiden.

Setiap turnamen olahraga pasti memiliki kebijakan dan prosedur federasi cabang olahraganya masing-masing. Ada federasi olahraga sering memiliki prosedur ketat yang harus diikuti oleh tim medis. 

Jika prosedur ini tidak efektif atau tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, tim medis mungkin terbatas dalam tindakan yang hasilnya belum tentu sesuai dengan ekspektasi publik. 

Kadang-kadang, protokol dan kebijakan federasi tidak memadai untuk menangani situasi darurat tertentu, yang dapat mengarahkan kesalahan pada tim medis meskipun mereka sudah bekerja sesuai protokol.

Budaya mencari kambing hitam kerap kali menjadikan tim medis sebagai tameng untuk mengalihkan perhatian dari masalah struktural atau sistemik yang lebih luas dalam olahraga. Menyalahkan tim medis sering kali menjadi mekanisme pertahanan karena tim medislah yang terlihat menangani insiden. 

Dalam kasus Zhang, mulai muncul indikasi menjadikan tim medis sebagai target utama untuk dikambinghitamkan dalam kematian atlet bulu tangkis China tersebut (Tribunnews.com, 1/7/2024).

Depok, 3/7/2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun