Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Mendamba Polisi Profesional yang Mengayomi Masyarakat

1 Juli 2024   15:33 Diperbarui: 1 Juli 2024   16:38 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi taruna yang menempuh pendidikan polisi (Sumber: ASNInstitute.id)

Setelah 78 tahun mengabdi sebagai lembaga bhayangkara negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) telah melalui berbagai dinamika dan tantangan dalam penegakan hukum, pemberantasan kriminal, dan menciptakan rasa aman di masyarakat. Sebagai salah satu pilar utama dalam penegakan hukum, Polri memiliki peran vital dalam menjaga ketertiban, keamanan, serta keadilan hukum di Indonesia.

Selama beberapa dekade terakhir, Polri telah menunjukkan berbagai prestasi dalam penegakan hukum. Berbagai operasi besar dalam pemberantasan narkotika, terorisme, dan kejahatan terorganisir menunjukkan komitmen Polri dalam melindungi masyarakat dari ancaman-ancaman tersebut. Keberhasilan ini tidak lepas dari upaya modernisasi dan peningkatan kapabilitas teknologi yang dilakukan oleh Polri, termasuk penggunaan teknologi informasi dalam operasional sehari-hari.

Namun, di balik prestasi-prestasi tersebut, Polri juga menghadapi berbagai tantangan yang tidak kalah besar. Salah satu tantangan utama adalah masalah integritas dan profesionalisme. Kasus-kasus korupsi yang melibatkan oknum polisi, penggunaan kekerasan berlebihan, serta penyalahgunaan wewenang kerap mencoreng citra Polri di mata masyarakat.

Beberapa kasus yang mencuat belakangan ini, seperti judi online, penyiksaan tahanan hingga tewas, dan kasus kematian Vina di Cirebon, menunut adanya transparansi polisi dalam proses penanganannya. Transparansi dan akuntabilitas terhadap tindakan yang diambil oleh anggota Polri merupakan kunci untuk memulihkan kepercayaan publik. Polri perlu meningkatkan mekanisme pengawasan internal serta membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk mengawasi kinerja mereka.

Ilustrasi Kapolri Jendral Pol. Listyo Sigit Prabowo (Sumber: Tempo.co)
Ilustrasi Kapolri Jendral Pol. Listyo Sigit Prabowo (Sumber: Tempo.co)

Kasus-kasus kekerasan yang melibatkan aparat kepolisian, baik terhadap masyarakat sipil maupun tahanan, harus mendapatkan perhatian serius. Polri perlu mengembangkan prosedur yang jelas dan tegas dalam menangani kasus-kasus kekerasan tersebut, serta memastikan bahwa pelaku yang terbukti bersalah mendapatkan sanksi yang setimpal. Selain itu, Polri juga harus berkomitmen untuk menghapus segala bentuk diskriminasi dalam penegakan hukum.

Polri perlu memastikan bahwa setiap anggotanya memiliki pemahaman yang baik tentang hukum, etika, dan hak asasi manusia. Selain itu, pengembangan keterampilan khusus, seperti kemampuan mediasi dan negosiasi, juga penting untuk menghadapi situasi-situasi yang kompleks tanpa harus menggunakan kekerasan. Karena itu pendidikan dan pelatihan yang berkualitas bagi anggota Polri menjadi krusial dalam meningkatkan profesionalisme.

Polri juga harus membuka ruang dialog yang lebih luas dengan berbagai komunitas untuk memahami kebutuhan dan aspirasi mereka. Di sini Polri perlu memperkuat kolaborasi dengan masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Program-program seperti polisi masyarakat (Polmas) yang melibatkan masyarakat dalam upaya preventif perlu terus ditingkatkan.

Kasus-kasus Aktual

Sejak dibentuk 78 tahun yang lalu, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) telah memainkan peran krusial dalam pemberantasan kriminal dan menjaga ketertiban dalam masyarakat. Namun, perjalanan panjang ini juga diwarnai oleh berbagai isu dan tantangan yang membutuhkan perhatian serius polisi terutama dalam menangani perkara-perkara kejahatan yang menakutkan masyarakat.

Polisi telah menunjukkan tekadnya untuk menyelesaikan kriminalitas yang semakin meresahkan masyarakat sekarang. Namun, hasilnya belum optimal sehingga kasus-kasus serupa terus muncul dan terlihat semakin vulgar di masyarakat. Kasus-kasus aktual seperti judi online yang semakin marak menggerogoti kehidupan sosial masyarakat harus menjadi prioritas Polri di usianya yang terus bertambah.

Kasus Judi Online

Judi online menjadi salah satu tantangan utama dalam pemberantasan kriminal di era digital. Meskipun Polri telah melakukan berbagai operasi dan penangkapan, judi online masih marak terjadi. Banyaknya situs judi online yang beroperasi menunjukkan adanya kelemahan dalam pengawasan dan penegakan hukum di dunia maya. Tantangan ini diperparah dengan keterlibatan jaringan internasional yang sulit dijangkau oleh yurisdiksi nasional.

Polri perlu meningkatkan kapabilitas cyber crime unit mereka untuk lebih efektif dalam mendeteksi dan menindak aktivitas judi online. Selain itu, kerja sama internasional dengan kepolisian dan lembaga hukum negara lain sangat diperlukan untuk menutup jaringan-jaringan ini dari akarnya. Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya judi online juga harus terus digalakkan untuk mengurangi jumlah pelaku dan korban.

 

Penyiksaan Tahanan 

Kasus penyiksaan tahanan bahkan hingga tewas, merupakan salah satu isu paling serius yang mencoreng citra Polri di mata publik. Penggunaan kekerasan yang berlebihan dan tidak manusiawi terhadap tahanan menunjukkan adanya kelemahan dalam pengawasan internal dan pelatihan etika di tubuh Polri. Kasus-kasus seperti ini merusak kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum dan menciptakan rasa takut alih-alih rasa aman.

Ilustrasi tahanan dalam penjara (Sumber: Detik.com)
Ilustrasi tahanan dalam penjara (Sumber: Detik.com)

Polri harus berkomitmen untuk menerapkan standar hak asasi manusia dalam setiap tindakannya. Penegakan hukum yang tegas terhadap anggota yang terlibat dalam kasus penyiksaan harus dilakukan tanpa pandang bulu. Selain itu, Polri perlu meningkatkan pelatihan etika dan hak asasi manusia bagi seluruh anggotanya serta memperkuat mekanisme pengawasan internal untuk mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.

 

Kasus Kematian Vina di Cirebon

Kasus kematian Vina di Cirebon yang bertele-tele menambah panjang daftar kasus yang mencederai kepercayaan publik terhadap Polri. Penanganan kasus yang lamban dan terkesan melindungi pelaku yang memiliki kekuatan atau pengaruh menunjukkan adanya masalah serius dalam integritas dan transparansi penegakan hukum.

Polri harus menunjukkan komitmen yang jelas dalam menangani kasus ini secara transparan dan adil. Semua pihak yang terlibat harus diusut tuntas tanpa pengecualian. Polri juga perlu memperkuat kerjasama dengan lembaga pengawas independen untuk memastikan bahwa setiap kasus ditangani sesuai dengan hukum yang berlaku tanpa intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Transparansi dan Akuntabilitas

Polri harus membuka diri terhadap pengawasan dari masyarakat dan lembaga independen. Setiap tindakan dan keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan. Untuk mengefektifkan transparansi Polri perlu memperketat pengawasan untuk mencegah penyalahgunaan wewenang dan memastikan bahwa setiap anggota Polri bekerja sesuai dengan etika dan hukum. Polri perlu terus meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi anggotanya, khususnya dalam hal etika, dan hak asasi manusia.

Ilustrasi taruna yang menempuh pendidikan polisi (Sumber: ASNInstitute.id)
Ilustrasi taruna yang menempuh pendidikan polisi (Sumber: ASNInstitute.id)

Penggunaan teknologi canggih dalam penegakan hukum, seperti sistem pengawasan digital dan analisis data, harus ditingkatkan untuk memperkuat kemampuan Polri dalam mendeteksi dan menindak kejahatan. Di sini Polri harus memperkuat kerjasama dengan lembaga penegak hukum baik di tingkat nasional maupun internasional untuk menangani kasus-kasus yang bersifat lintas batas, seperti judi online.

Dengan langkah-langkah perbaikan yang tepat, isu-isu integritas, profesionalisme dan transparansi akan menjadi komitmen Polri untuk memperbaiki kinerjanya secara berkelanjutan. Polri bisa mendapatkan kembali kepercayaan dan dukungan dari masyarakat dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga bhayangkara negara.

Depok, 01/07/2024

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun