Rupanya kenakalan ini ikut dibawa ketika melakukan ibadah haji di Mekah. Cerita ini settingnya masih di Masjidil Haram dengan momen salat berjamaah. Begitu sampai di tempat "batas suci" masjid, Kakek Pua melihat banyak sekali sandal-sandal bagus yang modelnya beda dengan yang dia pake.Â
Saat itu muncullah ide iseng dan nakalnya. Dia pun langsung berniat untuk menyembunyikan sepasang sandal yang paling bagus. Lalu pura-puralah kakek ini berjalan sambil menyeret sandal yang sudah diincarnya. Sandalnya sendiri dicopot, sementara sandal yang jadi sasaran digeser-geser terus sampai ke tempat yang agak tersembunyi.Â
Di sini, sandal tersebut dibiarkan begitu saja. Kakek Pua langsung berwudu lalu masuk ke masjid dan shalat. Selesai shalat Kakek Pua yang masih memakai gamis dan sorban langsung keluar  karena  ingin melihat reaksi dan ekspresi pemilik sandal yang dia sembunyikan. Namun, sebelum kakek ini sampai ke tempat "parkir" sandal, tiba-tiba kakinya seperti terkilir dan sakitnya bukan main. Tadinya jalannya masih tegap dan gagah, sekarang jadi terseok-seok karena menahan sakit. Tidak kuat menahan sakit akhirnya Kakek Pua mencari tempat yang sepi untuk duduk sejenak sambil mengobati kakinya terlebih dahulu.
Akhirnya kakek kami ini pun duduk di tempat yang agak memojok sambil memijat-mijat bagian kakinya yang terkilir. Alih-alih berkurang sakitnya, yang ada malah kakinya bertambah bengkak dan menjalar hingga ke betis. Sakitnya pun nambah. Dia pun hanya terduduk sambil melihat jamaah lain lalu lalang di hadapannya. Kebetulan ada teman satu rombongan jadi dia langsung dibopong untuk ke bus rombongan yang sudah menunggu.Â
Niatnya mau ambil sandal Kakek Pua. Ternyata barang yang dicari tidak ditemukan. Setelah mencari ke sana-ke mari sandal yang dicarinya tidak ada juga. Sandalnya hilang. Akhirnya Kakek Pua pulang dalam keadaan nyeker sambil menahan rasa sakit. Sampai di kemah dia hanya duduk meringis sambil memegang-megang kakinya yang bengkak tanpa menyadari dosa yang telah dilakukan ketika di Masjid Haram.Â
Seperti biasa, solusi untuk mengetahui kesalahan jamaah ini hanya bisa diberikan oleh Syeh yang bertugas sebagai penasihat spiritual para jamaah haji dari Indonesia ini. Begitu Syeh berkunjung ke kemah ini, Kakek Pua tidak bisa duduk lebih dekat ke Syeh karena diganjal oleh kakinya yang bengkak. Kakek Pua duduk paling belakang dan sedikit terpisah dari teman-temannya yang duduk mengelilingi Syeh.Â
Setelah selesai dengan tugasnya, Syeh menghampiri Kakek Pua yang sedari tadi hanya duduk sambil memegang kakinya yang bengkak. Tanpa basa-basi, Syeh ini langsung bilang, "Bapak suka iseng sembunyikan sandal orang jadi begini akibatnya." Kakek Pua hanya tersenyum malu dan pasrah dengan apa yang mau dikatakan Syeh ini. Tidak pake lama, Syeh langsung berdoa untuk Kakek Pua. Syeh kemudian berpesan agar Kakek Pua segera mengembalikan sandal yang disembunyikan ke tempatnya semula.Â
Begitu ada kesempatan salat berjamaah di Masjidil Haram, Kakek Pua yang kakinya masih bengkak ini minta ditemani oleh jamaah lain langsung ke tempat sandal yang dia sembunyikan. Untung sandalnya masih ada dalam posisi yang sama seperti dia taruh. sadal itu pun diambil dan dibawa ke tempat di mana pertama kali diseret-seret. Setelah meletakkan dengan posisi seperti semula, Kakek Pua bersama temannya langsung berwudu dan masuk untuk salat berjamaah. Dan setelah salat, kaki Kakek Pua langsung sembuh. Dan ajaibnya, sandal Kakek Pua yang hilang tiba-tiba ada lagi di tempatnya.Â
Pesan Moral
Saya hanya bisa mengangkat 3 cerita dari sekian banyak cerita yang sudah saya dengar selama 10 tahun musim haji di masa kecil. Cerita-cerita seperti ini biasanya akan diceritakan lagi oleh kerabat-kerabat yang mendengarkan langsung kepada orang-orang yang belum mendengarkannya. Pada momentum menceritakan ulang ini biasanya sudah mulai muncul bumbu-bumbu penyedap untuk menambah daya tarik cerita aslinya.Â