Modal budaya mengacu pada latar belakang pendidikan formal dan keahlian tertentu dari hasil pendidikan, latar belakang keturunan (trah keturunan bangsawan/darah biru), dan kepemilikan budaya bernilai tinggi (pewaris budaya, kelompok agama, etnis/ras, dan lain-lain).
Modal budaya memiliki pengaruh terhadap konfigurasi pemilih di dalam kontestasi politik. Dalam Pilkada tidak jarang juga para pemilih menentukan pilihannya berdasarkan latar belakang para kandidat.
Modal simbolik mengacu pada ketokohan di masyarakat, daya tarik fisik, penggunaan bahasa dalam berinteraksi. Dalam hubungannya dengan dinamika politik, modal simbolik bisa dilihat sebagai perwujudan dari legitimasi, reputasi, dan tingkat penghormatan (respect) yang diperoleh para pelaku politik seperti calon kepala daerah sebagai akibat dari tindakan-tindakan politik yang dilakukan atau tidak dilakukannya.
Modal ekonomi mengacu pada kepemilikan alat produksi seperti perusahaan atau bisnis, dan dukungan dana dari berbagai sumber. Modal ekonomi tidak hanya dipakai untuk membiayai pelaksanaan kampanye, tetapi juga untuk memobilisasi dukungan pada saat menjelang dan berlangsungnya tahapan kampanye.
Keempat modal tersebut berkontribusi untuk mengaktivasi modal politik dalam mengakumulasi kekuasaan dan sumber daya untuk memenangkan kontestasi. Aktivasi modal politik tersebut berakar pada kepemilikan jabatan politis, dukungan partai politik, dan tim sukses yang solid. Fokus modal politik semakin terarah pada proses pemberian kekuasaan atau sumber daya untuk merealisasikan hal-hal yang dapat mewujudkan kepentingan untuk meraih kekuasaan.
Dengan kata lain, modal politik adalah kekuasaan yang dimiliki seseorang, yang kemudian bisa dioperasikan atau berkontribusi terhadap keberhasilan kontestasinya dalam proses politik seperti pemilihan umum dan pilkada. Keberhasilan dalam kontestasi ini hanya bisa diuji dalam pasar politik yang akan menguji kekuatan pengaruh kandidat melalui modal politik yang sudah diinvestasikan. Pasar politik yang paling riil di Indonesia sekarang adalah pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.
Bagaimana dengan modal politik Anies Baswedan dalam menghadapi Pilgub Jakarta nanti?
Anies dan Modal Politiknya
Modal politik Anies sebagai kandidat Pilkada 2024 yang sudah terakumulasi untuk menghadapi Pilgub Jakarta nanti bertumpu pada 4 elemen dasar yang langsung melekat pada dirinya, yaitu karier politik, rekam jejak, elektabilitas, dan citra personalnya sebagai tokoh antitesis Joko Widodo. Untuk karier politik, Anies unggul dengan pengalamannya sebagai Gubernur Jakarta dan Calon Presiden 2024.
Sedangkan citra personal sebagai tokoh antitesis Joko Widodo, Anies sudah berhasil merepresentasikannya dengan baik. Representasi antitesis tersebut ditunjukkan oleh Anies melalui gaya kepemimpinan, strategi kebijakan, retorika dan kampanye, serta akomodatif terhadap kelompok-kelompok konservatif.
1. Karier Politik