Kalau kalian sempat berwisata di Sulawesi Tenggara, jangan lupa mampir ke Kabaena, sebuah pulau yang indah dengan panorama alam pegunungan dan perbukitan, dengan puncak tertinggi yaitu Gunung Sabampolulo. Pulau Kabaena atau Tokotua adalah salah satu pulau di wilayah Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau dengan luas daratan 873 kilometer per segi ini memiliki 6 kecamatan.
Satu-satunya transportasi untuk mencapai pulau ini adalah transportasi laut, yaitu kapal motor, ferry, dan kapal jet. Aksesnya bisa dari pelabuhan Kasipute, Bombana atau Pelabuhan Murhum Baubau. Waktu tempuh dari kedua pelabuhan ini kurang lebih sama, yaitu kurang lebih 4 jam dengan kapal motor atau ferry.
Saya pernah melintasi pulau ini sekitar tahun 2014 dalam rangka tugas kantor. Perjalanan saya ke Pulau Kabaena berangkat dari Pelabuhan Murhum Baubau sekitar jam 12 siang WITA dengan kapal ferry. Tujuan akhir dari perjalanan ini adalah Kasipute, Bombana. Sepanjang melintasi laut Sulawesi Tenggara ini banyak pulau kecil yang bertebaran antara Pulau Butonn hingga Bombana, yang terletak di darata Pulau Sulawesi.
Kehadiran pulau-pulau ini menyajikan pemandangan yang indah di atas hamparan laut yang begitu luas. Beberapa pulau disinggahi oleh kapal ferry karena ada penumpang yang turun dan naik. Ada satu pulau yang kami singgahi sebelum ke Pulau Kabaena. Artinya, rute kapal ferry yang saya tumpangi ini akan mampir di 2 pulau sepanjang perjalanan dari Baubau ke Bombana.
Di pulau pertama kurang lebih ada sekitar 5 orang penumpang yang turun. Dari atas kapal saya merasakan keindahan pulau ini dari rumah-rumah panggung yang menjorok ke laut, dan bangunan masjid di bibir pantai dengan atap dan kubah berwarna biru terang. Pelabuhannya memanjang searah lambung kapal ketika berlabuh.
Ketika kapal mulai ancang-ancang untuk berlabuh, para awak kapal sudah berdiri di bagian haluan dan buritan sambil memegang tali. Ketika badan kapal mulai mendekat ke dermaga, satu persatu tali dilempar ke awak darat yang ada di atas dermaga. Tali itu lalu ditambatkan di pasak yang ada di atas dermaga. Kapal lalu ditarik sehingga merapat dengan sempurna ke sisi dermaga.
Para penumpang yang sudah siap-siap di buritan kapal langsung melompat ke dermaga. Para penumpang yang tinggal dikabin kapal turun menggunakan papan yang dipasang di antara lambung kapal dengan dermaga. Setelah semua penumpang turun kapal langsung meninggalkan dermaga menuju ke laut lepas.
Arus laut yang tenang membuat gerak kapal relatif stabil. Terpaan angin akibat kecepatan kapal membuat kuping terasa ramai sekali. Rambut berserakan ke udara lantaran dipukul angin terus-menerus.
Dari kejauhan terlihat pulau kecil yang dipenuhi dengan tumbuhan berwarna hijau. Semakin dekat, pesona pulau ini semakin kuat, karena lautnya yang biru begitu jernih dan tenang. Perpaduan panorama alam berwarna hijau dengan laut biru menghasilkan keindahan yang tiada tara dari atas kapal. Saya tidak melewatkan kesempatan langka ini untuk mengabadikan momen yang belum tentu akan terulang lagi.
Dari atas buritan kapal, saya dan beberapa penumpang mengikuti irama gerak kapal ketika hendak merapat ke dermaga yang terbuat dari kayu. Pancaran warna biru dari dasar laut membangkitkan rasa kagum yang tiada tara terhadap keindahan alam di pulau ini. Ya, inilah Pulau Kabaena yang saya ceritakan.
Dari daratan, orang-orang berduyun-duyun menuju ke kepal melewati jembatan yang  disusun dari batang-batang kayu dari bibir pantai hingga ke laut lepas. Mereka memenuhi jembatan tersebut untuk mengantar dan menjemput saudara-saudara mereka.
Bentang alam yang melatari pelabuhan ini adalah perbukitan dan pepohonan yang hijau. Rumah-rumah panggung berdiri berderet di belakang dermaga. Penduduk yang hanya mengamati dari rumah mereka terlihat begitu kecil dari atas buritan kapal.
Para petugas kapal mengatur penumpang yang turun untuk lebih dulu meninggalkan kapal. Setelah itu baru peunmpang yang hendak berangkat untuk naik ke kapal. Setelah semua penumpang berada di dalam kabin, kapal langsung meninggalkan pelabuhan Pulau Kabaena ini secara perlahan-lahan. Dari atas kapal rasanya belum puas untuk menikmati keindahan pulau yang sangat eksotik tersebut. Terbersit dalam benak untuk membuat rencana perjalanan khusus hanya untuk mengunjungi Pulau Kabaena ini.
Ternyata dari pengamatan saya dari atas kapal tentang Pulau Kabaena ini hanya menyingkap sedikit sekali fakta tentang pulau yang kaya dengan potensi wisata dan cerita tentang kisah sejarah yang epik. Berikut ini 2 fakta tentang Pulau Kabaena, yaitu potensi wisata dan kekayaan sejarahnya.
Obyek Wisata Alam
Dari pengamatan sepintas saja saya bisa simpulkan bahwa keindahan Pulau Kabaena ini menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Siapa pun yang berkunjung ke sini dijamin tidak akan menyesal. Soal penginapan jangan khawatir, karena sudah ada penginapan atau bisa menginap di rumah-rumah penduduk.
Dilansir dari Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara, Pulau Kabaena memiliki 4 obyek wisata alam dengan kekhasannya masing-masing.
(Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara)
1. Desa Tangkeno
Desa Tangkeno dijuluki sebagai negeri di awan karena letaknya di kaki gunung Sabampolulo dengan ketinggian 1500 meter diatas laut. Sensasi sejuknya tidak perlu diragukan lagi. Kalian bisa melihat secara langsung kehidupan warga desa yang bercocok tanam dan membuat gula aren. Obyek lain yang bisa dikunjungi adalah air terjun dan benteng pertahanan yang merupakan peninggalan sejarah.
2. Pulau Sagori
Pulau Sagori terkenal dengan air laut yang sangat biru dan pohon cemara yang banyak tumbuh di tengah tengah pulau. Dengan peralatan menyelam, wisatawan dapat melihat bangkai kapal dagang milik VOC yang tenggelam beberapa ratus tahun yang lalu, di kedalaman 5 meter.
3. Desa Batuawu
Letaknya di pesisir selatan Pulau Kabaena. Warga desa Batuawu sangat kental kekeluargaannya sehingga wisatawan yang berkunjung akan langsung memahami ikatan yang ada di desa ini. Pemandangan yang menakjubkan adalah rumah panggung milik warga yang berjejer rapi, serta pemandangan sunset yang dapat disaksikan melalui dermaga yang ada di desa ini.
4. Bukit Teletubies
Bukit ini bukanlah bukit teletubies sesungguhnya, tapi kalian bisa merasakan sensasi kemiripannya dengan bukit teletubies di televisi. Pemandangan sunrise juga menjadi faktor yang membuat bukit ini semakin mirip dengan bukit teletubies.
Pusat Kerajaan Moronene
Pulau Kabaena di masa lampau merupakan pusat Kerajaan Moronene, salah satu etnis di Sultra. Kehadiran benteng Tawulagi dan beberapa benteng penunjang, yakni benteng Doule, Tontowatu, Mataewolangka dan Tuntuntari merupakan bukti kuat bahwa Kabaena pernah menjadi pusat Kerajaan Moronene. Pasalnya, Benteng Tawulagi adalah tempat pelantikan  para Mokole atau raja Moronene. Â
Benteng-benteng penunjang seperti Mataewolangka berfungsi sebagai tempat mengintai musuh dari arah selatan, Doule tempat mengintai dari arah barat dan utara, serta dua benteng penunjang lainnya yaitu Tuntuntari dan Tontowatu merupakan tempat mengintai dari arah timur.
Di benteng Tawulagi selain masih tampak batu besar dan agak tinggi tempat melantik Mokole, juga terdapat sebuah meriam besar. Dulu, kemungkinan besar untuk melawan penjajah Belanda maupun Tobelo. Benteng-benteng di Kabaena diperkirakan didirikan tahun 1600-an yang digunakan sebagai tempat persembunyian dan tempat bertahan dari para musuh.
(Kompas.com, 26/11/2010)
Depok, 2/5/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H