Meskipun berbentuk kredit, membeli rumah melalui KPR merupakan investasi jangka panjang yang dapat memberikan keuntungan finansial dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan asumsi harga rumah terus meningkat, kreditur dapat memperoleh keuntungan modal saat Anda menjual rumah di masa depan.
Selain itu, memiliki rumah melalui KPR juga memberikan Anda kepastian kepemilikan atas properti tersebut. Anda dapat memodifikasi rumah sesuai keinginan Anda tanpa perlu meminta izin dari pemilik properti. Dalam kondisi di mana tren perubahan harga rumah yang terus meningkat, ngontrak atau mengontrak rumah bisa menjadi solusi yang rasional sesuai dengan situasi dan preferensi setiap orang. Pada umumnya, motif orang mengontrak rumah karena fleksibilitas harga dan tidak adanya ikatan pada kepemilikan rumah jangka panjang. Ada beberapa kentungan yang bisa langsung diperoleh ketika hendak ngontrak atau menyewa rumah, entah bulanan atau tahunan.
Menyewa rumah memberikan fleksibilitas yang lebih besar, karena Anda tidak terikat pada kepemilikan rumah jangka panjang. Anda dapat dengan mudah pindah jika ada perubahan dalam kebutuhan atau situasi Anda.
Dalam sewa rumah biasanya biaya awal untuk menyewa rumah lebih rendah daripada pembayaran awal yang diperlukan untuk membeli rumah melalui KPR, seperti uang muka dan biaya administrasi. Ditambah, penyewa tidak bertanggung jawab atas perbaikan dan pemeliharaan rumah, yang merupakan tanggung jawab pemilik properti.
Kendala KPR
KPR sudah sering digunakan oleh masyarakat sebagai solusi untuk memiliki rumah impian. Namun, dalam pelaksanaannya muncul kendala-kendala dari kreditur, terutama terkait dengan tingginya nilai KPR yang harus dicicil sebagai konsekuensi dari harga rumah yang sangat mahal. Hal ini menjadi beban finansial yang berat, terutama jika cicilan tersebut melampaui sebagian besar dari pendapatan bulanan kreditur.
Meskipun kreditur telah membayar uang muka dengan jumlah yang signifikan, tingginya harga rumah sekarang membuat jumlah uang muka tidak lebih daripada syarat agar KPR bisa disetujui. Tingginya harga rumah membuat jumlah uang muka yang dibutuhkan sangat besar agar bisa mengurangi cicilan per bulannya. Karena kerap menyulitkan karena jumlahnya yang sangat besar, kebanyakan kreditur hanya membayar uang muka untuk memenuhi persyaratan disetujuinya KPR.
Persoalan lain yang kerap muncul tidak terduga adalah risiko kenaikan suku bunga. Banyak bank atau lembaga keuangan yang sering menggunakan suku bunga mengambang dalam memberikan KPR. Akibatya, suku bunga kreditnya rentan sekali berubah-ubah mengikuti kondisi pasar. Jika suku bunga naik di masa mendatang, cicilan bulanan KPR juga akan meningkat sehingga menambah beban finansial kreditur.Kreditur juga rawan menghadapi risiko keuangan yang tidak terduga selama masa KPR. Jika terjadi perubahan situasi keuangan, seperti kehilangan pekerjaan atau kenaikan biaya hidup yang tiba-tiba, kreditur dapat menghadapi kesulitan dalam membayar cicilan KPR. Risiko keuangan seperti ini memang kerap dihadapi oleh kreditur yang terikat dalam KPR dengan nilai tinggi.
Ibarat buah simalakama, KPR di satu sisi menawarkan aksesibilitas kepada banyak orang untuk memiliki rumah, namun harga rumah yang mahal juga membuat kreditur terjebak dalam nilai cicilan yang sangat tinggi ditambah dengan risiko-risiko keuangan yang terus membayang-bayangi hidup kreditur.Â
Penting bagi calon kreditur untuk mempertimbangkan secara matang kondisi keuangan mereka sebelum mengambil keputusan untuk mengajukan KPR. Jangan sampai KPR yang bertujuan sebagai jalan menuju rumah impian malah berubah menjadi jerat utang yang tidak berujung.
Depok, 25/4/2024