Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

5 Sumber Perundungan yang Memicu Depresi pada Calon Dokter Spesialis

24 April 2024   08:13 Diperbarui: 26 April 2024   02:58 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi depresi calon dokter spesialis. Sumber: Freepik.com

Sebanyak 22,4 persen mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) terdeteksi mengalami gejala depresi. Dari jumlah ini, sebanyak 0,6 persen di antaranya mengalami gejala depresi berat; 1,5 persen dengan depresi sedang-berat; 4 persen depresi sedang; dan 16,3 persen dengan gejala depresi ringan.

Gejala depresi ini terungkap dari data Kementerian Kesehatan berdasarkan hasil penapisan atau skrining kesehatan jiwa PPDS di 28 rumah sakit vertikal pada 21, 22, dan 24 Maret 2024. Skrining dilakukan pada 12.121 PPDS dengan menggunakan kuesioner Patient Health Questionnaire -9 

Sumber: Kompas.id
Sumber: Kompas.id
Kerentanan gejala depresi pada mahasiswa PPDS ini sebagian besarnya dipicu oleh tingginya tekanan sosial khususnya datang dari senior yang kerap melakukan perundungan dan kekerasan. Sekalipun risiko depresi sangat bergantung pada setiap individu, dengan tekanan tugas terkait pendidikan, persoalan rumah tangga, juga sosial ekonomi yang dihadapi bisa semakin memicu terjadinya risiko depresi. (Kompas.id, 17/4/2024)

Masih adanya perundungan dalam PPDS di sejumlah perguruan tinggi Indonesia merupakan masalah serius yang dapat berkontribusi pada tingginya tingkat depresi di kalangan mahasiswa dari program studi tersebut. Beberapa faktor mungkin menjadi penyebab terjadinya perundungan dan akibatnya, depresi di kalangan mahasiswa kedokteran, termasuk:

1. Hierarki yang Kuat 

Kebijakan tradisional dan budaya di beberapa institusi pendidikan kedokteran mungkin memperkuat hierarki yang kuat antara senior dan junior. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana mahasiswa lebih senior merasa memiliki kekuasaan untuk mendikte atau mengintimidasi mahasiswa junior sebagai bentuk perundungan.

Ilustrasi perundungan (Sumber: Tempo.co)
Ilustrasi perundungan (Sumber: Tempo.co)

Pengalaman seorang peserta PPDS ortopedi dan traumatologi di salah satu universitas negeri di Yogyakarta yang mengalami depresi karena selalu dirundung oleh para seniornya. Sejak semester awal, dia sudah mendapat perundungan dari yang ringan hingga berat. Misalnya, dia  dan dokter residen lainnya kerap dicaci, dimaki, serta mendapat kata-kata kasar dari senior hanya karena tidak mengangkat telepon atau terlambat membalas pesan singkat Whatsapp lebih dari satu menit.

"Menjadi dokter residen penuh dengan tekanan dari senior dan dokter konsulen. Ketika kami melakukan kesalahan dan senior tidak suka, kami mendapat penghakiman dalam kegiatan yang disebut parade pada sore hari setelah layanan poliklinik tutup pukul 16.00 WIB," ujarnya (Kompas.id, 24/4/2024)

Perundungan yang dialami pada 2019 ini meninggalkan trauma yang berat sehingga peserta PPDS ini akhirnya mengundurkan diri setelah menempuh pendidikan sebagai dokter spesialis selama 4 semester.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun