Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

5 Sumber Perundungan yang Memicu Depresi pada Calon Dokter Spesialis

24 April 2024   08:13 Diperbarui: 26 April 2024   02:58 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perundungan karena lemahanya pengawasan dan pembinaan (Sumber: CNNIndonesia.com)

Ilustrasi perundungan karena lemahanya pengawasan dan pembinaan (Sumber: CNNIndonesia.com)
Ilustrasi perundungan karena lemahanya pengawasan dan pembinaan (Sumber: CNNIndonesia.com)
Namun, mereka hanya diam dan seolah membiarkan praktik perundungan ini terus dilakukan. Bagi mahasiswa yang tidak kuat dirundung dan memilih untuk berhenti atau mengundurkan diri, pihak universitas memberikan catatan bahwa alasan pengunduran diri tersebut karena dianggap malas dan tidak menjalankan penugasan dengan benar.

4. Budaya yang Tidak Sehat

Budaya perundungan dalam konteks pendidikan kedokteran sering kali dianggap sebagai "tradisi" yang harus dilalui oleh mahasiswa baru. Ini menciptakan lingkungan di mana perundungan dianggap sebagai bagian dari proses pembentukan dan dianggap normal.

Anggapan inilah yang membuat kasus depresi pada mahasiswa PPDS menjadi isu global pada semua pendidikan dokter spesialis.

Dengan kata lain, kondisi depresi dokter spesialis atau dokter residen tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain. Sejumlah hasil penelitian dan jurnal internasional telah menunjukkan bahwa gejala depresi pada dokter residen telah menjadi permasalahan global.

Sumber: Kompas.id
Sumber: Kompas.id

Salah satu penelitian ini dipublikasikan di JAMA, 12 Mei 2016. Penelitian yang dilakukan berdasarkan tinjauan sistematis dan meta-analisis tersebut menunjukkan, prevalensi depresi atau gejala depresi pada dokter residen 28,8 persen. Itu berkisar 20,9 persen sampai 43,2 persen, bergantung pada instrumen yang digunakan (Kompas.id, 17/4/2024).

5. Ketidakmampuan untuk Mengelola Stres

Program pendidikan dokter spesialis menuntut mahasiswa untuk mengelola stres dengan baik, namun tidak semua mahasiswa memiliki keterampilan atau dukungan yang cukup untuk melakukannya. Ketika mereka menghadapi tekanan dan perundungan tanpa alat yang sesuai untuk mengatasi stres, itu dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi.

Ketidakmampuan mengelola stres dapat memiliki dampak yang signifikan pada mahasiswa kedokteran spesialis, membuat mereka rentan mengalami depresi. Stres kronis yang tidak diatasi dengan baik dapat memicu perubahan kimia dalam otak yang memengaruhi suasana hati dan kesejahteraan emosional, menyebabkan timbulnya gejala depresi seperti perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, penurunan energi, dan pemikiran negatif yang berulang.

Ilustrasi gejala depresi berat (Sumber: Kumparan.com)
Ilustrasi gejala depresi berat (Sumber: Kumparan.com)
Stres yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan kognitif dan fokus, menyebabkan kesulitan dalam mempelajari materi baru, mengingat informasi, atau menyelesaikan tugas-tugas akademis dengan efektif. Hal ini bisa berujung pada penurunan nilai dan prestasi akademis, yang kemudian dapat meningkatkan tekanan dan stres lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun