Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Berburu Kuliner di Jalur "Ciayumajakuning" bersama Arus Balik Lebaran

16 April 2024   13:53 Diperbarui: 18 April 2024   15:55 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di dalam RM Empal Gentong Haji Apud (Sumber: Empalgentonghajiapud.com)

Macet berjam-jam ketika balik lebaran, tetapi kuliner daerah yang dilewati tidak bisa dinikmati, rugi dong! Mungkin ini bisa menjadi gimmik agar arus balik lebaran 2024 bisa diisi dengan kegiatan yang berkesan dengan mengunjungi pusat-pusat kuliner di daerah yang menjadi jalur arus balik. Sudah bermacet-macet di jalan sebaiknya diimbangi dengan kegiatan yang bisa memanjakan diri dengan memberi asupan makanan yang unik. Maka berburulah kuliner bersama arus balik lebaran. 

Arus balik lebaran adalah momen untuk kita memanjakan diri dan keluarga untuk merayakan "kemenangan" perut setelah sebulan penuh dibiasakan untuk tidak diisi dengan makanan dan minuman di siang hari. Ketika balik dari mudik, perut perlu dimanjakan sesaat dengan makanan istimewa khas perjalanan lebaran, yaitu balik setelah mudik.

Apa kategori dari makanan istimewa ini? Yaitu makanan khas dari daerah-daerah yang tidak pernah kita nikmati ketika di kota. Meskipun ada beberapa makanan dari daerah lain yang dijual di kota kita, tidak ada salahnya kita mampir sejenak untuk menikmati makanan tersebut langsung di tempat asalnya.

Tentu jalur mudik dan balik lebaran yang kita lalui berbeda-beda. Ada yang ke Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada yang ke Jawa Barat dan Banten, bahkan ada yang sampai ke Sumatera.

Semua jalur tersebut pasti akan melintasi daerah-daerah penghasil makanan atau kuliner lokal yang sudah terkenal di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Bahkan di seluruh Indonesia.

Misalnya Pecel Lele, Soto Lamongan, Nasi Gudeg, Rendang, Empek-empek, dan lain sebagainya. Makanan ini bisa terkenal di seantero negeri karena putra daerah yang menguasai bumbu dan teknik mengolah makanan ini membawa serta makanan ini ketika merantau. Dari merekalah makanan-makanan daerahnya bisa dirasakan dan menjadi makanan favorit.

Saya pernah menemukan pedagang tahu Sumedang di Kalimantan. Waktu itu saya sedang dalam perjalanan dari Kota Samarinda menuju Kota Bontang, di Kalimantan Timur. Di pertengahan kedua kota tersebut, "nyempil" sebuah kawasan kuliner yang cukup besar areanya. Uniknya, makanan utama yang dijual di sini adalah tahu Sumedang dari Jawa Barat.

Saya hanya bisa terheran-heran dengan pemandangan tersebut. Sambil memesan menunya saya bertanya ke pelayannya, apakah pangsa pasar tahu Sumedang di daerah Kalimantan yang lidah masyarakatnya tidak akrab dengan makanan dari kacang kedelai ini. Mereka hanya menjawab, selama ini bisnis kuliner mereka selalu ramai dikunjungi oleh para pelintas, baik orang Kalimantan asli maupun pendatang.

Pernah juga ketemu pedagang tahu Sumedang di Tanjung Selor, ibu kota Kalimantan Utara. Lapaknya terlihat ramai, bahkan warga mau ikut antre untuk membelinya.

Pernah juga dalam perjalanan dinas ke Kota Palu ketemu kuliner PKL Pecel Lele Dumbo. Selama di Jawa saya tidak pernah makan itu ikan, malah ketemunya di luar habitat yang menjadi asal makanan ini. Bayangkan lele segede lengan orang dewasa dengan panjang kira-kira 30-40 centimeter. Untuk menyajikan ke konsumen lele ini dipotong-potong menjadi 4 atau 5 bagian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun