Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Kesejahteraan Marbot: Antara Ibadah dan Kebutuhan Perut

7 April 2024   15:29 Diperbarui: 8 April 2024   18:35 2922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sosok marbot (Sumber: Kompas.id)

Ilustrasi marbot sedang membersihkan tempat wudu dan toilet (Sumber: Kompas.com)
Ilustrasi marbot sedang membersihkan tempat wudu dan toilet (Sumber: Kompas.com)

Di beberapa masjid marbot sudah digaji setiap bulan menggunakan “pendapatan bulanan” masjid. Dana tersebut diperoleh dari kotak amal sehingga nilainya fluktuatif dan tentu akan berdampak pada kesejahteraan marbot. Mereka biasanya akan menerima upah per bulan dengan nominal yang berbeda-beda karena pendapatan masjid harus dibagi lagi untuk acara dan kegiatan lain.

Sumber pendapatan masjid selain dari kotak amal adalah unit usaha yang dimiliki oleh masjid. Bisa berupa bisnis kecil-kecilan sekadar untuk menghidupi kegiatan masjid. Unit usaha ini mungkin saja memberikan santunan kepada marbot untuk meringankan sedikit beban hidup mereka.

Mengacu pada sumber-sumber pendapatan masjid, ada beberapa klasifikasi upah marbot yang diberikan masjid sebagai apresiasi untuk kontribusi mereka dalam menjaga fasilitas masjid dan mendukung kelancaran aktivitas ibadah di masjid.

Nilai upah yang diberikan mengacu pada lama bekerja marbot. Masjid besar mampu memberikan marbot gaji Rp1,5 juta per bulan. Di bawahnya ada masjid yang menggaji marbot sebesar Rp1 juta dan Rp750 ribu.

Upah yang kecil sering kali diklaim sebagai kompensasi dari fasilitas yang telah diberikan masjid seperti makanan per hari, alat mandi, dan lain-lain. Soal fasilitas makan, para marbot mendapatkan fasilitas ini berbeda-beda. Ada yang harus memasak sendiri, ada juga yang mendapatkan bantuan makanan dari takmir.

Pada dasarnya pemenuhan kesejahteraan marbot tidak sekadar memenuhi tuntutan kebutuhan finansial, tetapi juga untuk mencegah mereka meninggalkan pekerjaan ini. Apa pun motifnya, pemenuhan kesejahteraan marbot tetap diperlukan demi menghormati kontribusi mereka.

Kendati demikian, penting untuk mencari solusi yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua pihak terkait melalui dialog terbuka antara komunitas masjid, otoritas keagamaan, pemerintah, dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Dialog ini akan membuat perdebatan tentang kesejahteraan para marbot bisa menghasilkan langkah-langkah konstruktif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sekaligus menjaga keberlangsungan ibadah di masjid.

Dalam merawat masjid, marbot juga merawat keutamaan dan kedamaian kita semua. Mari satukan tekad dalam perjuangan untuk mengangkat derajat dan kesejahteraan para marbot.

Depok, 7 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun