Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Kesejahteraan Marbot: Antara Ibadah dan Kebutuhan Perut

7 April 2024   15:29 Diperbarui: 8 April 2024   18:35 2928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang marbot yang bekerja sebagai bentuk pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT (Sumber: Kompas.id)

Anggapan bahwa pekerjaan marbot sebagai wujud dari ibadah kepada Allah ketimbang mendapatkan gaji mungkin berasal dari pemahaman tentang konsep pengabdian dalam Islam. Dalam ajaran Islam, pengabdian kepada Allah dan masyarakat sering kali dianggap sebagai tindakan yang mulia dan diberkahi, dan tindakan tersebut dapat mencakup berbagai aktivitas, termasuk mengurus masjid.

Ibadah atau mengabdi kepada Allah merupakan bagian penting dari kehidupan seorang Muslim. Aktivitas yang dilakukan dengan niat ikhlas untuk memperoleh ridha Allah dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi. Pekerjaan mengurus masjid seperti marbot, sering kali dipandang sebagai peluang untuk memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah.

Ilustrasi seorang marbot yang bekerja sebagai bentuk pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT (Sumber: Kompas.id)
Ilustrasi seorang marbot yang bekerja sebagai bentuk pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT (Sumber: Kompas.id)

Keyakinan tersebut diperkuat lagi dengan anggapan bahwa menjadi marbot sebagai realisasi dari amal saleh atau perbuatan baik yang dapat membawa pahala bagi seorang Muslim. Mengurus masjid dianggap sebagai salah satu bentuk amal saleh yang dapat meningkatkan keberkahan hidup seseorang. Akibatnya, marbot lebih fokus pada pahala dalam bekerja ketimbang pertimbangan finansial.

Tradisi dan budaya juga berkontribusi dalam “mendoktrin” pikiran marbot agar lebih mementingkan ibadah dalam pekerjaannya. Dalam masyarakat yang kental dengan nilai-nilai agama, mengurus masjid sudah dipandang sebagai panggilan rohani dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Pandangan ini menguatkan tradisi dan budaya untuk menghormati marbot karena mereka bekerja lebih mengutamakan ibadah kepada Allah daripada kepuasan materi.

Realitas Kebutuhan Hidup

Meskipun tradisi dan budaya tersebut memiliki dasar yang kuat dalam agama, eksistensi marbot sebagai manusia yang memiliki kebutuhan material juga penting untuk diperhatikan. Mereka memerlukan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga keluarga yang perlu dihidupi.

Seperti pekerjaan lainnya, para marbot juga berhak mendapatkan upah yang adil sesuai dengan pekerjaan dan kontribusi mereka. Mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan guna menyambung hidup diri sendiri dan keluarganya. Upah yang mereka terima penting untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan perawatan kesehatan.

Beribadah kepada Allah tidak selalu harus berarti mengorbankan kesejahteraan finansial. Dimensi ibadah dalam pekerjaan marbot justru harus dipandang sebagai pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi. Atas dedikasi itulah marbot harus diberikan imbalan yang layak.

Oleh karena itu, pekerjaan mereka harus dihargai dengan memberikan upah yang layak sesuai dengan kontribusi mereka dalam mengurus masjid dan memfasilitasi aktivitas ibadah umat Muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun