Tidak ada apa-apa. Hanya ruangan kosong dengan jendela besar yang terbuka lebar. Saya terus membawanya melewati ruangan itu dan keluar melalui pintu yang ada di ujung ruangan ini. Dan dari pintu ini hanya terbentag ruang terbuka yang membentang hingga ke laut. Di sisi kiri terdapat bangunan reot bekas kandang ayam yang berada persis di samping pohon sukun yang tinggi sekali.
Di sisi kanan terdapat tonggak-tonggak kayu tempat digantungnya sebuah sepeda ontel lama yang sudah tidak terpakai lagi. Rodanya tinggal satu yang terpasang, rantainya pun sudah lepas dari girnya. Sepeda ini adalah sepeda yang biasa dipakai bapak kalau ke kebun. Tapi semejak digantung di sini, bapak ke kebun selalu jalan kaki.
"Mana sepedanya", katanya sambil mencari-cari sepeda kayu yang saya ceritakan. Saya hanya memberi isyarat dengan gerak mata ke sepeda yang digantung di kayu itu.
"Itu sepedanya", kata saya sambil tertawa lepas karena merasa berhasil menjebak dia dalam permainan iseng ini. Dia hanya berdiri sambil melihat ke sepeda tua yang sudah lama tergantung di sana. Tangannya refleks mengambil sepotong kayu dan diarahkan kepada saya. Saya lari sekencang-kencangnya menjauhinya.
Mendengar suara ribut-ribut di belakang rumah, ibu dan bapak yang sedari tadi mengamati dari jauh, akhirnya mendekati kami dan bertanya permasalahannya.
Teman saya pun mulai menceritakan asal mulanya dari cerita tentang bapak membelikan sepeda kayu dan cerita itu membuat keluarganya jadi penasaran sehingga dia diminta untuk datang melihatnya sendiri.
Orang tua saya langsung tertawa geli mendengar bagian membeli sepeda kayu. Mereka secara spontan bilang, "kau mau percaya saja dengan dia". Mana ada sepeda kayu yang bisa dipake buat naik kata mereka sambil tertawa. Kami pun tertawa bersama-sama sambil berjalan menuju meja makan.
Cerita iseng, jahil, atau pun usil yang diekspresikan sebagai bentuk keakraban sesama sahabat tidak boleh dilakukan kepada semua orang. Kita tidak bisa menyamakan konteks dan latar belakang tindakan iseng tersebut kepada semua situasi. Ada orang yang bisa memahami dan mau menerimanya, namun ada yang tidak meyukainya sehingga cenderung untuk menolak.
Di zaman teknologi digital di mana informasi bergerak dengan bebas dan cepat, sebaiknya kita perlu membatasi diri dari kegiatan iseng dan usil. Niat kita memosting tindakan usil sebagai candaan bisa berdampak berat kalau dikaitkan dengan isu-isu yang sensitif.
Cerita yang Saya kemukakan hanya sekadar mengingat nostalgia masa remaja di kampung, di mana semua kehidupan masih berjalan dengan sederhana, persahabatan masih dilakukan dengan tulus, serta candaan dan keusilan muncul dari kepolosan berpikir anak-anak. April mop telah membangkitkan kenangan yang sudah menjadi nostalgia masa lalu.
Depok, 1 April 2024