Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Media Sosial untuk Meraih Keseimbangan Baru dalam Hidup

30 Maret 2024   04:44 Diperbarui: 30 Maret 2024   04:50 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menghindari gawai untuk puasa media sosial (Sumber: Kompas.com)

Puasa Media Sosial Untuk Meraih Keseimbangan Baru Dalam Hidup

Oleh: Sultani

Apakah Anda siap untuk menantang diri sendiri di bulan puasa ini? Bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan godaan media sosial yang selama ini mengikat kita dalam 'puasa' informasi yang berlebihan. Membatasi penggunaan media sosial dapat memberikan ruang untuk refleksi spiritual yang lebih dalam dan memperkuat hubungan interpersonal di tengah kesibukan kita sehari-hari.

Puasa media sosial dapat mengalihkan fokus kepada kegiatan yang lebih bermakna, memperdalam hubungan dengan Allah, dan menemukan kedamaian batin yang sejati. Mari kita jadikan bulan puasa ini sebagai kesempatan emas untuk meraih keseimbangan baru dalam hidup kita.

Sulit untuk menyangkal bahwa media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Salah satu indikasi dari pengaruh media sosial terhadap peradaban modern sekarang adalah ketergantungan untuk aktif di dunia maya yang semakin tinggi.

Ketergantungan manusia terhadap media sosial di dunia yang semakin terkoneksi secara digital, telah mengubah cara berinteraksi dan beraktivitas secara signifikan. Dulu, orang berkumpul di kafe, warung kopi, rumah, sekolah, kantor, atau tempat-tempat umum lainnya untuk bertemu dan berinteraksi secara langsung. Sekarang, kita lebih sering melihat orang-orang yang sibuk dengan ponsel mereka, terhubung dengan dunia maya melalui media sosial. Aktivitas sosial telah dipindahkan dari dunia nyata ke dalam dunia virtual melalui satu akun.

Baca juga:

Media Sosial dan Realitas Politik yang Dilebih-lebihkan

Media sosial bukan lagi sekadar platform untuk berbagi informasi atau berkomunikasi, tetapi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, bahkan menggantikan sebagian besar aktivitas sosial yang dilakukan secara langsung. Dalam berkomunikasi, orang lebih cenderung mengirim pesan singkat atau komentar di platform media sosial daripada melakukan panggilan telepon atau bertatap muka secara langsung.

Ilustrasi media sosial dalam kehidupan kita sehari-hari (Sumber: Dream.co.id)
Ilustrasi media sosial dalam kehidupan kita sehari-hari (Sumber: Dream.co.id)

Begitu juga dengan pembentukan hubungan sosial, di mana banyak orang lebih memilih untuk memperluas jaringan pertemanan mereka melalui media sosial daripada secara langsung bertemu dengan orang baru. Tidak hanya itu, media sosial juga telah memengaruhi cara kita menghabiskan waktu luang. Daripada melakukan aktivitas di luar rumah atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman, banyak orang lebih memilih untuk terpaku pada layar ponsel mereka sambil menjelajahi berbagai platform media sosial.

Daya Tarik Media Sosial

Media sosial memiliki daya tarik yang kuat karena berbagai alasan yang membuatnya begitu populer di kalangan manusia di seluruh dunia. Media sosial menyediakan platform yang memungkinkan individu untuk terhubung dan berinteraksi dengan orang lain secara mudah, tanpa batasan geografis. Ini memungkinkan seseorang untuk menjaga hubungan dengan teman-teman, keluarga, dan bahkan orang-orang baru dari seluruh dunia.

Paltform media sosial ini juga membuka ruang kepada seseorang untuk mengekspresikan diri mereka sendiri melalui berbagai cara, seperti posting status, foto, video, atau tulisan. Hal ini memungkinkan mereka untuk membangun identitas digital dan mengekspresikan minat, pendapat, dan kreativitas mereka kepada dunia.

Ilustrasi media sosial sebagai rujukan berita dan informasi (Sumber: Kompas.id)
Ilustrasi media sosial sebagai rujukan berita dan informasi (Sumber: Kompas.id)

Dengan identitas virtual tersebut para pengguna media sosial akan merasa terhubung dengan dunia di sekitar mereka secara real-time. Mereka dapat melihat apa yang terjadi di kehidupan orang lain, mengikuti perkembangan berita, dan bergabung dalam percakapan global tentang berbagai topik.

Di sini engagement (hubungan) antar pengguna media sosial bisa dijalin melalui interaksi berupa like, komentar, dan share. Interaksi dua arah di dunia maya ini memberikan dorongan tambahan untuk terus menggunakan media sosial.

Hampir semua manusia di seluruh dunia sudah menjadi pengguna media sosial karena memberi kemudahan akses ke informasi dan hiburan. Seseorang bisa dengan mudah mengakses berita, informasi, dan konten lainnya yang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka hanya dengan akun medsosnya. Pada saat yang bersamaan medsos menyediakan hiburan yang tak terbatas dalam bentuk video lucu, meme, konten kreatif, dan banyak lagi.

Selain sebagai sarana hiburan, media sosial juga memberikan platform bagi individu untuk menyuarakan pendapat mereka tentang berbagai isu sosial, politik, atau lingkungan yang memungkinkan mereka untuk memobilisasi dukungan, menyebarkan kesadaran, dan mengambil tindakan untuk perubahan positif.

Dampak Buruk Media Sosial

Di balik daya tariknya yang kuat media sosial ternyata meyimpan dampak negatif yang bisa memengaruhi perilaku dan psikologis penggunanya. Dampak buruk yang paling dirasakan dari penggunaan media sosial selama ini adalah ketergantungan atau maniak. Ketergantungan media sosial atau maniak media sosial mengacu pada kondisi di mana seseorang memiliki kebutuhan yang berlebihan dan sulit untuk mengontrol penggunaan media sosial.

Ilustrasi mengontrol penggunaan media sosial (Sumber: Narasi.tv)
Ilustrasi mengontrol penggunaan media sosial (Sumber: Narasi.tv)

Ketergantungan atau maniak media sosial dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kesehatan individu, termasuk masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, isolasi sosial, dan rendahnya harga diri. Orang yang mengalami ketergantungan atau maniak media sosial cenderung menghabiskan banyak waktu di platform-platform media sosial, bahkan hingga mengganggu kehidupan sehari-hari, kesehatan mental, dan hubungan sosial mereka.

Orang yang sudah sangat tergantung atau maniak dengan media sosial bisa dikenali dari perilaku fisiknya maupun kondisi kejiwaannya. Perilaku fisik yang bisa dilihat adalah penggunaan handphone yang berlebihan dengan menghabiskan di media sosial, bahkan melebihi waktu yang direncanakan atau diinginkan. Serupa dengan penggunaan berlebihan, maniak media sosial juga ditandai dengan kesulitan untuk mengendalikan keinginan untuk menggunakan media sosial, bahkan ketika menyadari dampak negatifnya.

Ilustrasi dampak buruk media sosial (Sumber: Sindonews.com)
Ilustrasi dampak buruk media sosial (Sumber: Sindonews.com)

Tanda lain maniak media sosial adalah terlibat secara berlebihan dalam aktivitas media sosial seperti memosting, komentar, dan menyukai konten secara obsesif. Maniak media sosial ini juga memicu munculnya gejala fear of missing out atau FOMO yaitu perasaan cemas kehilangan sesuatu di media sosial.

Gejala FOMO ini diikuti dengan perubahan perilaku yang terkait dengan penggunaan media sosial, seperti menjadi lebih tertutup, cemas, atau mudah marah ketika tidak dapat mengaksesnya. Perilaku ini mengganggu kegiatan sehari-hari seperti pekerjaan, tidur, belajar, atau interaksi sosial di dunia nyata.

Baca juga: 

Hati-hati Dengan FOMO! Gejalanya Bisa Picu Maniak Gawai

Puasa Media Sosial

Dunia maya telah menjadi begitu menarik, hingga kita sering kali terperangkap di dalamnya tanpa menyadari dampak buruk yang mengintai. Tapi sadarkah kita bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial yang kita bangun dengan susah payah?

Dengan memulai puasa media sosial, kita memberi diri kita kesempatan untuk benar-benar hidup. Kesempatan untuk menemukan kembali keindahan momen-momen sederhana yang terlewatkan, untuk merasakan kebahagiaan yang sebenarnya dari interaksi langsung, dan memperkuat kembali ikatan kita dengan keluarga dan teman-teman.

Ilustrasi komunikasi interpersonal yang hangat (Sumber: Mediaindonesia.com)
Ilustrasi komunikasi interpersonal yang hangat (Sumber: Mediaindonesia.com)

Bayangkan betapa menyenangkannya bisa merasakan kembali kehidupan nyata tanpa harus bergantung pada notifikasi ponsel yang tak pernah berhenti. Bayangkan betapa indahnya kembali terhubung dengan orang-orang di sekitar kita tanpa distraksi yang tak berujung dari layar kecil.

Puasa media sosial akan mengajak kita siap-siap untuk sebuah tantangan yang mengubah hidup. Saatnya kita berani mengambil langkah besar untuk mengendalikan arah kehidupan kita sendiri. Mari kita bersama-sama menaklukkan 'monster' modern yang begitu merajalela: ketergantungan pada media sosial.

Mari kita puasa media sosial tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk membuktikan bahwa kita bisa menjadi lebih kuat dari godaan dunia maya. Bersama, kita bisa menciptakan kehidupan yang lebih seimbang, lebih berarti, dan lebih bahagia. Ayo, mulailah sekarang, dan bersiaplah untuk menyaksikan perubahan positif yang luar biasa dalam hidup.

Dengan puasa media sosial, kita bisa meningkatkan kualitas hubungan sosial dengan lebih  fokus pada interaksi sosial di dunia nyata. Selain meningkatkan intensitas hubungan interpersonal kita juga bisa meciptakan pengalaman yang lebih bermakna dalam komunikasi tatap muka.

Konten media sosial yang selama ini menjadi pemicu stres, kecemasan, atau perbandingan sosial yang tidak sehat akan terus menyusut diiringi dengan berkurangnya stres dan gangguan mental lainnya. Gangguan tidur akibat paparan media sosial bisa dipulihkan sehingga puasa media sosial membuat seseorang bisa tidur lebih nyenyak.

Berkurangnya gangguan media sosial ini akan meningkatkan fokus dan konsentrasi pada tugas-tugas yang penting, sehingga produktivitas kerja, belajar, dan aktivitas lainnya ikut meningkat. Selain itu, produktivitas kerja juga merangsang eksplorasi ide baru dan pengembangan kreativitas.

Pada akhirnya puasa media sosial akan meningkatkan kualitas hidup di mana kita bisa lebih menikmati momen-momen kehidupan yang sebenarnya. Kesadaran dalam pengalaman sehari-hari akan membuat kita bisa menemukan kebahagiaan dalam kegiatan sederhana, seperti menikmati waktu bersama keluarga, menjelajah alam, atau mengejar hobi.

Dengan memahami dampak positif dari puasa media sosial, kita bisa merasakan manfaat yang signifikan dalam kesehatan fisik, mental, dan emosional. Hal ini mengilhami kita untuk menciptakan keseimbangan yang lebih sehat antara kehidupan maya dan dunia nyata.

Depok, 30 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun