Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menjajal Cita Rasa Ikan Bakar ala RM Aroma Labbakkang Kendari

26 Maret 2024   13:20 Diperbarui: 27 Maret 2024   06:24 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membakar ikan (Dokumentasi pribadi)

Menjajal Cita Rasa Ikan Bakar ala RM Aroma Labbakkang Kendari

Oleh: Sultani 

Kita semua pasti sudah pernah merasakan gurihnya ikan bakar yang diolah dan disajikan dalam aneka rupa. Entah itu dibakar langsung tanpa bumbu atau dengan dibakar dengan campuran bumbu atau rempah yang komplit. Pun dibakar untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga atau dibeli di restoran dengan harga yang bervariasi. Semua ikan bakar pasti akan memberi cita rasa gurih nan lezat.

Kali ini Saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman Saya menjajal cita rasa ikan bakar yang gurih dan lezat di sebuah rumah makan yang cukup terkenal di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Namanya Rumah Makan (RM) Aroma Labbakkang (2), yang terletak di Jalan Arifin Sugianto -- Jembatan Triping, Kendari.

Rumah Makan ini terbilang besar karena berisi meja-meja yang cukup panjang dengan jumlah kursi yang bisa mencapai 20 orang. Meja dan kursi tersebut ditata dengan rapi baik di dalam bangunan utama maupun di pelataran yang dilindungi dengan kanopi. Tempat pembakaran ikan berada di bagian luar, paling pojok dan agak terpisah dari meja dan kursi konsumen. Di dekat pembakaran ini berjejer 3 kotak gabus berukuran besar yang isinya adalah ikan-ikan segar.

Bagi warga Kota Kendari nama Labbakkang sudah sangat populer karena rumah makan ini sudah memiliki beberapa cabang yang tersebar di seluruh penjuru kota. Bagi pendatang atau wisatawan RM Aroma Labbakkang pasti terbilang baru dan untuk menjajal cita rasa ikan bakarnya, perlu sedikit upaya untuk mencari tahu informasinya baik secara daring maupun bertanya langsung kepada warga.

Begitu juga dengan saya, seorang kuli dari Jakarta yang kebetulan melancong ke kota ini karena tugas negara. Bayangan awal saya tentang kuliner di Kendari langsung tertuju pada ikan dan segala macam olahannya karena letaknya persis di pesisir pantai. Selain Kendari, semua kota besar --ibu kota provinsi---yang ada di Pulau Sulawesi juga terletak di pesisir pantai.

Ilustrasi ikan bakar (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi ikan bakar (Dokumentasi pribadi)

Sebagai penggemar ikan laut, sasaran pertama tempat kuliner yang saya cari adalah pusat ikan jajanan ikan laut. Banyak nama rumah makan dan restoran yang saya catat sebagai bahan rekomendasi untuk dikunjungi. Nama Aroma Labbakkang agak luput dari pencarian sehingga tidak terpikirkan sama sekali.

Perjumpaan saya dengan RM Aroma Labbakkang terjadi secara tidak sengaja melalui percakapan saya dengan tukang ojek yang saya order untuk mengantar ke salah satu rumah makan ikan bakar Maros yang ada di tengah kota.

Jadi, hari itu setelah check in hotel, saya minta petugas untuk mencarikan tukang ojek yang bisa antarkan saya ke tempat makan yang saya tuju. Saya minta dijemput setengah jam lagi. Ketika sedang istirahat di kamar, telepon kamar yang ada di samping bed berdering. Dari seberang suara seorang perempuan mengabarkan bahwa tukang ojeknya sudah menunggu di depan lobi.

Sat...set, saya pun sudah berada di depan lobi menghampiri sebuah sepeda motor yang diparkir agak ke depan dari pintu utama lobi. Tukang ojek ini seorang pria paruh baya dengan kulit gelap. Dari cara bertuturnya saya tahu bahwa beliau ini orang asli Kendari.

Ilustrasi membakar ikan (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi membakar ikan (Dokumentasi pribadi)

Setelah basa-basi sebentar beliau mengisyaratkan supaya saya segera naik ke atas jok sepeda motor supaya bisa langsung berangkat. Dan tidak berapa lama posisi saya sudah berada di atas motor, dan kami pun bergerak meninggalkan hotel menuju jalan raya.

Setelah berada di jalan yang lurus dan lengang, tukang ojek ini membuka percakapan. Biasalah, nanya tentang asal, keperluan, dan berapa lama di Kendari. Pertanyaan standar para tukang ojek di daerah ketika mengantarkan penumpang dari Jawa. Setelah terjadi dialog yang singkat, beliau mulai menawarkan rumah makan ikan bakar yang lain, yang katanya jauh lebih nyaman tempatnya, dan pilihan ikannya lebih banyak.

"Ikannya besar-besar, dan diambil langsung dari nelayan di pantai. Kalau di Maros (rumah makan ikan bakar yang kami tuju sekarang) ikannya hanya satu macam. Layang sama selar saja," katanya.

karyawan2-660264b414709314eb471d12.jpg
karyawan2-660264b414709314eb471d12.jpg

                                                                                     Ilustrasi ikan-ikan segar di RM Labbakkang 

                                                                                      (Dokumentasi Pribadi)

Boleh juga cara bapak tukang ojek ini mempromosikan kepada saya tentang tempat ikan bakar yang lain selain Maros tadi, batinku. Tertarik dengan tawarannya, saya pun meresponsnya dengan sopan. Seketika sepeda motornya ditepikan dulu, kami berhenti dan beliau lalu memberi informasi-informasi umum yang saya tanyakan. Saya sepakat ke RM La Bakkang, dan kami pun langsung bergerak ke sana.

Tempatnya luas dan lega dengan dua meja panjang di bagian luar. Beberapa bangku kayu di letakkan di kedua sisi meja searah dengan posisinya. Beberapa konsumen tampak sudah menempati meja di ruangan dalam. Ada juga konsumen yang sedang memilih-milih ikan yang ada di dalam gabus.

Setelah membayar ongkos ojek, saya langsung menuju ke gabus putih untuk memilih ikan kesukaan. Ada beberapa jenis ikan yang tersedia di dalam gabus itu. Tapi yang paling banyak kakap merah dan baronang. Saya putuskan untuk pilih baronang ukuran sedang sesuai dengan porsi makan saja. Kalau kakap kebesaran, ukurannya untuk 2 sampai 3 orang. Kalau sendirian pasti klenger dan tidak habis.

Ilustrasi konsumen ikan bakar (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi konsumen ikan bakar (Dokumentasi pribadi)

Saya mengambil posisi di salah satu sisi meja panjang yang ada di dekat gabus dan tempat pembakaran ikan. Sambil menunggu ikannya matang, tangan saya tidak pernah berhenti memencet tombol rana kamera untuk mengabadikan momen-momen penting yang ada di dalam rumah makan ini. Dan beberapa hasilnya akan saya sertakan dalam artikel ini.

Sepintas, penampakan RM Aroma La Bakkang tidak berbeda dengan rumah makan ikan bakar atau rumah makan umum yang lainnya. Dari penyajian, cara bakar, hingga menunya saya perhatikan sama semua. Perbedaan yang saya temui ketika awal datang hanyalah pada fokus jualannya pada ikan laut.

Ada beberapa olahan lain yang ditawarkan juga di sini, seperti pallumara, ikan goreng, atau sop ikan. Tetapi yang lebih banyak dikenal dari RM La Bakkang ini ikan bakarnya. Penyebabnya mungkin karena posisi pembakaran ikannya diletakkan paling depan sehingga aroma ikan bakarnya yang paling banyak dibaui oleh masyarakat dan konsumen.

Ilustrasi memilih ikan segar (Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi memilih ikan segar (Dokumentasi Pribadi)

Ukuran tempat untuk membakar atau memanggang ikan cukup besar, dengan panjang kira-kira 2 meter dan lebar sekitar 1 meter. Dengan dimensi seperti itu, bisa kita bayangkan sekali bakar bisa lebih dari 10 ekor ikan baronang ukuran besar. Untuk kakap merah ukuran besar bisa sampai denga 5 atau 6 ekor. Dengan panggangan yang demikian banyak, wajar saja kalau aroma ikan bakarnya bisa menyebar ke mana-mana.

Aroma tersebut akan semakin wangi ketika ikan-ikan itu ditaburi dengan minyak kelapa dan aneka bumbu olahan yang dimasukkan ke dalam dua kaleng yang lumayan besar ukurannya. Minyak dan bumbu tersebut dioles ke badan ikan menggunakan kuas berukuran besar juga.

Ilustrasi membakar ikan (Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi membakar ikan (Dokumentasi Pribadi)

Siang itu kondisi rumah makan ini tidak begitu ramai. Hanya ada 3 konsumen yang saya temui ketika pertama kali datang. Jadi pemanggangan ikan secara massal tidak bisa saya rekam momennya karena jumlah ikan yang dibakar hanya beberapa ekor saja.

Empat orang pelayan pria melayani semua konsumen dengan cekat dan ramah. Mereka langsung mengolah ikan pesanan konsumen mulai dari membersihkan sisik, membelah, mengoles dengan bumbu lalu memanggang menggunakan arang.

Ilustrasi minyak dan bumbu ikan bakar (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi minyak dan bumbu ikan bakar (Dokumentasi pribadi)

Di meja konsumen pelayan yang lainnya menyajikan bahan perangsang cita rasa seperti jeruk nipis, cabe merah, bawang merah, kecap, tomat, dan bumbu terasi yang diulek. Ikut dalam sajian ini ada juga tempat nasi full dengan nasi putih, dan kuah tanpa isi. Perlengkapan makan seperti piring, sendok, dan garpu juga disiapkan. Bahkan, disediakan juga satu pisau dapur untuk memotong cabe, membelah tomat, dan mengupas bawang.

Ilustrasi bumbu ikan bakar (Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi bumbu ikan bakar (Dokumentasi Pribadi)

Sekarang gilirannya pelayan mengantarkan baronang bakar yang baru selesai dibakar. Ikan yang disajikan di atas piring melamin bermotif dauh hijau masih panas ketika pertama kali mendarat di meja makan. Bumbu dan minyak yang menutupi daging membuat teksturnya terasa licin, dan warna daging yang putih bersih menjadi kecoklatan. Ikan dengan tesktur daging seperti ini, kata para pelayannya menandakan sudah matang semua dengan sempurna.

Untuk minuman yang disediakan gratis hanya air putih dalam teko plastik. Selebihnya, kalau mau minum air mineral atau minuman manis silakan pesan sendiri sesuai dengan persediaan yang ada di menu.

Ilustrasi minuman ringan (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi minuman ringan (Dokumentasi pribadi)

Tekstur daging dengan bumbu dan minyak menyibakkan aroma wangi melalui asap yang keluar dari balik daging tersebut. Saya langsung menyendok nasi dari tempat nasi, kemudian membasahinya dengan kuah yang sudah disiapkan dalam mangkok yang terpisah. Setelah itu bumbu terasi saya dekatkan ke piring makan bersama dengan ikan bakar.

Untuk sementara, tomat bawang merah dan cabe saya abaikan dulu karena mau fokus makan ikan baronang yang sudah diidamkan sejak masih di Jakarta. Dan benar kata pelayan, semua bagian daging ikan baronang terasa empuk dengan tekstur yang licin. Aroma rempah yang kuat di permukaan daging, hampir mengalahkan cita rasa asli daging baronang.  

Ilustrasi ikan bakar (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi ikan bakar (Dokumentasi pribadi)

Di bawah terik matahari yang panas, saya menikmati potongan demi potongan daging baronang yang dimakan bersama nasi dan sambal terasi yang menggugah selera. Ada keinginan untuk nambah lagi ikan bakarnya, tetapi waktu untuk ketemu klien di Kendari sudah semakin dekat.

Akhirnya saya harus puas dengan satu ekor baronang bakar bersama nasi putih dan bumbu-bumbunya. Saya pun keluar dengan perasaan lega karena sukses menjajal cita rasa ikan bakar di salah satu kuliner ikan bakar ternama di Kendari. Kenangan yang berkesan ini menjadi penutup cerita perjalanan saya dalam rangka membentuk tim quick count pemilihan presiden 2014 lalu. 

Ilustrasi ikan bakar
Ilustrasi ikan bakar

Depok, 26 Maret 2024

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun