Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kreasi Makanan Berbuka Puasa Anak Kos 90-an

22 Maret 2024   14:22 Diperbarui: 22 Maret 2024   14:28 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana Ramadan di kampung (Sumber: Merdeka.com)

Kreasi Makanan Berbuka Puasa Anak Kos 90-an

Oleh: Sultani

Mystery Topic 1 dalam Ramadan Bercerita hari 12 ini benar-benar akan menyingkap sebuah cerita misteri tentang kreasi makanan berbuka anak kos tahun 90-an. Cerita ini akan membuka kembali nostalgia masa-masa kuliah dan hidup Saya sebagai anak kos selama 7 tahun di sebuah kawasan kampus yang berlokasi di kawasan selatan Jakarta. Kisah hidup anak kos di bulan puasa dengan latar kehidupan dekade 90 tentu beda jauh dengan kehidupan anak kos generasi milenial tahun 2000 hingga sekarang.

Saya mulai menjalani kehidupan sebagai anak kos ketika diterima menjadi mahasiswa dari salah satu universitas negeri yang ada di Jakarta, tahun 1991. Kos yang Saya tempati berada di lingkungan masyarakat Betawi, penduduk asli kota Jakarta. Budaya mereka yang terbuka dan ramah terhadap orang luar membuat Saya cepat berbaur dan betah tinggal di situ. Lingkungannya pun masih asri karena di sekitar bangunan kos masih tumbuh pepohonan terutama pohon rambutan dan jambu.  Di sekitar lingkungan kos juga masih banyak kebun singkong dengan pohon duren, cempedak, dan tanaman produktif lainnya.

Di lingkungan tempat tinggal Saya banyak sekali bangunan kos yang dibuat khusus untuk menampung mahasiswa dari kampus ini dan beberapa kampus di Jakarta Selatan. Meski demikian, bangunannya belum rapat dan padat seperti sekarang. Saat itu, udara segar dari kebun masih meniupkan angin yang sejuk pada pagi hari. Tanah kosong dan lapangan juga masih luas terbentang.

Bangunan kost di lingkungan ini ada yang berdampingan langsung dengan pemiliknya, ada yang terpisah. Mayoritas bangunan kost di sini dimiliki oleh warga setempat, selebihnya merupakan milik orang-orang dari luar. Hubungn antara mahasiswa penghuni kost dengan penduduk sekitar relatif baik dan akrab. Kalau warga ada hajatan, para penghuni kost juga diundang atau paling tidak dikirimi besek atau berkat ke kamarnya masing-masing.

Selain bangunan kost dan rumah penduduk, bangunan yang penting untuk Saya ceritakan di sini adalah masjid. Selama saya tinggal di situ, tempat ibadah yang paling eksis hanya masjid, meskipun penduduk di situ ada yang non-Muslim. Kalau Saya gambarkan secara imajiner, lingkungan kost Saya dikelilingi oleh masjid dan mushola dari empat arah penjuru angin.

Dengan gambar imajiner tadi, Saya akan hitung jumlahnya dalam radius 2 kilometer dari kost Saya. Dari depan kost ada satu masjid Jami’ yang berafiliasi dengan Muhammadiyah. Dari sisi kiri juga ada masjid Jami’ yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Sementara di belakang dan sisi kanan hanya mushola, tapi letaknya paling dekat dengan kost.

Dengan komposisi letak tersebut bisa dibayangkan, betapa ramenya suasana hari ketika masuh waktu shalat 5 waktu. Suara azan yang keluar dari speaker yang dipasang di menara atau kubah masjid akan mampir ke kuping secara bersamaan dari empat penjuru. Suasana ini akan terdengar syahdu ketika bulan Ramadan. Suara tadarus, murotal, dan azan adalah audio yang menjadi ikon Ramadan di kampung ini.

Ramadan di Kampung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun