Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pesona Selebriti dalam Politik Elektoral

29 Februari 2024   05:43 Diperbarui: 5 Maret 2024   15:50 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Preferensi terhadap Selebriti

Membanjirnya caleg selebriti dalam pemilu menunjukkan bahwa kehadiran mereka tetap memiliki pasar politik tersendiri dalam bursa caleg. Meski elektabilitasnya fluktuatif, mereka tetap eksis dengan gaya dan karakter politiknya sendiri. Eksistensi mereka di DPR selama dua dekade mencerminkan dinamika budaya dan politik yang berkembang di masyarakat. Budaya Indonesia yang kaya akan tradisi hiburan, popularitas artis, dan persepsi terhadap kesuksesan seringkali memainkan peran penting dalam pemilihan umum.

Budaya hiburan yang kuat di Indonesia memiliki dampak besar terhadap persepsi masyarakat dalam menilai selebriti. Selebriti sering dipandang sebagai sosok yang memiliki daya tarik dan ketenaran, sehingga memperoleh perhatian yang luas dari masyarakat. Popularitas mereka di dunia hiburan sering kali dianggap sebagai modal politik yang kuat dalam konteks pemilihan umum. Dalam budaya di mana popularitas sering dianggap sebagai indikator keberhasilan dan kualitas seseorang, artis memiliki keunggulan dalam menarik perhatian dan mendapatkan dukungan elektoral.

Karakter masyarakat Indonesia yang cenderung hedon dan permisif juga dapat memengaruhi preferensi politik mereka. Dalam kebiasaan mengejar kesenangan dan memperbolehkan berbagai bentuk perilaku yang dianggap "bebas", persepsi terhadap sosok pemimpin pun dapat diproyeksikan pada pesohor yang dianggap memiliki gaya hidup glamor dan menarik. Ketika masyarakat mengidentifikasi diri mereka sebagai konsumen hiburan yang aktif, kemungkinan besar mereka akan cenderung memilih pemimpin yang mencerminkan gaya hidup dan nilai-nilai yang mereka kagumi.

Di sinilah popularitas selebriti menjadi komoditas politik yang sangat berguna bagi diri mereka sendiri maupun partai politik. Munculnya tawar-menawar politik antara parpol dengan selebriti terkait kursi caleg dalam pemilu menunjukkan keunggulan popularitas bagi insentif elektoral.

Sumber: Jawapos.com
Sumber: Jawapos.com

Motif Menjadi Caleg 

Pada akhirnya kita semua akan bertanya tentang motif utama para selebriti mencalonkan diri sebagai anggota DPR, apakah sekadar memanfaatkan popularitasnya untuk kepentingan pribadi atau adanya visi dan komitmen politik yang hendak diperujuangkan melalui politik. Selebriti yang menjadi anggota DPR tentu memiliki motif yang kuat, dan itu terlihat dari kinerja mereka dalam menjalankan tugas sebagai anggota dewan selama 5 tahun.

Artis yang memilih untuk terlibat dalam politik memiliki kapasitas ketokohan yang dikenal luas dalam masyarakat, sehingga wajar jika mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk menggunakan kedudukan mereka dalam membuat perubahan positif dalam masyarakat. Tanggung jawab tersebut adalah refleksi atas visi artis dalam berpolitik dan membangun negara. Artinya, dengan berpolitik, artis-artis ini dapat membawa pengalaman dan perspektif unik dari dunia hiburan ke dalam arena politik, yang akan menjadi cara baru dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.

Artis-artis seperti Nurul Arifin, Rieke Diah Pitaloka, Dede Yusuf, Rano Karno, Eko Patrio adalah wajah-wajah selebriti yang sudah lama malang melintang sebagai wakil rakyat. Kiprah mereka sebagai anggota dewan diemban sebaik mungkin, sehingga kontribusi mereka dalam menyerap aspirasi rakyat tidak kalah kualitasnya seperti para wakil rakyat non-selebriti. Hubungan mereka dengan konstituennya sudah terjalin dengan baik selama menjadi anggota dewan beberapa periode. Ini menjadi prestasi kaum selebriti dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.

Sumber: Jabar.Tribunnews.com
Sumber: Jabar.Tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun