Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kenangan Quick Count 2014: Menjelajah TPS di Daerah Pedalaman

26 Februari 2024   20:34 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:10 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana briefing tenaga lapangan dalam quick count Pilkada DKI 2007 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Restoran terapung di Wakatobi (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Restoran terapung di Wakatobi (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Tugas briefing kepada interviewer Saya tunaikan bersama korlap. Saya jelaskan semua hal terkait konsep dan tujuan quick count, dan mengapa Wanci bisa terpilih sebagai salah satu sampel. Setelah itu baru Saya tunjukkan tentang teknik untuk mengirimkan SMS hasil quick count ke Jakarta. Tapi sebelumnya, interviewer ini saya minta untuk simulasi pengiriman SMS yang berisi data ID sampel, nama interviewer, dan lokasi sekarang. Setelah itu penjelasan tentang kuesioner exit poll, dan honor yang akan diberikan. Semua interviewer akan melalui prosedur kerja yang sama seperti ini. Setelah semua pekerjaan beres, Saya mengingatkan bahwa keterlibatan mereka sudah fix dan tidak bisa diganti lagi sampai dengan hari pelakasanaan quick count.

Berlayar Antar Pulau

Begitu deal, pekerjaan Saya di Wakatobi selesai dan langsung bersiap-siap menuju pelabuhan, membeli tiket untuk penjelajahan TPS berikutnya di Pulau Buton. Pelayaran dari Wakatobi menuju Buton dilakukan pada malam hari sehingga tidak ada pemandangan yang bisa dilihat di sini. Malam itu semua penumpang hanya duduk dan berbaring di atas tempat tidur yang ada di kabin kapal. Kapal bergerak lambat karena terhalang ombak yang cukup besar sehingga terasa sekali olengnya. Cuacanya kurang bagus, karena di luar terasa anginnya cukup kencang, dan di langit terlihat sesekali petir menyambar.

Kapal mulai stabil geraknya menjelang fajar yang diikuti dengan kokok ayam jantan dari buritan kapal. Di ufuk mulai terlihat semburat jingga yang menandakan sebentar lagi matahari akan terbit. Kapal terus bergerak meninggalkan gelombang di atas laut yang terlihat datar dan tenang. Dari kejauhan mulai terlihat daratan dengan rumah-rumah penduduk yang berkilau terkenan semburat cahaya alam.

Berlayar dengan kapal kayu dari Wakatobi ke Baubau (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Berlayar dengan kapal kayu dari Wakatobi ke Baubau (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kapal terus bergerak maju mendekati pelabuhan yang dituju, yang ada di Kota Baubau. Kami merapat di dermaga Murhum Kota Baubau sekitar jam 8:00 WITA. Udara kota pagi itu masih terasa segar. Jalanan sudah mulai ramai dengan kendaraan yang hilir mudik di depan pintu gerbang pelabuhan. Saya turun dari kapal bersama korlap dan langsung ke hotel yang letaknya berseberangan dengan pelabuhan.

Sekitar jam 10:00 pagi kami langsung bergerak meninggalkan hotel dengan mobil rental menuju ke arah Kabupaten Buton Selatan untuk merekrut interviewer mandiri lagi. Perjalanan dari Baubau menuju ke lokasi sekitar 4 jam. Di sini ritme kerja tertahan karena kami tidak bisa langsung mendapatkan warga lokal yang bersedia menjadi interviewer mandiri. Warga di sini kebanyakan nelayan, jadi mereka tidak bisa di darat seharian. Akhirnya ada seorang guru SD bersedia menjadi informan lokal karena pada hari pemilu dia akan libur di kampungnya. Setelah menjalani prosedur briefing dan simulasi, kami langsung melanjutkan perjalanan untuk merekrut interviewer di Kabupaten Buton Induk. Perjalanan kami hari itu berakhir jam 10 malam di kamar hotel.

Ikon Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Ikon Kota Bau-bau, Sulawesi Tenggara (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Agenda berikutnya adalah menjelajah Pulau Muna dan merekrut satu tenaga interviewer lokal di sana. Di sini relatif mudah karena hampir semua penduduknya pada hari pemilu stand by di rumah. Hampir semua orang menawarkan diri untuk menjadi tenaga pengumpul data di TPS, tapi sayangnya yang dibutuhkan Cuma satu orang. Pilihannya jatuh kepada seorang ibu alumni salah satu perguruan tinggi swasta di Kendari.

Saya meninggalkan Pulau Muna menuju Baubau dengan menggunakan kapal feri penyeberangan sekitar pukul 15:00 WITA. Satu jam kemudian saya sudah berada di kamar hotel untuk beristirahat setelah beberapa hari ini keliling dari Wanci, Buton, dan Muna. Abis Maghrib Saya keluar hotel sekadar untuk jalan-jalan menikmati suasana malam di Kota Baubau. Saya dan korlap Baubau kemudian bertemu di salah satu restoran di dekat hotel. Kami bercengkerama sembari membahas progres kerja dan rencana untuk mengantisipasi kendala yang muncul pada saat pelaksanaan quick count.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun