Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa PDIP Tetap Unggul Meskipun Ganjar Kalah Dalam Quick Count?

16 Februari 2024   15:19 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:24 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktik yang dilakukan partai adalah rekrutmen yang mengarah kepada figur yang sangat mencolok dalam pemilihan kepala daerah secara langsung. Sejak Pilkada langsung diselenggarakan pada 2005, PDIP sudah memperlihatkan orientasi politiknya yang cenderung melakukan transaksi politik dengan figur-figur tertentu untuk posisi kepala daerah. Fenomena ini menjadi hal yang jamak terjadi baik di wilayah yang menjadi basis politik PDIP maupun bukan.

Dalam konteks ini, semangat perjuangan PDIP untuk membela rakyat kecil dapat dianggap sebagai manifestasi langsung dari pengabaian terhadap jargon wong cilik. Tanpa mempertahankan nilai-nilai yang mendasari jargon tersebut dalam praktik politik sehari-hari, PDIP kehilangan koneksi emosional dan moral dengan basis pemilihnya.

Meskipun terkesan sudah jauh dari jargon wong cilik PDIP masih bisa bangkit kembali untuk sebagai partai rakyat dan memenangi Pemilu 2014 dan 2019. Untuk menjelaskan fenomena ini saya ingin merujuk kembali pada fenomena turunnya suara PDIP pada Pemilu 2004 dan 2009. 

Penurunan suara tersebut sama sekali tidak mencerminkan turunnya kepercayaan pemilih PDIP terhadap partai ini. Penurunan tersebut dipicu oleh kelalaian para keder dan petinggi partai merawat pemilih di daerah-daerah yang berada di luar daerah pemilihan caleg yang didukung. 

Katakanlah sebagai kesalahan strategi politik. Intinya, kekalahan PDIP tersebut sama sekali tidak berkorelasi dengan turunnya kepercayaan wong cilik yang menjadi basis utama pemilih PDIP selama ini.

Oleh karena itu, PDIP bisa bangkit kembali dan menjadi partai pemenang pada Pemilu 2014 dan 2019 meskipun semangat perjuangannya terkesan sudah jauh dari jargon partai wong cilik. Bahkan, berdasarkan hasil quick count partai ini masih menjadi partai yang paling tinggi perolehan suaranya. 

Fenomena kontras antara kemenangan PDIP dalam pemilu dan melemahnya komitmen partai untuk menegakkan jargon wong cilik merupakan refleksi dari kompleksitas politik dan dinamika loyalitas pemilih di Indonesia. Meskipun terkesan menjauh loyalitas pemilih PDIP yang berbasis pada rakyat kecil ini tetap kuat.

Kuatnya dukungan kalangan wong cilik untuk PDIP ini tidak terlepas dari sejarah dan identitas partai. PDIP, sebagai partai yang didirikan oleh tokoh-tokoh nasionalis seperti Megawati Soekarnoputri, memiliki akar yang kuat dalam gerakan sosial dan politik yang memperjuangkan kepentingan rakyat kecil. 

Meskipun partai telah mengalami transformasi dan perubahan, banyak pemilih masih terhubung dengan sejarah dan identitas ini, yang memengaruhi pilihan mereka di tempat pemungutan suara.

Faktor lainnya adalah pragmatisme dalam loyalitas pemilih. Meskipun terkesan menjauh dari jargon wong cilik dalam praktik politiknya, pemilih masih melihat partai ini sebagai pilihan yang paling memungkinkan untuk mewakili kepentingan mereka dalam arena politik yang penuh dengan kompleksitas. 

Aspek ini dapat dipengaruhi oleh kinerja pemerintahan sebelumnya, program-program sosial yang dilaksanakan, atau bahkan kualitas kandidat calon presiden maupun caleg yang diusung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun