Daripada memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat kecil, sebagian petinggi PDIP justru terlibat dalam skandal korupsi yang merugikan negara dan rakyat.Â
Selain itu, pengejaran jabatan publik dan gaya hidup mewah yang ditunjukkan oleh sebagian petinggi PDIP juga mencerminkan kehilangan fokus pada semangat perjuangan awal partai.
Fenomena ini yang membuat pengaruh PDIP sebagai partai rakyat melemah karena banyak ditinggalkan oleh pemilihnya. Posisi PDIP sebagai pemenang Pemilu 1999 digeser oleh Golkar pada Pemilu 2004. Pemilu 2009 posisi PDIP semakin terpuruk di bawah dominasi suara Partai Demokrat.
Turunnya suara PDIP pada Pemilu 2004 dan 2009 adalah akibat dari perubahan sistem pemilu dari proporsional tertutup menjadi proporsional terbuka. Dalam sistem proporsional tertutup para kader berjuang untuk memenangkan semua caleg.Â
Setelah semua suara terkumpul, partai yang akan mendistribusikan kemenangan para caleg berdasarkan nomor urut. Sementara dengan sistem proporsional terbuka para kader akan berjuang untuk memenangkan caleg yang mereka dukung, karena kemenangan caleg ditentukan berdasarkan suara terbanyak.
Dengan perubahan sistem pemilu ini membuat para kader PDIP lebih mementingkan kemenangan calon yang didukung di daerah pemilihannya masing-masing. Daerah-daerah lain ditinggalkan sehingga menjadi peluang bagi lawan politik untuk direbut.Â
Loyalitas dan militansi kader hanya berorientasi pada caleg, bukan lagi partai. Fenomena inilah yang membuat banyak daerah kemenangan PDIP kecolongan sehingga suara pendukungnya berkurang drastis. Ironisnya, daerah-daerah yang kecolongan ini justru paling banyak terjadi di wilayah yang menjadi basis PDIP yaitu Jawa Tengah.
Perubahan loyalitas dan militansi kader dan petinggi partai yang menjadi caleg merefleksikan kecenderungan mereka yang lebih menentingkan jabatan sebagai anggota DPR ketimbang mempertahankan kemenangan partai.Â
Kemenangan caleg sudah dianggap sebagai kemenangan partai. Prinsip inilah yang membuat komitmen perjuangan petinggi partai kepada kepentingan rakyat kecil melemah. Sistem proporsional terbuka membuat konsolidasi PDIP dengan pemilihnya terkotak-kotak mengikuti caleg yang didukung saja.
Faktor lain yang membuat suara PDIP sebagai partai rakyat terus terpuruk selama 2 kali pemilu secara berturut-turut adalah tidak berfungsinya rekrutmen politik di dalam partai untuk jabatan-jabatan publik.Â