Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa PDIP Tetap Unggul Meskipun Ganjar Kalah Dalam Quick Count?

16 Februari 2024   15:19 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:24 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#1. Ikatan Ideologis

PDIP adalah sebuah partai ideologis yang memiliki sejarah yang sangat panjang dalam mentransformasi gagasan kebangsaan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat sebagai identitas asli bangsa Indonesia. 

Watak ideologis dan semangat kebangsaan tersebut terinspirasi oleh semangat dan gagasan Soekarno yang diidentifikasi sebagai sumber ajaran utama ideologi nasionalisme PDIP. Dengan kata lain, paham nasionalisme yang digagas Soekarno saat ini termanifestasikan dalam kepemimpinan putrinya Megawati Soekarnoputri di PDIP.

Ikatan ideologis antara PDIP, Megawati dan Soekarno bisa dibaca dalam jalinan geneologis ketimbang organisasi. Pasalnya, Partai Nasional Indonesia yang didirikan Soekarno pada 1927 sudah dibubarkan oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1931. 

Sejak saat itu akronim PNI selalu digunakan sebagai nama organisasi non-politik. Artinya, gagasan nasionalisme Soekarno terkubur bersama Partai Nasional Indonesia.

Nama PNI dihidupkan kembali pada 1946 oleh sejumlah partai politik kecil yang tergabung dalam Serikat Rakyat Indonesia (Serindo). Mereka sepakat untuk membentuk partai politik baru Partai Nasional Indonesia atau PNI. 

Dalam buku Jejak Langkah 27 Tahun Dari PDI ke PDI Perjuangan yang diterbitkan langsung oleh DPP PDIP disebutkan, PNI "1946" ini mengadopsi asas Marhaenisme sebagaimana yang dicetuskan oleh Bung Karno pada 1927. Penggunaan asas Marhaenisme ini diasosiasikan sebagai "kebangkitan kembali PNI 1927" yang pernah didirikan oleh Bung Karno, bukan kelahiran kembali.

Pemilihan nama PNI tersebut tidak dilatari oleh alasan historis semata, tetapi juga kalkulasi politik jangka panjang terkait kepentingan dan kelangsungan hidup PNI. PNI memilih kekhasan yang dikaitkan dengan ajaran Soekarno ini juga didorong oleh motif keuntungan politik yang bisa diraih dari keberadaan Soekarno sebagai pemimpin bangsa yang memiliki pengaruh luas. 

Salah satunya adalah kemudahan partai dalam merekrut anggota dan mengembangkan jaringan organisasi dalam rangka memperluas basis dukungan politik secara nasional.

Keuntungan terbesar PNI mengadopsi sosok dan ajaran Bung Karno adalah terbentuknya jaringan politik yang menjadi kantong-kantong basis dukungan dalam waktu yang relatif singkat. Bahkan, PNI merupakan satu-satunya partai baru yang sukses memiliki infrastruktur politik yang mapan seperti Masyumi, NU, dan PKI yang lebih senior usianya. 

Dengan jaringan dan infrastruktur tersebut, PNI bisa mengalahkan Masyumi, NU, dan PKI dalam Pemilu 1955. Pamor Soekarno menjadi unsur utama penentu kemenangan PNI terhadap partai-partai yang pengalaman politiknya sudah matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun