Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jejak Pikiran Prabowo Tentang Ketahanan Nasional

8 Januari 2024   14:11 Diperbarui: 5 Maret 2024   15:45 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejak Pikiran Prabowo Tentang Ketahanan Nasional 

Oleh: Sultani

Debat Capres 2024 putaran kedua telah berlangsung pada Minggu, 7 Januari 2024 lalu di Istora Senayan Jakarta. Tiga capres yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo sudah menyampaikan gagasan mereka tentang narasi kebangsaan yang akan mereka bangun lima tahun mendatang kalau terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia kedelapan. Narasi kebangsaan dalam debat kali ini menyesuaikan tema debat yaitu: Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan Geopolitik.

Artikel ini tidak akan menilai siapa capres yang paling unggul dalam beretorika, berdebat, atau menyampaikan gagasan mereka terkait narasi kebangsaan ke depan. Saya akan memfokuskan artikel ini pada penampilan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto.

Mengapa?

Menurut Saya Prabowo Subianto adalah calon presiden paling senior dari tiga capres yang berkontestasi dalam Pemilihan Presiden 2024. Senioritas Prabowo tidak Saya ukur dari usia, tetapi keikutsertaan beliau dalam debat capres. Kita semua tahu, sosok Prabowo sudah menjadi kandidat presiden pada Pilpres 2014 dan 2019. Dalam kedua kontestasi tersebut Prabowo berhadapan dengan Joko Widodo, lawan beratnya yang saat ini menjadi Presiden.

Keikutsertaan Prabowo tersebut mau tidak mau membuat dirinya harus terlibat dalam agenda debat calon presiden sebagai prosesi pra pilpres. Setiap agenda debat selalu menghadirkan tema tentang hubungan internasional, pertahanan dan keamanan, dan geopolitik dengan konteks yang berbeda-beda.

Keterlibatan Prabowo selama 3 debat capres secara berturut-turut ini dengan sendirinya menempatkan Ketua Umum Partai Gerindra ini sebagai sosok yang paling berpengalaman dalam agenda debat capres sekaligus paling akrab dengan tema tentang pertahanan dan keamanan negara ini. Artinya, Prabowo Subianto menjadi satu-satunya capres yang paling menguasai materi debat baik dari aspek latar belakang profesi, pengalaman debat, dan jabatannya sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Joko Widodo saat ini.

Ada hal menarik yang bisa ditarik secara berkesinambungan sebagai benang merah untuk memahami karakter, retorika, dan sudut pandang Prabowo Subianto dalam menyampaikan gagasannya terkait isu internasional, geopolitik, serta pertahanan dan keamanan negara. Ketiga aspek ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman Prabowo sebagai tentara dan konteks kekinian Prabowo sebagai Menteri Pertahanan.

#Debat Capres 2024

Secara umum panggung debat Capres 2024 putaran kedua dipenuhi dengan adu gagasan yang berlangsung dalam suasana panas karena dipengaruhi suasana debat yang emosional. Prabowo adalah sosok capres yang memicu situasi emosional karena terpancing dengan selentingan, pernyataan, pertanyaan atau sanggahan dari capres lain. Mengapa Prabowo begitu emosional sehingga mengeluarkan pernyataan yang justru menjadi blunder untuk dirinya sendiri?

Di sinilah konteks kekinian Prabowo sebagai Menteri Pertahanan sangat dominan memengaruhi penampilannya ketika berhadapan dengan dua rivalnya di atas panggung debat. Prabowo terlihat sekali berusaha untuk menampilkan profesionalitasnya sebagai orang nomor satu di bidang pertahanan negara dalam menanggapi serangan-serangan dari kedua lawan politiknya. Prabowo memang kesulitan untuk memberi jawaban secara gamblang karena jabatannya tersebut.

Sumber: infomiliter.com
Sumber: infomiliter.com

Padahal, di sisi lain Prabowo juga tahu bahwa apa yang dikritik oleh Anies Baswedan maupun Ganjar Pranowo terkait sistem pertahanan negara saat ini memiliki dasar argumen yang kuat. Sayangnya, Prabowo tidak memiliki keterampilan retorika yang baik untuk memberikan tanggapan yang diplomatis dan elegan kepada publik. Alih-alih menjawab kritikan dengan elegan, Prabowo malah mengkounter kritikan lawannya dengan pernyataan yang terkesan ingin menutupi 'kebobrokan" sistem pertahanan negara ini. Keinginan Prabowo untuk menghindar dari serangan-serangan lawannya dibalas dengan gimik-gimik yang kurang simpatik.

Contohnya ketika Prabowo menjawab sanggahan capres nomor urut 1 Anies Baswedan terhadap pertanyaan panelis tentang strategi paslon untuk menyusun peta jalan yang lebih konkret dalam memperkuat kerjasama Selatan-Selatan. Alih-alih menjawab secara gamblang, Prabowo malah menunjukkan gimik yang mengekspresikan rasa tidak senangnya terhadap tanggapan Anies.

"Saya kok banyak setuju ya dengan Pak Ganjar ya. Kalau, kalau, kalau benar, masuk akal Saya setuju. Kalau ngomong, ngomong, ngomong, ya kumaha", kata Prabowo ketika membuka tanggapannya. Gimik tersebut ditunjukkan untuk menyindir Anies yang dianggap sebagai sosok capres yang hanya pintar berbicara atau ngomong, ngomong, ngomong saja. Dari gimik ini suasana debat kemudian bergulir dalam suasana yang tidak kondusif karena banyak terjebak dalam situasi emosional ketimbang berdebat secara rasional.

Latar belakang Prabowo sebagai tentara juga berkontribusi terhadap performa dan pardigma berpikirnya dalam menyampaikan gagasan di debat kali ini. Sebagai tentara dengan segudang pengalaman tempur dan karier yang gemilang, paradigma Prabowo tentang sistem pertahanan dan keamanan negara tidak lepas dari peran militer dan sistem alutsista yang mumpuni. Paradigma ini tampak sekali mendominasi retorika Prabowo dalam menggambarkan narasi kebangsaannya yang mengandalkan kekuatan militer dan persenjataan untuk menjadi negara yang kuat dan disegani dunia.

Kombinasi antara latar belakang kemiliteran dan jabatannya sebagai Menteri Pertahanan sekarang seharusnya menjadi kekuatan Prabowo untuk mempromosikan paradigma kemiliterannya secara riil melalui kebijakan-kebijakannya di Kementerian Pertahanan. Sayangnya, kekuatan tersebut tidak muncul sehingga membuka peluang untuk diserang secara bergantian oleh Anies dan Ganjar.

Sumber: CNBCIndonesia.com
Sumber: CNBCIndonesia.com
Persoalan-persoalan klasik dalam sistem pertahanan negara seperti pembelian alutsista bekas terutama pesawat dan kapal perang, mekanisme pengadaan alutsista yang tidak transparan, isu kesejahteraan prajurit TNI dan Polri yang kurang diperhatikan, hingga jebolnya sistem pertahanan dan keamanan oleh hacker dan keterlibatan Kemenhan dalam mega proyek Food Estate, dengan sendirinya muncul sebagai bahan untuk mengkritik Prabowo Subianto. Menghadapi serangan kritik yang bertubi-tubi dari kedua lawannya, Prabowo memilih untuk mempertahankan prinsipnya yaitu mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI dengan dukungan alutsista yang fungsional. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Prabowo juga berusaha untuk menyerang balik kritik kedua lawannya tersebut dengan narasi data yang digunakan untuk mengkritik dirinya banyak yang keliru.

Satu hal yang sudah pasti terjadi pada diri Prabowo Subianto dalam debat kali ini adalah perubahan yang drastis dalam performa debatnya dibanding dengan dua pilpres sebelumnya. Perubahan tersebut terlihat dari gaya retorikanya yang proporsional, cenderung membela pemerintah terutama Jokowi, dan lebih "gemoy". Cara pandang Prabowo terhadap isu-isu internasional dan masalah pertahanan kali ini sungguh berbeda sekali dengan sikap kritis dan emosional yang pernah ditunjukkan ketika menjadi lawan politik Capres Petahana Presiden Joko Widodo dalam debat Capres 2019.

 # Debat Capres 2019 

Agenda debat Capres 2019 yang mengedepankan tema serupa dengan debat capres 2024 yang kedua muncul pada putaran ke-4 yang diselenggarakan pada 30 Maret 2019. Debat capres yang menghadirkan Prabowo dan Joko Widodo ini mengangkat tema tentang hubungan internasional dan pertahanan keamanan.

Prabowo saat itu tampil sebagai oposisi Jokowi yang membawa semangat perubahan, sudah pasti tampil kritis terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi dalam diplomasi dan pertahanan negara. Sebagai seorang tentara gaya berpikir Prabowo tentang sistem pertahanan tidak jauh dari peran militer dan persenjataan yang kuat. Gaya berpikir ini juga memberi warna yang kuat terhadap pandangan Prabowo dalam diplomasi.

Dalam debat Prabowo mengatakan bahwa diplomasi adalah alat untuk memajukan kepentingan nasional melalui perundingan dan jalan-jalan pertukaran diplomasi. Namun, diplomasi tidak bisa hanya dengan menjadi mediator. Diplomasi itu harus merupakan bagian mempertahankan kepentingan nasional.

Diplomasi harus di-backup dengan kekuatan. Begitulah paradigma Prabowo tentang diplomasi. Sehingga jika terpilih Prabowo akan menjalin hubungan baik dengan semua negara untuk mengumpulkan semua kekuatan, namun tetap berorientasi pada hubungan yang menguntungkan rakyat Indonesia.

Paradigma sebagai prajurit membuat Prabowo sangat sensitif dengan sistem persenjataan negara yang dianggap sudah uzur dan ketinggalan zaman. Padahal persenjataan yang canggih sangat dibutuhkan oleh sebuah negara untuk memperkuat pertahanannya. Pertahanan dan keamanan sangat penting bagi suatu negara, apalagi negara sebesar Indonesia.

Sumber: BBC.com
Sumber: BBC.com

Prabowo mengkritik pemerintahan Joko Widodo yang dianggap tidak memprioritaskan pertahanan dan keamanan negara. "Saya menilai pertahanan Indonesia terlalu lemah karena kita tidak punya uang. Kekayaan suatu bangsa kalau tidak dijaga pertahanan yang kuat, tidak mungkin", kata Prabowo kepada lawannya.

Prabowo menyebutkan bahwa anggaran pertahanan Indonesia terlalu sedikit. Ini membuat posisi Indonesia berpotensi dipandang lemah oleh dunia. Anggaran pertahanan Indonesia bahkan lebih kecil ketimbang Singapura. Singapura anggaran pertahanannya 3% dari GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto).

Sementara menurut data Bank Dunia, pada 2017 anggaran pertahanan Indonesia tidak sampai 1% PDB. Mengingat perbedaan luas wilayah yang sangat jomplang antara Indonesia dengan Singapura maka Prabowo menyebutkan anggaran pertahanan negara kita merupakan salah satu yang terkecil di Asia.

Kecilnya anggaran pertahanan dengan sendirinya berdampak pada daya tempur prajurit dan ketersediaan alutsista. Sebagai prajurit sejati Prabowo selalu waspada akan adanya potensi bahaya perang. Dalam debat dengan Jokowi, Prabowo mengatakan bahwa dalam prinsip pertahanan keamanan kita tidak menganggap akan ada perang.

Untuk isu anggaran pertahanan dan kekuatan militer ini Prabowo memang terlalu bersemangat membanggakan gagasannya untuk membangun sistem pertahanan negara yang kuat dengan persenjataan modern. Sayangnya, akurasi Prabowo dalam menilai kekuatan militer kita saat itu lemah karena data dari Global Fire Power (GPF) anggaran belanja militer Indonesia tidaklah sekecil yang digambarkan Prabowo.

Mempersiapkan diri untuk siaga perang lebih baik bagi Prabowo karena dia sulit percaya dengan niat bangsa lain terhadap negara kita. Indonesia harus bersiap untuk menghadapi skenario terburuk, meski sekarang situasi sedang damai. Penggunaan kekuatan militer bisa datang kapan saja.

"Kalau kita menghendaki damai, siaplah untuk perang," katanya.

Doktrin perang yang diterima Prabowo sebagai eks tentara, membuat Prabowo sangat sensitif terhadap sistem pertahanan keamanan yang dia anggap lemah. Prabowo khawatir dengan kewaspadaan pemerintah terhadap adanya ancaman aktual dan potensial yang membayangi Indonesia.

Sumber: Sindonews.com
Sumber: Sindonews.com

Ancaman aktual tersebut di antanya terorisme, separatisme, pelanggaran di wilayah perbatasan dan pulau terluar, bencana alam, beragam kegiatan ilegal, konflik horizontal, kejahatan siber, dan kelangkaan energi. Sedangkan ancaman potensial adalah ancaman yang akan terjadi dan waktunya tidak bisa diprediksi.

Klaim Prabowo bahwa anggaran pertahanan paling kecil di Asia terkonfirmasi melalui program Cek Fakta Debat Capres 2019 yang diselenggarakan oleh Litbang Kompas pada 30 Maret 2019. Dari cek fakta tersebut diketahui ternyata anggaran militer Indonesia sebesar 6,9 miliar dolar AS atau setara Rp98 triliun dengan kurs Rp14.000/dolar AS.

Dengan besaran tersebut, GPF menempatkan Indonesia sebagai negara dengan belanja militer ke-2 di ASEAN, dan menempati peringkat ke-30 dari 157 negara di dunia. Dengan kekuatan anggaran militer yang dialokasi, GPF menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling kuat kekuatan militernya di ASEAN. Untuk skala global, kekuatan militer Indonesia menempati peringkat ke-15.

Sementara Kementerian Pertahanan sendiri anggarannya selalu diperhatikan dengan baik oleh pemerintah. Dari tahun 2014-2019 kementerian ini selalu mendapat kenaikan anggaran secara signifikan, yaitu dari Rp86,2 triliun (2014) meningkat menjadi Rp108,4 triliun (2019).

Narasi Prabowo tentang pertahanan yang didominasi oleh pemahamannya terhadap doktrin militer adalah jejak pemikiran yang tidak berubah sejak dirinya berhenti dari dinas militer hingga masuk ke gelanggang politik dan menjadi peserta dalam kontestasi pemilihan presiden dari Pilpres 2014 hingga Pilpres 2024.

Sumber: Kompas.com
Sumber: Kompas.com

# Debat Capres 2014

Penampilan Prabowo dalam debat Capres 2014 merupakan debut mantan Danjen Kopassus ini sebagai calon presiden RI ketujuh. Lawannya saat itu adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Harus diakui bahwa kondisi Prabowo saat itu sedang berada di atas anggin karena sempat menjadi tokoh nasional paling populer sebelum disalip oleh rival dalam Pilpres 2014, Joko Widodo. Dia adalah sosok Ketua Umum Partai Gerindra yang sukses mengonsolidasi partainya hingga sukes mengusung Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai pasangan yang menang dalam Pilgub DKI Jakarta 2012.

Prabowo yang masih muda saat itu tentu kondisi kesehatannya masih prima, sehingga wibawa yang terpancar dari penampilannya yang gagah disertai suaranya yang menggelegar sangat terasa oleh orang lain. Dia juga dinilai sebagai sosok yang paling tegas mengingat latar belakangnya sebagai tentara yang berani dan sukses. Dengan segala kelebihan yang dimiliki tersebut, Prabowo merasa jumawa bahwa dia bisa mengalahkan Joko Widodo dengan mudah.

Jejaknya sebagai tentara tentu membuat Prabowo sangat diunggulkan dalam debat capres, terutama soal pertahanan dan keamanan. Prabowo yang sangat mengagumi Presiden Soekarno ini banyak mengadopsi pemikiran nasionalisme terutama cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar dan negara kuat. Guratan pikiran Soekrno ini tampak jelas dalam narasi kebangsaan Prabowo terkait dengan sistem pertahanan dan keamanan negara.

Dalam debat Capres 2014 yang mengangkat tema tentang politik internasional dan ketahanan nasional yang diselenggarakan pada 22 Juni 2014 Prabowo dengan tegas menyatakan kehendaknya untuk menempatkan Indonesia sebagai negara yang disegani dalam pergaulan internasional. Untuk mengoperasionalisasi kehendaknya tersebut, Prabowo akan menjadikan politik luar negari bebas aktif sebagai landasan dan pedoman dalam membangun hubungan diplomatik dengan negara-negara lain.

Menurut Prabowo, pelaksanaan politik luar negeri harus didasarkan pada pembenahan kondisi dalam negeri dengan menciptakan perekonomian yang kuat. Ia mengatakan, politik luar negeri adalah cermin dari kondisi dalam negeri. "Kunci dari politik luar negeri kita, kalau ekonomi kuat, rakyat sejahtera, maka ketahanan akan kuat", tegas Prabowo (Kompas, 23/06).

Sumber: beritasatu.com
Sumber: beritasatu.com

Artinya, untuk menjadi negara yang kuat dan bermartabat dalam pergaulan internasional seorang presiden harus bisa menciptakan perekonomian nasional yang kuat sebagai landasan bagi kesejahteraan rakyat. Kemiskinan merupakan kendala terbesar dari dalam negeri yang berpotensi melemahkan posisi Indonesia dalam pergaulan internasional.

Aspek lain yang disoroti Prabowo terkait eksistensi Indonesia dalam pergaulan internasional adalah keberhasilan pemerintah dalam memelihara stabilitas dan perdamaian. Untuk menjaga situasi tersebut, prinsip "good neighbour policy" atau politik bertetangga yang baik, santun, dan bertenggang rasa akan dijadikan sebagai semangat utama politik internasional Indonesia.

"Kita tidak ingin punya musuh. Seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak. Kita damai dengan semua orang," kata Prabowo.

Untuk menunjang ketahanan nasional secara riil Prabowo menawarkan pengadaan persenjataan moderen dan penambahan jumlah prajurit. Menurut capres nomor urut 1 ini menghadapi ancaman klaim wilayah oleh negara lain atas wilayah NKRI, TNI memerlukan persenjataan dan personel yang memadai untuk menghadapi kekuatan lawan.

Karena itulah perlengkapan perang moderen seperti main battle tank jenis Leopard dipandang mampu mengimbangi kekuatan lawan. Pembelian alat persenjataan tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan pertahanan negara.

Ketika gagasan Prabowo tentang politik internasional Indonesia dan ketahanan nasional ini ditanyakan kepada publik melalui jajak pendapat oleh Litbang Kompas, respons yang diberikan cukup beragam. Cara pandang Prabowo terkait konsepsi politik internasionalnya langsung memantik tanda tanya publik terkait kemampuan untuk merealisasikannya. Pasalnya, gagasan yang disampaikan oleh Prabowo terbilang makro. 

Meskipun secara retorika Prabowo mampu menjelaskan konsepsi politik internasionalnya, publik tetap meragukan kemampuannya untuk melaksanakan konsep-konsep yang ditawarkan.

Misalnya, gagasan bahwa dasar politik luar negeri adalah pembenahan kondisi dalam negeri dengan menciptakan perekonomian yang kuat ternyata diragukan oleh publik.

Namun, kemampuan Prabowo untuk menjaga stabilitas dan perdamaian diapresiasi oleh publik. Boleh jadi latar belakang kemiliteran selama ini membuat sosok Prabowo diidentikkan sebagai penjaga stabilitas dan perdamaian. Apresiasi tersebut didasarkan pada kemampuan Prabowo dalam menguasai masalah dan memberikan solusi atas persoalan ketahanan nasional.

Debat Capres 2014 menjadi panggung paling bersejarah dalam sejarah Prabowo menjajal kemampuannya sebagai pemimpin nasional di republik ini. Jejak pikirannya dalam membangun narasi kebangsaan terukir untuk pertama kalinya melalui podium debat yang mengundang kesaksian rakyat. Dari sini juga kita bisa menyusuri konsistensi sang jenderal dalam menegakkan harkat dan martabat negara ini melalui jalur diplomasi dan militer yang sudah diucapkan pada debat Capres 2019 dan 2024.

Depok, 8 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun