Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jejak Pikiran Prabowo Tentang Ketahanan Nasional

8 Januari 2024   14:11 Diperbarui: 5 Maret 2024   15:45 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo saat itu tampil sebagai oposisi Jokowi yang membawa semangat perubahan, sudah pasti tampil kritis terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi dalam diplomasi dan pertahanan negara. Sebagai seorang tentara gaya berpikir Prabowo tentang sistem pertahanan tidak jauh dari peran militer dan persenjataan yang kuat. Gaya berpikir ini juga memberi warna yang kuat terhadap pandangan Prabowo dalam diplomasi.

Dalam debat Prabowo mengatakan bahwa diplomasi adalah alat untuk memajukan kepentingan nasional melalui perundingan dan jalan-jalan pertukaran diplomasi. Namun, diplomasi tidak bisa hanya dengan menjadi mediator. Diplomasi itu harus merupakan bagian mempertahankan kepentingan nasional.

Diplomasi harus di-backup dengan kekuatan. Begitulah paradigma Prabowo tentang diplomasi. Sehingga jika terpilih Prabowo akan menjalin hubungan baik dengan semua negara untuk mengumpulkan semua kekuatan, namun tetap berorientasi pada hubungan yang menguntungkan rakyat Indonesia.

Paradigma sebagai prajurit membuat Prabowo sangat sensitif dengan sistem persenjataan negara yang dianggap sudah uzur dan ketinggalan zaman. Padahal persenjataan yang canggih sangat dibutuhkan oleh sebuah negara untuk memperkuat pertahanannya. Pertahanan dan keamanan sangat penting bagi suatu negara, apalagi negara sebesar Indonesia.

Sumber: BBC.com
Sumber: BBC.com

Prabowo mengkritik pemerintahan Joko Widodo yang dianggap tidak memprioritaskan pertahanan dan keamanan negara. "Saya menilai pertahanan Indonesia terlalu lemah karena kita tidak punya uang. Kekayaan suatu bangsa kalau tidak dijaga pertahanan yang kuat, tidak mungkin", kata Prabowo kepada lawannya.

Prabowo menyebutkan bahwa anggaran pertahanan Indonesia terlalu sedikit. Ini membuat posisi Indonesia berpotensi dipandang lemah oleh dunia. Anggaran pertahanan Indonesia bahkan lebih kecil ketimbang Singapura. Singapura anggaran pertahanannya 3% dari GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto).

Sementara menurut data Bank Dunia, pada 2017 anggaran pertahanan Indonesia tidak sampai 1% PDB. Mengingat perbedaan luas wilayah yang sangat jomplang antara Indonesia dengan Singapura maka Prabowo menyebutkan anggaran pertahanan negara kita merupakan salah satu yang terkecil di Asia.

Kecilnya anggaran pertahanan dengan sendirinya berdampak pada daya tempur prajurit dan ketersediaan alutsista. Sebagai prajurit sejati Prabowo selalu waspada akan adanya potensi bahaya perang. Dalam debat dengan Jokowi, Prabowo mengatakan bahwa dalam prinsip pertahanan keamanan kita tidak menganggap akan ada perang.

Untuk isu anggaran pertahanan dan kekuatan militer ini Prabowo memang terlalu bersemangat membanggakan gagasannya untuk membangun sistem pertahanan negara yang kuat dengan persenjataan modern. Sayangnya, akurasi Prabowo dalam menilai kekuatan militer kita saat itu lemah karena data dari Global Fire Power (GPF) anggaran belanja militer Indonesia tidaklah sekecil yang digambarkan Prabowo.

Mempersiapkan diri untuk siaga perang lebih baik bagi Prabowo karena dia sulit percaya dengan niat bangsa lain terhadap negara kita. Indonesia harus bersiap untuk menghadapi skenario terburuk, meski sekarang situasi sedang damai. Penggunaan kekuatan militer bisa datang kapan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun