Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Media Sosial dan Realitas Politik yang Dilebih-lebihkan

3 Januari 2024   22:22 Diperbarui: 10 Januari 2024   21:51 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggunakan media sosial (Shutterstock/Cristian Dina via KOMPAS.com)

Mengapa media sosial begitu efektif memengaruhi opini publik secara masif sehingga memberi efek riil dalam proses komunikasi massa? Pertanyaan ini hendak menguatkan fenomena media sosial yang mendisrupsi pola komunikasi verbal antarmanusia yang bersifat konvensional. Pada era tekknologi komunikasi yang berkembang pesat sekarang disrupsi tidak bisa dihindari oleh manusia, termasuk dalam komunikasi.

Keniscayaan disrupsi ini bisa dilihat dari dua aspek, yaitu: Pertama, disrupsi adalah dampak yang pasti akan muncul dari sebuah perubahan sosial  yang  dipicu oleh kemajuan teknologi. Kedua, teknologi (digital) bukanlah hambatan untuk manusia berkomunikasi. Dulu, teknologi dapat dikatakan sebagai hambatan karena mahal harganya. Sekarang, produk dan layanan yang dulunya sangat mahal menjadi lebih mudah didapat.

Fakta bahwa media sosial adalah bentuk dari kemajuan teknologi Era Industri 4.0 yang semakin populer saat ini, ternyata tidak saja mendisrupsi perilaku manusia dalam berkomunikasi, tetapi juga menjadi kunci efektivititas dalam komunikasi. Media sosial, selain bisa menyampaikan pesan kepada orang lain, bisa juga membangun jejaring sosial sesama penggunanya. Media sosial tampil sebagai bagian dari media baru yang menawarkan fungsi jejaring sosial.

Media Baru

Terry Flew dalam bukunya: New Media: An Introduction (2002) mendefinisikan media baru/new media sebagai media yang  menawarkan  digitisation,  conver-gence,  interactiviy,  dan  development  of network  terkait  pembuatan  pesan  dan penyampaian  pesannya. 

Kemampuannya menawarkan interaktifitas ini memungkinkan  pengguna  dari media baru memiliki pilihan informasi apa yang dikonsumsi, sekaligus   mengendalikan keluaran informasi yang  dihasilkan, serta melakukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Kemampuan interaktivitas inilah yang menjadi konsep sentral dari pemahaman tentang media baru.  

Media baru hanya pengistilahan yang merujuk pada karakteristik baru yang muncul dalam media komunikasi. Karakteristik baru tersebut adalah muatan interaktif yang sangat tinggi.

Muatan interaktif inilah yang menjadi ciri utama dari media sosial sebagai media baru yang muncul setelah era kejayaan radio dan televisi. Ciri ini menjadi daya tarik yang menghipnotis para pengguna sehingga mereka tenggelam dalam gaya komunikasinya yang menyenangkan.

Yasraf Amir Piliang dalam buku: Dunia Yang Dilipat (2004) menggambarkan,  orang  yang  terbuai  dengan komunikasi media baru bisa tenggelam di dalamnya, dan terbawa arus gaya komunikasi yang ada, hingga tak jarang bisa seolah menjadi sosok lain, yang jauh beda dengan dunia nyatanya.

Sumber: Kompasiana.com
Sumber: Kompasiana.com

Munculnya virtual reality, komunitas virtual, identitas virtual merupakan fenomena    yang banyak muncul  seiring  dengan  hadirnya media sosial sebagai media baru. Fenomena ini muncul karena media sosial memungkinkan penggunanya untuk menggunakan ruang seluas-luasnya, memperluas    jaringan, dan  menunjukkan  identitas berbeda dengan yang dimiliki pengguna tersebut di dunia nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun