Akibatnya, dalam kontestasi pemilihan pemimpin nasional sekarang, Anies diyakini masih mengandalkan dukungan kelompok-kelompok berbasis agama seperti yang terjadi dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.Â
Strategi pemenangan ini tentu tidak disukai oleh mayoritas masyarakat yang menghendaki persatuan dan kerukunan selama Pilpres berlangsung. Karena itulah ceruk elektoral Anies dan kelompoknya sudah terbaca sejak awal sehingga pergerakan elektoralnya dalam survei sudah bisa diprediksi. Elektabilitas Anies Baswedan sudah diprediksi tidak akan bisa menempati peringkat puncak mengungguli  Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Â
Elektabilitas Anies
Nama Anies Baswedan mulai dikenal publik secara luas sejak dirinya ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2014. Sejak saat itu popularitas mantar Rektor Universitas Paramadina ini terus moncer hingga diberhentikan pada 2016.Â
Tidak perlu menunggu lama, jabatan publik baru pun langsung diraih setelah memenangi Pilgub DKI 2017. Selama menjadi Gubernur Jakarta, relasinya dengan Jokowi seperti berjarak meski posisi pemerintahannya sama-sama berada di ibukota negara.Â
Alih-alih menjalin koordinasi kerja dengan pemerintah pusat, Anies malah ingin mengurus Jakarta sesuai kebijakannya sendiri sembari tetap menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok pendukungnya selama Pilgub DKI.Â
Gaya kepemimpinan Anies yang cenderung berseberangan dengan pemerintah pusat mulai menimbulkan citra pada dirinya sebagai sosok antitesis Jokowi, yang merepresentasikan konflik tersembunyi antara DKI 1 dengan istana. Citra ini semakin lama menjadi kekuatan Anies untuk menarik simpati politik dari lawan-lawan Jokowi saat itu.Â
Citra antitesis Jokowi tersebut berakumulasi menjadi modal simbolik yang terus menguatkan posisi politik Anies secara nasional. Salah satu indikasinya adalah munculnya pendukung Anies di sejumlah daerah yang menjadi basis pemilih Prabowo pada Pemilu 2014 dan 2019.Â
Menurut mereka Anies merupakan sosok yang paling tepat untuk membawa aspirasi mereka yang antipati terhadap Jokowi setelah Prabowo bergabung ke dalam Kabinet Joko Widodo. Daerah yang paling kentara mengalihkan dukungan mereka kepada Anies adalah Sumatera Barat, Aceh, Jawa Barat, dan Banten.Â
Dukungan-dukungan yang muncul secara sporadis dari daerah-daerah inilah menjadi modal elektoral Anies dalam mengumpulkan tingkat elektabilitasnya secara nasional. Hasilnya, nama Anies terus semakin dikenal secara luas beriringan dengan menguatnya tingkat keterpilihan. Hingga akhir masa jabatannya Anies berhasil mengantongi tingkat elektabilitas sebesar 24 persen sesuai hasil survei Litbang Kompas periode Oktober 2022.Â