Tinder, Bumble, Omi, dan aplikasi kencan lainnya menjadi hal populer di kalangan muda-mudi yang sedang mencari pasangan. Berdarkan data sekian persen remaja pernah menginstall dan menggunakan aplikasi tersebut.
Melansir dari statista.com, pada tahun 2023 tercatat 381 juta orang dari seluruh penjuru dunia menggunakan layanan kencan daring. Dan diperkirakan meningkat sampai 452 juta pada tahun 2028. Dengan jumlah pengguna yang tinggi tersebut tentunya aplikasi kencan daring bisa menghasilkan uang.
Aplikasi kencan dapat menghasilkan uang melalui pengguna dengan menghadirkan fitur-fitur berbayar. Dahulu, layanan kencan biasanya dihubungkan lewat biro jodoh yang mempertemukan secar manual. Namun, dengan kemunculan dating apps proses tersebut mengalami transformasi. Bagaimana sebenarnya dating apps bekerja?.
Peran Sains Data dalam Aplikasi Kencan
Penggunaan aplikasi kencan tidak lepas dari peran sains data. Saat melakukan registrasi akun, Aplikasi akan meminta pengguna untuk memasukkan data diri seperti nama, hobi, umur, pekerjaan. Tidak berhenti disitu, aplikasi juga akan meminta pengguna untuk mengisi kepribadian dan preferensi dalam memilih pasangan.
Data-data tersebut simpan ke dalam database, yang kemudian diolah untuk disugestikan sampai akhirnya "match". Berbeda dengan biro jodoh konvensional, dating apps biasanya memiliki terobosan masing-masing , Badoo misalnya. dengan memanfaatkan Sains Data dan Kecerdasan buatan, merilis fitur finding celebrity look alike. Dengan fitur tersebut pengguna dapat menemukan orang dengan wajah yang mirip dengan idolanya.
Bagaimana Jika Ada Akun Palsu?
Dengan berbagai kemudahan yang diberikan, pastinya beberapa oknum melancarkan aksinya di dating apps dengan tujuan yang tidak etis. Sebagai contoh oknum memanfaatkan emosi orang yang sedang jatuh cinta dengan tujuan pemeresan uang, hubungan tanpa persetujuan dsb. Namun, tentunya para pengembang Dating Apps tidak tinggal diam akan hal ini. Dengan Sains Data dan Kecerdasan buatan oknum-oknum tersebut dapat diminimalisir.
Tinder contohnya , yang menggunakan AI untuk membantu mengidentifikasi foto selfie milik pengguna. Juga aplikasi Bumble yang mendeteksi penyebaran foto yang melanggar komunitas mereka. Upaya-upaya tersebut menunjukan AI dan Data Science bukan sekedar membantu Perusahaan meraup keuntungan, tetapi juga sebagai perlindungan keamanan dalam dunia maya.
Daftar Pustaka :
Intan R. D, 2023. “Riset: Orang Rela Habiskan Jutaan Sebulan di Tinder & Bumble ” CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20231212100231-33-496411/riset-orang-rela-habiskan-jutaan-sebulan-di-tinder-bumble
Madu Sree, 2022. “How Data Science Is Helping Dating Apps Find Long-Term Love” Medium.com. https://medium.com/@shreemadhu461/how-data-science-is-helping-dating-apps-find-long-term-love-b5fa1d0386b3
Gifa Delyani, 2022. “3 Implementasi Data Science pada Dating Apps, Sudah Tahu?”. DQlab. https://dqlab.id/3-implementasi-data-science-pada-dating-apps-sudah-tahu
Stacy Jo Dixon, 2024. “Online dating worldwide - Statistics & Facts”. Statista. https://www.statista.com/topics/7443/online-dating
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H