Digitalisasi juga telah mengubah cara siswa belajar, mendorong mereka untuk menjadi lebih mandiri. Dengan berbagai sumber belajar yang tersedia secara daring, siswa memiliki fleksibilitas untuk mengatur jadwal belajar mereka sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk lebih mendalami topik yang menarik minat mereka, sekaligus membantu mereka mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup. Â
Namun, kemandirian ini juga membawa risiko bagi siswa yang kurang disiplin atau motivasi. Tanpa pengawasan yang memadai, mereka cenderung mengabaikan tugas-tugas akademik atau terjebak dalam aktivitas non-produktif. Di sisi lain, siswa yang sudah terbiasa dengan pembelajaran mandiri justru menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam prestasi akademik. Hal ini menunjukkan perlunya strategi yang adaptif untuk mendukung siswa dengan berbagai tingkat motivasi dan keterampilan belajar. Guru dan orang tua harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kemandirian belajar, tanpa mengesampingkan perlunya bimbingan yang konsisten. Â
Dampak Sosial dan Psikologis: Dimensi yang Sering Terabaikan
Selain dampak teknis, digitalisasi juga membawa konsekuensi sosial dan psikologis bagi siswa. Pembelajaran daring yang kurang melibatkan interaksi fisik dapat memengaruhi kemampuan siswa dalam membangun hubungan sosial. Isolasi yang dialami selama proses belajar jarak jauh dapat menyebabkan kecemasan, kesepian, atau bahkan depresi, terutama bagi siswa yang sebelumnya mengandalkan dukungan sosial dari teman-teman mereka di sekolah. Â
Sekolah perlu menyadari pentingnya keseimbangan antara teknologi dan interaksi manusia dalam pembelajaran. Program ekstrakurikuler atau kegiatan kolaboratif berbasis teknologi dapat menjadi solusi untuk mendukung keterampilan sosial siswa tanpa harus mengorbankan efisiensi pembelajaran. Selain itu, perlu ada upaya dari pihak sekolah dan keluarga untuk memantau kesejahteraan mental siswa, terutama di tengah perubahan drastis dalam metode pembelajaran. Â
Kesimpulan: Digitalisasi untuk Pendidikan yang Berkeadilan
Digitalisasi adalah peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi manfaatnya tidak akan optimal tanpa strategi yang tepat. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa teknologi benar-benar menjadi alat yang mendukung pendidikan inklusif, bukan hanya simbol modernitas. Infrastruktur digital perlu diperluas hingga ke pelosok negeri, guru harus dibekali pelatihan teknologi, dan siswa harus didukung untuk mengembangkan literasi digital serta keterampilan belajar yang relevan dengan era modern. Â
Pendidikan yang berkeadilan adalah pendidikan yang dapat diakses oleh semua siswa, tanpa memandang latar belakang atau lokasi geografis mereka. Dengan pendekatan yang tepat, digitalisasi dapat menjadi landasan untuk membangun masa depan pendidikan yang lebih adaptif, inovatif, dan inklusif bagi seluruh generasi muda Indonesia. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H