Mohon tunggu...
Sultan Dhef
Sultan Dhef Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Masa Depan Manusia Dalam Genggaman AI

8 Januari 2024   21:16 Diperbarui: 10 Januari 2024   16:28 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kecerdasan buatan benar-benar akan menggantikan peran manusia? Saat ini, batas antara pekerjaan manusia dan AI sudah sulit untuk dibedakan. Media sosial sudah menggunakan teknologi AI dalam berbagai konten seperti gambar miniatur YouTube (thumbnails), naskah video, aliran Instagram (IG feeds), dan video pendek.

Pada saluran YouTube Satu Persen, beberapa individu telah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan bahwa pekerjaan mereka telah digantikan oleh kecerdasan buatan. Perubahan ini tidak hanya berlaku untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik, melainkan juga untuk pekerjaan yang melibatkan pemikiran, seperti karyawan front desk, editor, proofreader, telemarketing, dan bidang akuntansi.  

Hal ini terjadi dalam beberapa bulan saja sejak pertama kali peluncuran ChatGPT. Semua Geger, bahkan sekarang ada salah satu company di dunia yang menjadi terbesar. Mengutip dari pemberitaan Bloomberg, Nvidia adalah perusahaan produsen chip komputer terbesar di dunia. Kini perusahaan merambah ke produksi chip yang dibutuhkan untuk menggerakan produk kecerdasan buatan atau AI. Nvidia sempat mencapai valuasi US$1 triliun sebelum akhirnya mengalami penurunan pada siang hari. Hal tersebut menunjukan bahwa Nvidia sempat bergabung dengan empat perusahaan AS lainnya yang memiliki valuasi triliunan dolar, yakni Alphabet, Amazon, Apple, dan Microsoft. 

Menurut keterangan dari salah satu mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, Abdan Syakiri menyampaikan penjelasannya bahwa jika dikatakan kecerdasan buatan akan sepenuhnya mengambil pekerjaan kita, menurutnya tidak.

  "Masih banyak pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, setidaknya dalam 5 hingga 10 tahun mendatang.         Contohnya, profesi sebagai perawat atau pengasuh dan lain sebagainya. Namun, masalah utamanya adalah ketidaktahuan orang terhadap potensi bahaya kecerdasan buatan. Ketika seseorang tidak menyadari risikonya, tiba-tiba merasa sedih karena dipecat, muncul pertanyaan, "Mengapa saya dipecat?" Itulah yang menjadi perhatian saya," ujarnya saat diwawancarai pada Sabtu, 30 Desember 2023.

Ia menambahkan bahwa bahayanya kecerdasan buatan akan dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan kecerdasan buatan.

"Bahaya lainnya adalah perilaku orang yang memanfaatkan kecerdasan buatan, namun tidak dengan cara etis, contohnya dengan melakukan tindakan seperti peretasan untuk kepentingan yang tidak baik. Jadi, jika membahas kemungkinan penggantian pekerjaan manusia oleh kecerdasan buatan, memang benar, tetapi menurut pandangan saya, perubahan tersebut masih memerlukan waktu yang cukup panjang. Meskipun ada banyak ahli yang berpendapat bahwa ini mungkin terjadi dalam 10 tahun mendatang, namun masih ada ketidakpastian. Mungkin kita akan mengalami situasi seperti dalam permainan video "Detroit: Become Human", di mana peran kecerdasan buatan semakin meningkat," tambahnya.

Namun demikian, akhirnya saya akan mencoba menggali lebih dalam mengenai kecerdasan buatan, dan saya sampai pada kesimpulan bahwa dalam 1-2 tahun mendatang, manusia yang menggunakan kecerdasan buatan akan cenderung mengeksploitasi teknologi tersebut. Dapat dengan mudah mengungguli mereka yang tidak menggunakan kecerdasan buatan sama sekali. Melihat perkembangan kecerdasan buatan yang begitu mengkhawatirkan, tampaknya para tokoh terkemuka mulai bergerak untuk pertama kalinya menghentikan perkembangannya.

Bahkan, terdapat saran untuk mengenakan pajak sebesar 98% terhadap kecerdasan buatan. Sebagai contoh, seperti yang dilaporkan oleh CNBC Indonesia, Sam Altman, pencipta ChatGPT, telah mengajukan regulasi segera terhadap kecerdasan buatan. Hal ini mengejutkan, mengingat jarang sekali seorang CEO yang meminta regulasi untuk produknya sendiri, namun juga menunjukkan tingkat kekhawatiran yang ada.

Sejak kapan seorang CEO meminta regulasi terhadap produknya sendiri tanpa rasa takut? Para ahli, termasuk salah satu pendiri ChatGPT, Geoffrey Hinton, seorang pakar kecerdasan buatan dari Google, memberikan peringatan secara massal. Hinton, yang berperan besar dalam pengembangan ChatGPT dengan menciptakan mesinnya, yaitu Engine OpenAI: Transformers, juga turut memberikan peringatan. Pencipta dan pengembang Transformernya berasal dari Google, salah satunya adalah Hinton. Pada tahun 2018, Hinton bahkan mendapatkan Turing Award, sebuah penghargaan bergengsi di bidang ilmu komputer.

Namun, yang menarik adalah Hinton telah mengundurkan diri dari Google. Alasannya ada dua, pertama, untuk mengguncangkan dunia kecerdasan buatan dan memberikan peringatan akan bahayanya. Kedua, agar ia bisa berbicara lebih bebas tentang kecerdasan buatan tanpa terikat oleh kepentingan perusahaan seperti Google.

Cara bertahan di era kecerdasan buatan, menurut pemikiran saya, terutama terkait dengan ChatGPT yang baru dirilis, sungguh menakjubkan bagaimana perkembangannya begitu cepat hingga menimbulkan ketakutan di kalangan banyak orang. Meskipun saya sendiri merasa takut, di sisi lain, saya merasa antusias dan penasaran. Bagaimana sebenarnya cara bertahan di dunia di mana semua orang menggunakan kecerdasan buatan?

Sebenarnya kita tidak perlu takut terhadap kecerdasan buatan. Sudah jelas ada satu cara utama yang bisa diambil sebagai individu di era kecerdasan buatan, yaitu menerima dan menggunakan kecerdasan buatan sebaik mungkin. Mengapa demikian? Karena kecerdasan buatan dapat membantu kita menyelesaikan pekerjaan yang sebelumnya sulit atau bahkan tidak mungkin kita lakukan secara cepat. Saya pribadi merasakan manfaatnya, terutama dalam mencari inspirasi. Banyak konten kreator sekarang dibuat dengan dukungan 90% hingga 100% oleh kecerdasan buatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun