Mohon tunggu...
Sultan Ali Zaman
Sultan Ali Zaman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tak pandai bicara, tak pandai menulis...hanya dapat mengolah rasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tauhid, Misi Transformasi para Nabi (Potret Makkah Pra-Islam dalam Perspektif Tauhid) (Bag.2)

14 Februari 2010   05:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Namun demikian, ada sebagian diantara mereka yang masih memiliki kerinduan akan adanya agama alternatif dan semangat yang terus hidup untuk mencari agama alternatif tersebut ; agama otentik Ibrahim, Musa dan Isa as. Seperti yang dijalani oleh Zaid Bin Amr, Utsman Bin al-Huwairits dan Waroqoh Bin Naufal.

Namun tiga legendaris Hanafiyyah ini menurut Armstrong, adalah lebih merupakan legenda kesalehan yang memberi simbol pada kekosongan spiritual yang merupakan ciri fase terakhir jahiliyyah, daripada sebuah fakta historis (dalam sejarah, dua dari tiga legendaris hanafiyyah ini termasuk yang pertama mengakui atas kenabian Muhammad SAW).

Kehadiran Muhammad SAW yang kontraproduktif dengan tradisi berteologi dan sistem sosial masyarakat Makkah yang timpang, jelas mengancam kondisi establis yang sudah lama terbangun. Reaksi keras terutama datang dari para pembesar Makkah yang merasa kepentingan politiknya terganggu. Kritik Muhammad terhadap kehidupan bersosial, beragama, berpolitik dan berekonomi masyarakat Makkah yang menjadikan Hubal sebagai sandarannya, sebenarnya merupakan respon logis dan aktif terhadap fenomena yang tengah berkembang di tengah-tengah masyarakat yang tengah terbenam dalam nuansa syirik dalam berbagai aktifitas kehidupan.

Syirik dalam pandangan Syari'ati, sosiolog eksistensial Syi'ah, bukan saja menduakan otoritas Allah dalam aktifitas ritual, namun lebih jauhnya adalah melakukan dikotomisasi atas peran Allah dalam berbagai aktifitas sosial, politik dan ekonomi. (Bersambung ...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun