Mohon tunggu...
Sul Pandri
Sul Pandri Mohon Tunggu... -

Aktif pada Pemberdayaan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Ibadah Qurban

26 September 2015   02:10 Diperbarui: 26 September 2015   02:17 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Allah Swt mensyari`atkan ibadah Qurban kepada umat Islam karena Allah Swt telah menganugerahkan nikmat yang banyak kepada kita. Allah Swt berfirman Q.S Al-Kautsar : 1 -2.


إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢


Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (QS. Al Kautsar: 1-3). Dari Abu Hurairah RA ia berkata Rasulullah SAW bersabda,


مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا (رواه أحمد


Artinya : “Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezki) lalu tidak melakukan kurban, maka janganlah mendekati tempat shalatku”. (HR. Ahmad).
Merujuk pada ayat tersebut, sampai detik ini Allah Swt tidak henti-hentinya memberikan nikmat yang banyak pada umat-Nya. Maka pantaslah kita berkorban untuk Allah Swt sebagai bukti dan tanda terima kasih kepada Allah Swt.
Perintah melakukan kurban dalam ayat dan hadits tersebut, bukan sekedar menjalankan ritual formal untuk memperingati peristiwa perjalanan kisah Nabi Ibrahim a.s., tetapi yang lebih substansial dan mendasar adalah tujuan dari peristiwa itu sebagai pengokoh iman, memantapkan integritas psiritual dan moral, meningkatkan semangat juang dan disiplin. Sedangkan dalam dimensi sosial peristiwa ini bertujuan menumbuhkan sikap peduli kepada sesama, cinta dan solider serta berani mengorbankan sebagian kepentingan diri sendiri untuk kemaslahatan umat yang lebih besar.
Pelaksanaan Qurban bukan sekedar mengeluarkan uang untuk membeli dan kemudian menyembelih binatang Qurban kemudian dagingnya kita bagikan kepada fakir miskin atas dasar belas kasihan, tetapi Qurban adalah suatu perilaku keagamaan yang mengandung nilai-nilai solidaritas, persaudaraan dan penerimaan terhadap orang lain.
Ritual kurban merupakan simbul dari perintah untuk mencintai sesama sebagai bagian dari keselamatan manusia. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw,


لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tiada beriman seseorang kamu sebelum ia mencintai orang lain sama seperti mencinatai dirinya sendiri. ( HR. Bukhari).

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Dengan mengigatat kembali sejarah awal Qurban dan pelaksanaan ibadah Qurban. Kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting. diantaranya : Pertama, Wujud rasa syukur atas karunia dan nikmat Allah Swt. Ibadah Qurban merupakan salah satu wujud rasa syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan Allah Swt kepada umat Islam. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan cara menyembelih hewan Qurban, kemudian dibagikan sebagian kepada fakir miskin dan kaum kerabat. Selain wujud rasa syukur kepada Allah Swt, seorang hamba Allah Swt juga menumbuhkan nilai dan semangat solidaritas sosial dalam bentuk berbagi dengan kaum fakir – miskin.
Kedua, Memupuk semangat rela berkorban. Walaupun ibadah Qurban hanya disyari`atkan pada hari raya Idul Adha, akan tetapi semangat berqurban harus tetap dijaga oleh setiap muslim. Setiap muslim harus rela mengorbankan sebagian harta, pikiran, tenaga, waktu dan bahkan jiwanya dijalan Allah Swt. Untuk mewujudkan itu semua di butuhkan semangat rela berkorban.
Ibadah Qurban bukan hanya berhubungan dengan Allah Swt akan tetapi juga berhubungan langsung dengan manusia. Salah satu bentuk ibadah Qurban yang berhubungan langsung dengan manusia dapat dilaksanakan berupa menolong umat Islam yang sedang dilanda musibah. Ibadah yang dilakukan seimbang antara ibadah individu dengan ibadah sosial, terkadang ibadah sosial lebih tinggi nilai pahalanya dibandingkan dengan ibadah individu. Ibadah sosial dengan berbuat kebaikan untuk orang lain dan masyarakat akan dapat menutupi kekurangan ibadah individu.
Karena ibadah ritual/individu itu mengenai qolbu seseorang, sedangkan ibadah sosial bersentuhan dan berhubungan langsung dengan masyarakat luas. Seperti peduli terhadap korban bencana alam yang acap kali melanda negeri kita. Pengorbanan yang seperti ini merupakan bukti nyata pengorbanan umat Islam melalui pengorbanan harta, tenaga, pikiran untuk meringankan beban umat Islam yang sedang ditimpa musibah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Kaum muslimin yang dirahmati Allah

Ketiga, Qurban juga menempah kita untuk memperoleh kesuksesan hidup. Untuk memperoleh kesuksesan hidup juga dibutuhkan pengorbanan. Manusia diciptakan Allah Swt, bukan untuk memperoleh kegagalan akan tetapi untuk memperoleh kesuksesan, baik sukses di dunia maupun sukses di akhirat. Manusia hanya dihadapkan kepada dua pilihan, memilih jalan untuk sukses atau malah memilih jalan kegagalan. Apapun harus rela dikorbankan demi tercapainya kesuksesan hidup. Bagi orang yang enggan untuk berkorban maka orang tersebut akan memperoleh kegagalan.
Keempat, Qurban mengajarkan kita untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah. Kurban mendidik kita untuk peduli dan mengasah sikap sosial. Seseorang tidak pantas kenyang sendirian dan bertaburan harta, sementara banyak orang disekitarnya yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan.
Rasulullah Saw juga menegaskan dalam Hadis Riwayat Bazzaar, “Tidaklah beriman kepadaku orang yang dapat tidur dengan perut kenyang sementara tetangganya kelaparan, padahal dia mengetahui.”
Kelima, secara simbolis Qurban mendidik kita untuk membunuh sifat-sifat kebinatangan. Dan di antara sifat kebinatangan yang harus kita kubur dalam-dalam adalah sikap mau menang sendiri, merasa benar sendiri dan berbuat sesuatu dengan bimbingan hawa nafsu. Manusia adalah makhluk yang sempurna dan utama. Akan tetapi, jika sikap dan tingkah lakunya dikuasai oleh nafsu, maka pendengaran, penglihatan, dan hati nuraninya tidak akan berfungsi. Jika sudah demikian, maka manusia akan jatuh derajatnya, bahkan lebih rendah dari binatang, sebagaimana firman Allah Q.S Al A’raaf ayat 179.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun