Mohon tunggu...
Sulkhan Zuhdi
Sulkhan Zuhdi Mohon Tunggu... Lainnya - Pebelajar Filsafat

Founder Komunitas MADANI | www.madani.my.id

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Kita Mesti Beragama?

9 September 2020   15:05 Diperbarui: 9 September 2020   19:29 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kita bertanya kepada ulama atau pendeta 'mengapa manusia harus beragama?', biasanya akan keluar jawaban normatif bahwa manusia pada fitrahnya beragama. Namun, penjelasan demikian tentu tidak memadai seiring dengan perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Mulai dari filsafat, sejarah, antropologi, psikologi, hingga sosiologi berupaya menjawab pertanyaan tersebut.

Bila kita menggubakan kacamata empiris, agama lahir dari pengalaman manusia. Seperti misalnya takut mati, harapan hidup setelah mati, ketidakpastian, kejadian-kejadin alam dan sebagainya, sehingga manusia membutuhkan keyakinan tertentu akan sesuatu yang dapat mengendalikan itu semua. Mengubah alam yang 'chaotic' menjadi lebih teratur, 'cosmos'.

Pengalaman ini terus-menerus dialami manusia baik mereka yang hidup di masa lampau hingga kita di jaman modern sekarang ini.

Maka, guna menjelaskan pengalaman ini tadi manusia menggunakan kemampuan inteleknya dan rasa keingintahuannya untuk menjelaskan berbagai misteri kehidupan.

Orang Jawa, misalnya, memahami gunung berapi sebagai pusat semesta (jagad gede) karena dari sana penghidupan berasal. Korban jiwa akibat letusan gunung merapi kadang dianggap sebagai pengurbanan untuk memperoleh kebaikan yang lebih di kemudian hari. Seperti tanah yang lebih subur sehingga memperoleh panen yang baik.

Ada rasa ingin tahu (set of curiosity)) manusia untuk memahami yang tidak teratur agar menjadi teratur. Keteraturan dalam pikiran manusia ini melahirkan kebutuhan akan hadirnya Sang Pencipta.

Naluri ini sangat khas muncul dari diri manusia dan membedakannya dengan makhluk tak berakal lainnya seperti misalnya hewan. Rene Decartes misalnya menyebut res cogitans dan adanya Tuhan adalah keniscayaan.

Dari sudut pandang historis, kita mengetahui bahwa agama ada di setiap jaman. Sekalipun pada tiap masa bentuknya tidak sama persis.

Contohnya, dulu ada model Shamanisme yaitu ada hubungan antara dunia ruh dan dunia manusia. Perantara ini yang disebut figus Shaman. Ia dianggap bisa menyembuhkan penyakit, menumbuhkan tanaman, menurunkan hujan dan kemampuan menakjubkan lainnya.

Bentuk berikutnya, manusia mencoba berhubungan dengan semesta dengan membuat monumen, seperti batu, prasasti. Lalu, manusia membangun rumah ibadah, seperti Candi, masjid dan gereja. Tahap berikutnya ada asketisme yaitu orang yang menghindari keterikatan pada hal duniawi, misalnya dipraktikkan oleh para orang suci, wali dan filsuf seperti Platon.

Bentuk agama lain, misalnya agama misteri, agama skriptural dan juga agama etis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun