Mohon tunggu...
SULISTYOWATI
SULISTYOWATI Mohon Tunggu... Guru - Guru

hobi : bergelut didunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi- Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 (Refleksi Filosofis KHD)

7 November 2022   05:34 Diperbarui: 7 November 2022   06:54 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Perkenalkan saya "Sulistyowati, S.Pd" Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari SMK Negeri 1 NGANJUK, Provinsi JAWA TIMUR. Pada kesempatan ini saya membuat sebuah artikel yang bertujuan untuk melengkapi tugas modul 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi -- Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.

Perlu diketahui Modul 1.1 ini membahas tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional -- Ki Hajar Dewantara.

Saya akan merefleksi diri melalui 3 pertanyaan berikut:

Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Beberapa hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1 diantaranya adalah pertama saya masih menganggap bahwa dalam proses mendidik dan mengajar anak, murid ibarat " kertas kosong". Saya melihat teori tabularasa ini masih banyak diterapkan para pendidik yang memandang bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan yang kosong bagaikan kertas putih. Mengingat hal tersebut maka dalam proses pembelajaran pun guru masih mendominasi pembelajaran, anak lebih banyak dilihat sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai pengalaman yang bisa membentuk karakter, pola pikir dan membangun pengetahuan mereka. Fokus pembelajaran lebih berorientasikan pada hasil dan mengesampingkan proses yang dilalui oleh anak.

Kedua saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak melakukan kesalahan/lamban dalam pembelajaran.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Dalam pendidikan Guru Penggerak ini melalui tahapan Memulai dari diri sendiri, Eksplorasi Konsep, Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, dan Elaborasi Pemahaman. Akhirnya disini saya bersyukur mendapatkan kesempatan mengikuti Program Pendidikan Guru Penggeark. Karena saya bisa merubah mindset saya yang salah selama ini dan semakin paham bahwa :

1. Prinsip dalam mendidik bukan teori Tabularasa tetapi Convergentie-Theorie

Convergentie-theorie mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut menurut aliran ini, pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram.

2. Mendidik diibaratkan menanam padi/ tanaman

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta 'tangan dingin' pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar murid yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada murid untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

3. Pendidikan yang menuntun anak pada kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman

Pendidikan dan pengajaran menurut KHD adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Pengajaran adalah proses memberikan ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin, sementara pendidikan adalah menurut KHD adalah menuntun kekuatan kodrat anak. "Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat" (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraph 4).

KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama".

Jadi kita sebagai pendidik harus memahami bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat alam dan zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

4. Pendidikan budi pekerti

Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia. Hal ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan. Budi pekerti menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai pendidik. Sebagai pendidik harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti / akhlak mulia kepada anak. Budi pekerti merupakan modal dasar kebahagiaan yang berperi-kemanusiaan. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan hidup (harmoni).

5. Berhamba pada anak

Pendidikan yang menghamba pada anak menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun tingkah laku anak menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca.

6. Belajar sambil bermain


Dalam pembelajaran di kelas , kita harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Ketika murid-murid sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah 'kegembiraan' dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya.
Sebagai pendidik kita harus mampu memasukkan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan.

7. Pendidikan yang berpusat pada murid

Pendidikan yang berpusat pada murid menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menghadirkan model dan metode belajar yang menggali motivasi untuk membangun kebiasaan murid menjadi pembelajar sejati, selalu ingin tahu terhadap informasi dan pengetahuan, suka dan senang membaca. Sebagai pendidik kita harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan di era mendatang seperti kreativitas, inovatif, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, daya nalar yang tinggi, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan. Pembelajaran yang berpusat pada murid dapat mendorong siswa terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku sebagai pusat pembelajaran, kebutuhan anak harus terpenuhi. Anak perlu merasa aman, nyaman, berharga, dicintai dan dipahami. Perasaan aman, nyaman, berharga, dicintai dan dipahami akan mendorong munculnya motivasi dan kesadaran anak untuk belajar


Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Beberapa hal yang akan saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara diantaranya adalah :

1. Sebagai pendidik kita harus menjadi teladan bagi murid serta selalu membangun kekuatan semangat dan motivasi serta dorongan dalam proses pembelajaran. 

2. Mengembangakan bakat dan minat yang dimiliki murid sesuai dengan potensinya, membangun karakter yang positif melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan,

3. Selalu memberikan tuntunan dan arahan yang baik dan positif 

4. Dalam pembelajaran selalu menekankan nilai- nilai budi pekerti yang luhur sehingga dapat menebalkan laku anak/peserta didik.

5. Tidak memberikan hukuman kepada murid serta lebih sabar dalam membimbing murid.

6. Mendesain proses pembelajaran yang berpihak pada murid yang selalu memperhatikan kodrat anak (alam dan zaman), serta memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

7. Menyisipkan ice breaking/permainan dalam pembelajaran untuk mencairkan situasi kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun