Israel-Palestina. Disepakatinya gencatan senjata oleh pihak Israel dan Pejuang Palestina, Hamas, menjadi momentum yang sangat dinanti oleh masyarakat dunia. Setelah 15 bulan genosida di Gaza, rezim Israel akhirnya menyerah pada kesepakatan gencatan senjata dengan faksi-faksi perlawanan Palestina yang dipimpin oleh Hamas, yang akan mulai berlaku hari ini pada hari Minggu, 19 Januari, pukul 06.30 GMT.Â
Pada hari Rabu, 15 Januari 2025 merupakan tanggal penting dalam catatan sejarah konflikKesepakatan ini sebagian besar mencerminkan kesepakatan yang diterima Hamas pada bulan Juli 2024 lalu. Namun, Biden membiarkan Israel menolaknya dan terus melanjutkan genosida dengan dukungan politik AS dan persenjataan ilegal. Israel telah membunuh ribuan warga Palestina sejak saat itu, terhitung jumlah korban tewas telah mencapai 46.707 jiwa, sementara hal ini menurut beberapa sumber belum terhitung secara keseluruhan karena banyaknya korban yang tertimbun ataupun tidak adanya laporan karena korban hidup sebatang kara, kehilangan seluruh anggota keluarganya.Â
Setelah berhari-hari terjadi pertikaian internal, pada akhirnya kabinet Israel secara resmi meratifikasi dan menerima kesepakatan tersebut. Namun, genosida belum berakhir dan ketidakpastian menyelimuti banyak bagian dari kesepakatan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu kita pahami tentang kesepakatan tersebut dan yang terpenting, apa artinya bagi gerakan pembebasan kita.Â
Naskah resmi kesepakatan tersebut belum dirilis, tetapi laporan menguraikan apa saja yang termasuk di dalamnya. Kesepakatan tersebut terdiri dari 3 fase, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari. Fase 1 akan difokuskan pada bantuan kemanusiaan langsung, pertukaran sandera, dan dimulainya penarikan pasukan pendudukan Israel (IOF) secara bertahap. Fase ini hanya mencakup gencatan senjata sebagian, karena Israel setuju untuk menghentikan serangan udara militer selama 10 jam per hari, dan 12 jam pada hari-hari pertukaran sandera. Â Adapun Fase 2 dan 3 belum dirampungkan dan negosiasi menegangkan akan dilanjutkan pada hari ke-16 Fase 1. Sementara Israel menolak memberikan jaminan tertulis untuk tidak melanjutkan serangan setelah Fase 1, para mediator -- Mesir, Qatar, dan AS -- telah meyakinkan Hamas secara lisan bahwa mereka akan mendorong penyelesaian sisa kesepakatan tersebut.
Tahap 1 (42 hari):Â
- Israel menghentikan serangan udara selama 10 jam per hari, dan 12 jam pada hari pertukaran sandera
- Pasukan Israel mundur dari pusat populasi ke posisi perbatasan. Ini tidak termasuk Koridor Netzarim, yang dibuat Israel selama genosida untuk membagi wilayah utara dan selatan Gaza. Koridor ini akan mengalami penarikan bertahap. Israel akan mengurangi kehadiran di Koridor Philadelphia (wilayah perbatasan Mesir-Gaza), dan mundur sepenuhnya pada Hari ke-50
- Israel akan membebaskan 2.000 sandera Palestina, termasuk 300 yang dijatuhi hukuman seumur hidup dan 1.000 dari mereka adalah mereka yang diculik Israel dari Gaza setelah 7 Oktober.
- Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel (wanita, anak-anak, dan pemukim berusia di atas 50 tahun)
- Israel mengizinkan 600 truk setiap hari, membawa bahan bakar dan pasokan penting, untuk memulai kembali rumah sakit dan fasilitas vital
- Warga Palestina dapat kembali ke rumah mereka di Gaza utara dan yang terluka dapat pergi untuk berobat
- Penyeberangan Rafah ke Mesir akan dibuka pada Hari ke-7
Tahap 2 (42 hari):
- Mengumumkan gencatan senjata permanen dan total
- Pasukan Israel mulai menarik diri sepenuhnya dari Gaza, mundur ke perbatasan sebelum 7 Oktober
- Israel akan membebaskan lebih banyak sandera Palestina
- Hamas akan membebaskan semua sandera Israel yang masih hidup. Kebanyakan dari mereka adalah tentara pria, termasuk mereka yang diduga terlibat dalam pengepungan ilegal di Gaza
Tahap 3 (42 hari):
- Israel membuka penyeberangan perbatasan untuk pergerakan orang dan barang
- Hamas mengembalikan jenazah para sandera yang tersisa
- Dimulainya rekonstruksi Gaza selama 3 hingga 5 tahun di bawah pengawasan internasional
Meskipun ketentuan kesepakatan tersebut relatif menguntungkan Palestina dan lebih baik dari yang diharapkan kebanyakan orang, ketentuan tersebut tidak dijamin. Perpecahan internal Israel dan catatan pelanggaran gencatan senjata Israel kemungkinan akan mempersulit negosiasi Fase 2, yang mungkin tidak akan selesai pada akhir enam minggu Fase 1, yang berisiko memicu kembalinya genosida meskipun ada "jaminan" AS. Netanyahu mungkin akan melanjutkan genosida setelah pertukaran sandera untuk memperkuat narasi keamanan Israel dan memastikan kelangsungan politiknya sambil menyalahkan Hamas.Â
Yang lebih mengkhawatirkan, partai politik Israel merilis pernyataan pada hari Kamis yang menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan serangan ke Gaza di masa mendatang dengan dukungan AS, dan membuat janji-janji yang bertentangan dengan ketentuan kesepakatan. Israel juga dapat menolak untuk menarik diri dari Gaza hingga menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas. Namun Hamas telah menyatakan bahwa mereka tidak akan menyerahkan sandera terakhir hingga Israel benar-benar menarik diri. Padahal siapapun yang memerintah Gaza adalah hak eksklusif warga Palestina untuk menentukannya. Hal itu seharusnya menjadi akhir diskusi. Tetapi seperti yang diketahui, AS, Israel, dan rezim Arab memiliki rencana yang berbeda dan sayangnya mereka pada akhirnya dapat membuat gencatan senjata permanen atau menghancurkan kesepatakan dan kembali terjadi genosida.Â
Israel tidak akan menyetujui gencatan senjata tanpa adanya tekanan dari Trump (Presiden terpilih AS), yang utusannya dilaporkan menekan Israel lebih banyak dalam satu pertemuan daripada yang dilakukan oleh pemerintahan Biden dalam 15 bulan. Namun, Trump tidak melakukan ini karena cintanya kepada warga Palestina. Trump mengancam semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata sebelum pelantikannya untuk meningkatkan citranya sebagai "pembuat kesepakatan" dan menghapus Gaza dari agenda kepresidenannya. Terdapat pula spekulasi bahwa Trump mungkin telah menggunakan aneksasi Tepi Barat dan dukungan untuk serangan terhadap Iran sebagai pengaruh. Hal ini mengingatkan tentang apa yang telah terjadi selama 15 bulan, AS selalu dapat menghentikan genosida tetapi menolaknya melalui veto, sementara puluhan ribu orang menjadi korban dari komitmen Biden terhadap Zionisme.Â
"Gerilyawan menang jika tidak kalah. Tentara konvensional kalah jika tidak menang." - Henry KissingerÂ
Pada 7 Oktober 2023, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pejuang perlawanan Palestina menguasai perbatasan Gaza yang terkepung, memasuki kembali wilayah yang diduduki sejak 1948, menguasai beberapa koloni, dan mengalahkan satu divisi militer Israel dalam pertempuran. Israel bersumpah untuk menghancurkan sepenuhnya kemampuan pemerintahan dan militer Hamas, memusnahkan Gaza sebagai wilayah yang koheren dan menghancurkan sebagian penduduk Palestina. Hanya dengan pencapaian ini Israel dapat mengklaim kemenangan. Namun setelah 15 bulan serangan total, Israel ikut menandatangani kesepakatan dengan kelompok-kelompok Palestina yang telah dijanjikan untuk dihancurkan. Kesepakatan itu mengabaikan sebagian besar tuntutan Israel, yang menyebabkan seorang mantan pejabat keamanan menyebutnya sebagai "salah satu kesepakatan terburuk yang pernah ada", tetapi mengakui bahwa itu adalah satu-satunya pilihan.Â
Israel dikalahkan oleh semua orang Gaza yang berdiri teguh, menentang rencana pembersihan etnis total ke Mesir, bersikeras bahwa mereka akan hidup atau mati di tanah mereka. Meskipun mendapat tawaran yang menggiurkan, warga Palestina menolak untuk bergabung dengan rencana AS-Israel untuk mendirikan rezim boneka. Para jurnalis mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengungkap kejahatan Israel, memobilisasi jutaan orang di seluruh dunia.Â
Israel saat ini dilanda ekonomi yang melemah, aliansi yang tegang, sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan tentaranya yang takut akan penyelidikan dari Brasil, Swedia, hingga Thailand. Sementara Palestina telah menunjukkan bahwa mereka dapat menghadapi Israel, mengalahkannya secara militer, memperoleh keuntungan politik dan strategis, dan bertahan hidup. Hal ini belum pernah terbukti secara meyakinkan sebelumnya, sehingga menjadi bukti besar bahwa perlawanan para pejuang tak sia-sia.
Gencatan senjata ini merupakan langkah awal yang penting dan akan mengakhiri pembunuhan masal warga Palestina di Gaza. Namun, hal itu berisiko memungkinkan berlanjutnya genosida yang tidak terlihat. Warga Palestina akan tetap terbunuh secara tidak langsung, oleh luka-luka, oleh penyakit yang tidak dapat diobati karena penghancuran rumah sakit, oleh dampak kelaparan yang berkepanjangan, polusi udara yang parah, hingga bom yang tidak meledak yang ditanam di bawah reruntuhan. Israel telah menciptakan kondisi yang sangat menghancurkan seluruh populasi, menghancurkan sebagian besar rumah, rumah sakit, dan sekolah, serta meracuni sistem air dan lahan pertanian. Kondisi seperti itu tidak dapat dibalikkan dalam semalam. Hal ini terutama jika Israel mempertahankan pengepungannya yang mencekik selama 17 tahun di Gaza, membatasi aksesnya ke sumber daya penting untuk membangun kembali dan tumbuh.Â
Gencatan Senjata Hari Ini, Pembebasan Esok Hari
Dengan adanya gencatan senjata, banyak orang akan tergoda untuk merayakan, mengabaikan, dan kembali menjalani hidup mereka. Genosida itu melelahkan, ya. Namun, harapan dan kelegaan yang kita peroleh darinya seharusnya dapat memberi kita energi baru untuk terus maju.Â
Kita semua terbangun pada tanggal 7 Oktober 2023 dalam keadaan sangat tidak siap, tidak cukup terorganisasi, dan terlalu lemah untuk memainkan peran yang dibutuhkan Palestina. Meskipun demikian, kita dapat memobilisasi jutaan orang, menghukum Demokrat, mengalihkan miliaran dolar dari entitas yang terlibat, dan memengaruhi pemerintah di seluruh dunia untuk mencegah konflik menjadi lebih buruk. Â
Semua ini adalah kemajuan yang luar biasa, tetapi kita perlu berbuat lebih banyak. Kita harus menggunakan waktu ini untuk terus mengorganisasi, memperluas, dan membangun momentum untuk memperkuat gerakan. Komitmen kita bisa dibilang lebih penting selama periode "tenang" daripada eskalasi besar-besaran. Perjuangan untuk membebaskan Palestina adalah perjuangan jangka panjang.Â
Selama setahun terakhir, gerakan kita telah tumbuh secara dramatis baik dalam jumlah maupun pengaruh. Segera akan tiba saatnya untuk berkumpul kembali, memperbarui komitmen, dan menyusun strategi untuk fase berikutnya. Terus bicara tentang Palestina, lanjutkan boikot, donasi dan perdalam ilmu yang diperlukan sesuai peran masing-masing. Palestina belum merdeka, dan itu tugas kita semua sebagai manusia merdeka untuk mewujudkan kemerdekaannya. Terus terjaga, jangan biarkan dunia tertidur lagi.
Referensi
https://electronicintifada.net/blogs/maureen-clare-murphy/qatar-announces-gaza-ceasefire-deal
www.cnn.com/world/live-news/israel-hamas-ceasefire-war-palestinians-01-17-25#cm60rsy8a00383b6o7uptd4r8Â
https://www.cnn.com/2025/01/14/politics/antony-blinken-post-war-gaza-plans/index.html
www.reuters.com/world/blinken-says-plan-post-war-gaza-will-be-handed-over-trump-administration-2025-01-14/
www.aljazeera.com/news/2025/1/17/gaza-ceasefire-wont-last-without-political-process-warn-analysts
https://www.newarab.com/news/uae-talks-us-israel-overseeing-post-war-gaza
www.aljazeera.com/gallery/2025/1/17/more-than-100-people-killed-in-gaza-since-truce-deal
https://bdsmovement.net/After-Ceasefire-Cease-Genocide-Help-Dismantle-Apartheid
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H