Mohon tunggu...
Sulistyo Rini Putri
Sulistyo Rini Putri Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

Setiap kata adalah harapan yang ditanam. Melalui tulisan, kita dapat merangkai mimpi dan menyemai perubahan untuk dunia yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gencatan Senjata Telah Disepakati, Tetapi Jangan Biarkan Dunia Tertidur Lagi

19 Januari 2025   11:04 Diperbarui: 19 Januari 2025   11:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Rabu, 15 Januari 2025 merupakan tanggal penting dalam catatan sejarah konflik Israel-Palestina. Disepakatinya gencatan senjata oleh pihak Israel dan Pejuang Palestina, Hamas, menjadi momentum yang sangat dinanti oleh masyarakat dunia. Setelah 15 bulan genosida di Gaza, rezim Israel akhirnya menyerah pada kesepakatan gencatan senjata dengan faksi-faksi perlawanan Palestina yang dipimpin oleh Hamas, yang akan mulai berlaku hari ini pada hari Minggu, 19 Januari, pukul 06.30 GMT. 

Kesepakatan ini sebagian besar mencerminkan kesepakatan yang diterima Hamas pada bulan Juli 2024 lalu. Namun, Biden membiarkan Israel menolaknya dan terus melanjutkan genosida dengan dukungan politik AS dan persenjataan ilegal. Israel telah membunuh ribuan warga Palestina sejak saat itu, terhitung jumlah korban tewas telah mencapai 46.707 jiwa, sementara hal ini menurut beberapa sumber belum terhitung secara keseluruhan karena banyaknya korban yang tertimbun ataupun tidak adanya laporan karena korban hidup sebatang kara, kehilangan seluruh anggota keluarganya. 

Setelah berhari-hari terjadi pertikaian internal, pada akhirnya kabinet Israel secara resmi meratifikasi dan menerima kesepakatan tersebut. Namun, genosida belum berakhir dan ketidakpastian menyelimuti banyak bagian dari kesepakatan tersebut. Ada beberapa hal yang perlu kita pahami tentang kesepakatan tersebut dan yang terpenting, apa artinya bagi gerakan pembebasan kita. 

Naskah resmi kesepakatan tersebut belum dirilis, tetapi laporan menguraikan apa saja yang termasuk di dalamnya. Kesepakatan tersebut terdiri dari 3 fase, yang masing-masing berlangsung selama 42 hari. Fase 1 akan difokuskan pada bantuan kemanusiaan langsung, pertukaran sandera, dan dimulainya penarikan pasukan pendudukan Israel (IOF) secara bertahap. Fase ini hanya mencakup gencatan senjata sebagian, karena Israel setuju untuk menghentikan serangan udara militer selama 10 jam per hari, dan 12 jam pada hari-hari pertukaran sandera.  Adapun Fase 2 dan 3 belum dirampungkan dan negosiasi menegangkan akan dilanjutkan pada hari ke-16 Fase 1. Sementara Israel menolak memberikan jaminan tertulis untuk tidak melanjutkan serangan setelah Fase 1, para mediator -- Mesir, Qatar, dan AS -- telah meyakinkan Hamas secara lisan bahwa mereka akan mendorong penyelesaian sisa kesepakatan tersebut.

Tahap 1 (42 hari): 

  • Israel menghentikan serangan udara selama 10 jam per hari, dan 12 jam pada hari pertukaran sandera
  • Pasukan Israel mundur dari pusat populasi ke posisi perbatasan. Ini tidak termasuk Koridor Netzarim, yang dibuat Israel selama genosida untuk membagi wilayah utara dan selatan Gaza. Koridor ini akan mengalami penarikan bertahap. Israel akan mengurangi kehadiran di Koridor Philadelphia (wilayah perbatasan Mesir-Gaza), dan mundur sepenuhnya pada Hari ke-50
  • Israel akan membebaskan 2.000 sandera Palestina, termasuk 300 yang dijatuhi hukuman seumur hidup dan 1.000 dari mereka adalah mereka yang diculik Israel dari Gaza setelah 7 Oktober.
  • Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel (wanita, anak-anak, dan pemukim berusia di atas 50 tahun)
  • Israel mengizinkan 600 truk setiap hari, membawa bahan bakar dan pasokan penting, untuk memulai kembali rumah sakit dan fasilitas vital
  • Warga Palestina dapat kembali ke rumah mereka di Gaza utara dan yang terluka dapat pergi untuk berobat
  • Penyeberangan Rafah ke Mesir akan dibuka pada Hari ke-7

Tahap 2 (42 hari):

  • Mengumumkan gencatan senjata permanen dan total
  • Pasukan Israel mulai menarik diri sepenuhnya dari Gaza, mundur ke perbatasan sebelum 7 Oktober
  • Israel akan membebaskan lebih banyak sandera Palestina
  • Hamas akan membebaskan semua sandera Israel yang masih hidup. Kebanyakan dari mereka adalah tentara pria, termasuk mereka yang diduga terlibat dalam pengepungan ilegal di Gaza

Tahap 3 (42 hari):

  • Israel membuka penyeberangan perbatasan untuk pergerakan orang dan barang
  • Hamas mengembalikan jenazah para sandera yang tersisa
  • Dimulainya rekonstruksi Gaza selama 3 hingga 5 tahun di bawah pengawasan internasional

https://www.instagram.com/haneen.maher.salem/
https://www.instagram.com/haneen.maher.salem/

Meskipun ketentuan kesepakatan tersebut relatif menguntungkan Palestina dan lebih baik dari yang diharapkan kebanyakan orang, ketentuan tersebut tidak dijamin. Perpecahan internal Israel dan catatan pelanggaran gencatan senjata Israel kemungkinan akan mempersulit negosiasi Fase 2, yang mungkin tidak akan selesai pada akhir enam minggu Fase 1, yang berisiko memicu kembalinya genosida meskipun ada "jaminan" AS. Netanyahu mungkin akan melanjutkan genosida setelah pertukaran sandera untuk memperkuat narasi keamanan Israel dan memastikan kelangsungan politiknya sambil menyalahkan Hamas. 

Yang lebih mengkhawatirkan, partai politik Israel merilis pernyataan pada hari Kamis yang menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan serangan ke Gaza di masa mendatang dengan dukungan AS, dan membuat janji-janji yang bertentangan dengan ketentuan kesepakatan. Israel juga dapat menolak untuk menarik diri dari Gaza hingga menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas. Namun Hamas telah menyatakan bahwa mereka tidak akan menyerahkan sandera terakhir hingga Israel benar-benar menarik diri. Padahal siapapun yang memerintah Gaza adalah hak eksklusif warga Palestina untuk menentukannya. Hal itu seharusnya menjadi akhir diskusi. Tetapi seperti yang diketahui, AS, Israel, dan rezim Arab memiliki rencana yang berbeda dan sayangnya mereka pada akhirnya dapat membuat gencatan senjata permanen atau menghancurkan kesepatakan dan kembali terjadi genosida. 

Israel tidak akan menyetujui gencatan senjata tanpa adanya tekanan dari Trump (Presiden terpilih AS), yang utusannya dilaporkan menekan Israel lebih banyak dalam satu pertemuan daripada yang dilakukan oleh pemerintahan Biden dalam 15 bulan. Namun, Trump tidak melakukan ini karena cintanya kepada warga Palestina. Trump mengancam semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata sebelum pelantikannya untuk meningkatkan citranya sebagai "pembuat kesepakatan" dan menghapus Gaza dari agenda kepresidenannya. Terdapat pula spekulasi bahwa Trump mungkin telah menggunakan aneksasi Tepi Barat dan dukungan untuk serangan terhadap Iran sebagai pengaruh. Hal ini mengingatkan tentang apa yang telah terjadi selama 15 bulan, AS selalu dapat menghentikan genosida tetapi menolaknya melalui veto, sementara puluhan ribu orang menjadi korban dari komitmen Biden terhadap Zionisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun