Mohon tunggu...
Sulistyawan Dibyo Suwarno
Sulistyawan Dibyo Suwarno Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

citizen jurnalis yang berkantor di rumah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ironi Republik Demokrasi

8 Januari 2019   10:21 Diperbarui: 4 Februari 2019   07:33 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampai-sampai ada sindiran... " Jika jaman Orba,  banyak korupsi dibawah meja, jaman sekarang  bukan hanya dibawah meja tapi mejanya ikut serta dikorupsi. " . Sangat tidak masuk akal, ketika kita gembar-gembor ingin mewujudkan negeri yang bebas korupsi tetapi mantan  napi koruptor masih diberikan ruang  bebas di negeri ini .  

Sadar atau tidak, kita sekarang ini secara kasat mata sedang diajak berlayar ke negeri fantasi, dimana segala hal yang tidak masuk akal harus kita telan dan kita dimaklumi sebagai hal yang lumrah.  Kita dipaksa menanggalkan logika-logika " sehat " yang kita timba sejak dari ayunan sampai baku sekolah  demi terciptanya status quo untuk melanggengnya sebuah  rezim yang  sedang berkuasa .   Sedikit demi sedikit kebebasan  berpendapat dan berekspresi dihambat dan pengawasan  media sosial  diperketat.

Menurut sejumlah pakar politik, langkah pemerintah  yang belakangan  terkesan agak represif terhadap kaum  oposisi  dilandasi dua alasan. Selain upaya untuk mempertahankan kekuasaan juga  upaya pencitraan serta  kamuflase untuk menutupi  ketidak mampuan mengelola negara secara baik. Hutang negara yang terus  bertambah, perekonomian  yang merosot, daya beli masyarakat yang terus turun  serta jumlah  pengangguran yang terus meningkat.  

Lewat sejumlah media massa, rakyat  dihimbau  untuk terus prihatin , entah sampai kapan. Lalu, pada saat sebagian rakyat mengeluh tentang harga-harga barang  mahal, kesulitan mengakses sarana kesehatan, atau mengeluh lambatnya penanganan saat sedang ditimpa bencana, penguasa  justru  menjawabnya dengan  melakukan pencitraan.  (*) 

 Sungguh...ironis. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun