Mohon tunggu...
Sulistyan Wijaya
Sulistyan Wijaya Mohon Tunggu... -

Pengelana rimba kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjaga Hati Demi Indonesia

24 Maret 2014   20:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esensi kepemimpinan adalah cinta. Seorang pemimpin bisa dinilai lewat besarnya rasa cinta yang diwujudkan melalui komitmen yang dikerjakannya.

Di_Comm, salah satu akun twitter relawan Dahlan Iskan merilis kultwit perihal hubungan cinta dan kepemimpinan. Di awal kultwittnya DI_Comm menganalogikan sebuah kesetiaan melalui kisah cinta suatu pasangan yang penuh liku-liku hingga usia senja .

Mimin jadi bertanya, bagaimana mereka bisa menjaga cinta hingga usia senja? Padahal mimin yakin kehidupan cinta mereka tak selalu indah.Pasti mereka pernah berbeda pandangan, salah paham, bahkan bertengkar. Lalu, bagaimana mereka bisa bertahan? Ternyata cinta itu ketulusan untuk memberi, dan komitmen untuk terus tulus memberi.Mungkin ini juga yang mendasari ungkapan Rob Liano: "Di atas segalanya, cinta adalah tentang komitmen terhadap pilihan kita", begitu bunyi kultwittnya.

Kuiltwitt tersebut juga menyampaikan jika cinta hakekatnya tak sebatas ucapan lisan yang diwujudkan melalui kata-kata indah. “Commitmen is an act, not a word”, ungkap akun tersebut. “kata-kata cinta bisa semanis madu atau gula, tapi mewujudkannya butuh komitmen”,lanjutnya.

Pemimpin  yang baik adalah seorang yang memiliki komitmen, maka dengan itu Indonesia akan berhasil. “Seperti dikatakan penulis AS, Tonny Robins;  There’s no abiding success without commitment”, jelas akun DI_Comm.

Hal tersebut pada dasarnya sesuai dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang sedang dibutuhkan dalam masa transisi sekarang ini. Namun, banyak calon pemimpin yang dengan mudah mengumbar janji setia kepada bangsa Indonesia

Untuk itu, komitmen mengabdi kepada negeri harus diuji.  Janji cinta harus dibuktikan dengan tindakan cinta, maka kesetiaan harus dibuktikan dengan menampik godaan. Citra merakyat tidak berati cinta kepada rakyat. Kekuasaan mudah membutakan. Demi kekuasaan,janji  mengabdi dilupakan. Tujuan bukan lagi kepada bangsa, melainkan hanya untuk berkuasa.

Saatnya bagi mereka yang tetap tulus dan setia kepada bangsa untuk  kita titipkan kuasa. Saatnya menjaga hati Demi Indonesia.  []

[caption id="attachment_328180" align="alignleft" width="235" caption="Menjaga Hati Demi Indonesia"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun